Materi Sosiologi Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Sejarah Kelahiran dan Kajian Sosiologi
A. Sejarah Kelahiran dan Kajian Sosiologi
Sosiologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari berbagai fenomena berupa masalah sosial dalam masyarakat. Sosiologi lahir dari kegelisahan para ilmuwan dengan kondisi sosial yang ada dan tentunya menghendaki keadaan masyarakat menjadi lebih baik.

Masyarakat menjadi salah satu obyek kajian sosiologi, menurut Soekanto (2009: 13), hal ini dikarenakan di dalam masyarakat terdiri dari beberapa segi yaitu, segi ekonomi, segi politik, segi antropologi dan segi sejarah.

Baca Juga: Pengertian Masyarakat, Syarat, Unsur, Ciri, dan Bentuknya

Sementara itu, Auguste Comte menyebutkan bahwa istilah sosiologi ini berasal dari gabungan bahasa Romawi (socious) berarti 'kawan' dan bahasa Yunani (logos) berarti 'bicara'. Berdasarkan dua kata tersebut, sosiologi dapat diartikan "berbicara mengenai masyarakat".

Auguste Comte yang hidup di Prancis pada tahun 1798 hingga 1857 dan dibesarkan setelah Revolusi Prancis, dikenal sebagai bapak sosiologi. Dia dikenal sebagai filsuf yang menyelidiki berbagai gejala tentang tatanan masyarakat dan dinamika masyarakat.

Auguste Comte
Keresahan Auguste Comte dengan kondisi masyarakat pada waktu dia hidup telah melahirkan beberapa karya. Salah satu bukunya Plan of Scientific Works Necessary for the Re-organization of Society (1822) menjelaskan tentang bagaimana cara dan pendekatan dari perencanaan sosial.

Di tempat dan waktu yang lain, sebelum Auguste Comte lahir, pada abad ke 14 di Tunis, terdapat seorang Sejarawan yang bernama Ibnu Khaldun yang juga mengkaji tentang masyarakat. Dalam bukunya Muqaddimah Ibnu Khaldun telah menjelaskan tentang masyarakat yang menetap dan suku-suku yang nomaden (hidup dengan berpindah- pindah tempat) di Afrika Utara.
Ibnu Khaldun
Sosiologi lahir dari situasi dan kondisi masyarakat terutama di Eropa pada abad 18 ketika terjadi Revolusi Industri dan Revolusi Prancis. Revolusi Industri yaitu perubahan besar-besaran yang mengubah masyarakat agraris menjadi masyarakat industri yang berdampak pada kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Revolusi Industri kemudian berkembang dari Eropa ke Amerika dan berbagai wilayah lain di dunia.

Revolusi industri benar-benar mengubah tatanan sosial, yang awalnya cara hidup masyarakat dianggap tradisional menjadi modern. Pekerjaan yang pada awalnya dikerjakan oleh tenaga manusia digantikan oleh mesin.

Beberapa perubahan sosial yang terjadi akibat revolusi industri adalah perubahan teknologi karena penemuan mesin-mesin, perubahan tata kerja, perubahan budaya, perubahan politik, pengangguran, kemiskinan dan masih banyak lagi. Berbagai masalah sosial timbul, dan hal inilah yang melahirkan dan menjadikan sosiologi berkembang sebagai ilmu pengetahuan.

Salah satu sosiolog, yaitu Emile Durkheim (1859- 1917), melakukan penelitian tentang bunuh diri. Melalui karyanya Suicide (1897), Durkheim menjelaskan latar belakang mengapa individu melakukan bunuh diri. Bagaimana masyarakat dan tatanan sosial berkontribusi sehingga menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri, merupakan kegelisahan dari Durkheim.
Emile Durkheim
Dalam penelitiannya, Durkheim membagi empat tipe bunuh diri yaitu egoistik, anomik, altruistik, dan fatalistik. Selama karier Durkheim menjadi sosiolog telah banyak penelitian-penelitian yang dia lakukan untuk menjelaskan berbagai masalah dan gejala sosial masyarakat pada masa hidupnya.

Baca Juga: Emile Durkheim. Suicide

Sosiolog klasik lainnya yang sangat terkenal yaitu Karl Marx (1818- 1883) yang lahir di Jerman dan hidup di berbagai negara Eropa. Karl Marx melahirkan beberapa pemikiran dalam ilmu sosial, yang menjelaskan tentang konflik sosial, kelas sosial, agama, ideologi dan ekonomi suatu masyarakat. Beberapa pandangannya tentang konflik di masyarakat adalah konflik melekat dalam masyarakat, selalu terjadi pertentangan dan ketegangan antara kelas pekerja (buruh) dengan pengusaha (borjuis).

Karl Marx
Teori konflik dari Karl Marx menjelaskan bahwa kekayaan dan kekuasaan yang tidak terdistribusi secara merata dapat menyebabkan konflik sosial. Pemikiran Karl Marx banyak melahirkan sosiolog dan ilmuwan sosial hingga masa sekarang. Mereka mengembangkan teori Karl Marx dan menyesuaikannya dengan perubahan suatu masyarakat. Para sosiolog dan ilmuwan sosial yang dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx ini disebut sebagai Marxian.

Sosiolog dari Jerman yaitu Max Weber (1818-1883) dengan teorinya "Verstehen" yang berarti untuk memahami, digunakan untuk menganalisa dan menafsirkan mengapa individu melakukan tindakan sosial. 

Baca Juga: Pengertian Tindakan Sosial, dan Bentuknya

Karya dari Max Weber yang terkenal yaitu The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1904) menjelaskan tentang keterkaitan antara ajaran di agama Kristen Protestan (terutama aliran Kalvinisme) yang memberikan semangat bagi pemeluknya untuk bekerja keras mencapai kesejahteraan.

Max Weber
Semangat bekerja yang timbul dari ajaran (etika) agama Kristen Protestan dianggap memengaruhi perkembangan kapitalisme yang berkembang pesat di Eropa Barat.

Selain berkembang di Eropa, sosiologi juga berkembang pesat di Amerika Serikat seiring revolusi industri yang terjadi di masyarakat Amerika. Salah satu sosiolog Amerika Serikat yang terkenal adalah Talcott Parsons (1902- 1979).

Salah satu teori yang sangat terkenal dari Talcott Parsons adalah fungsionalisme struktural. Berdasarkan teori ini, masyarakat terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan, memiliki fungsi dalam suatu sistem yang terintegrasi sehingga membentuk keseimbangan.
Talcott Parsons
Pandangan Talcott Parsons mengenai fungsionalisme struktural dipengaruhi oleh cara kerja organisme biologis. Bagi penganut teori fungsionalisme struktural, apabila terdapat konflik, ketegangan sosial maka berfungsi untuk menjaga keseimbangan.

Untuk menjaga agar bagian-bagian masyarakat tetap berfungsi dan keseimbangan terjaga maka menurut teori ini, membutuhkan adanya kontrol sosial, sosialisasi, adaptasi, kepemimpinan, reproduksi aturan, pelapisan sosial dan keluarga.

Sebagai contoh, menurut teori ini, adanya tindakan kriminal akan memfungsikan peran polisi sebagai penjaga ketertiban sosial. Contoh yang lain, untuk menjaga keseimbangan masyarakat, pelapisan sosial seperti keberadaan kelas bawah, menengah maupun atas, berfungsi untuk menjaga peran masing-masing. Contoh pada sektor industri, pengusaha membutuhkan buruh untuk mengerjakan berbagai pekerjaan di perusahaannya.

B. Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu yang terus berkembang seiring dengan dinamika masyarakat, melahirkan banyak ilmuwan sosial dan sosiolog. Ilmu ini hadir dari rasa ingin tahu para ilmuwan yang dikembangkan melalui penelitian sehingga melahirkan banyak teori-teori yang menjelaskan berbagai gejala sosial manusia dan masyarakat. Sebagai ilmu yang berusaha menjelaskan berbagai fenomena sosial, sosiologi memiliki beberapa sifat yaitu:
1. Empiris. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menghasilkan teori dan temuan melalui penelitian ilmiah baik dengan pengamatan, wawancara, dan analisa secara ilmiah atas fakta-fakta sosial, bukan berdasarkan asumsi ataupun dugaan. Hasil penelitian sosiologi berdasarkan data.
2. Teoritis. Sosiologi berusaha menyusun temuan dan kesimpulan, menjelaskan tentang hubungan sebab-akibat, korelasi antar berbagai variabel atau faktor melalui penelitian ilmiah.
3. Kumulatif. Teori dalam sosiologi senantiasa berkembang dan dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat. Bahkan teori yang sudah ada dikaji ulang untuk mengetahui apakah masih relevan.
4. Non Etis. Sosiologi bukan ilmu yang mempersoalkan tentang benar dan salah, atau baik dan buruk, tetapi berusaha menjelaskan dan mengungkapkan berbagai gejala ataupun masalah sosial.

Baca Juga: Pengertian Gejala Sosial, Faktor Penyebab, Jenis, dan Contohnya

C. Definisi Sosiologi
Setelah memahami sejarah kelahiran sosiologi, para sosiolog dan teori mereka, serta pandangan dari dua teori dalam melihat masyarakat. Berikut beberapa definisi dan penjelasan para sosiolog mengenai sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dalam buku Soekanto (2009: 17) dan Damsar (2010: 5):
1. Sosiologi menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
2. Sosiologi menurut Roucek dan Warren adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.
3. Sosiologi menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt adalah ilmu yang mempelajari masyarakat. Bagi Horton dan Hunt (1987), masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama, mendiami suatu wilayah yang sama, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut.

Baca Juga: Pengertian Sosiologi, Sejarah Perkembangan, Objek, Pokok Bahasan, Ciri, Hakikat, Kegunaan, dan Fungsinya

Berbagai cabang dalam sosiologi yang mempelajari suatu fenomena sosial secara lebih khusus yaitu sosiologi agama, sosiologi politik, sosiologi pendidikan, sosiologi hukum, sosiologi konflik, sosiologi pedesaan, sosiologi keluarga, sosiologi kedokteran, sosiologi industri, sosiologi budaya dan masih banyak lagi.

D. Fokus Kajian Sosiologi
Beberapa fokus kajian sosiologi dalam mempelajari berbagai fenomena sosial adalah sebagai berikut:
1. Interaksi sosial dan tindakan sosial
2. Sosialisasi
3. Kelompok sosial
4. Hubungan antarkelompok
5. Penduduk
6. Konformitas dan penyimpangan
7. Perilaku kolektif dan gerakan
8. Perubahan sosial
9. Kajian perempuan dan gender
10. Norma dan lembaga sosial
11. Kebudayaan
12. Struktur sosial
13. Kesejahteraan dan kemiskinan

Baca Juga: Pengertian Struktur Sosial, Unsur, Fungsi, Proses, dan Jenisnya

Tujuan sosiologi dalam kajian perempuan dan gender adalah menjelaskan berbagai miskonsepsi yang telah sekian lama terjadi pada masyarakat. Ide dari kesetaraan gender lahir untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial antara laki-laki dan perempuan. Hal ini terjadi karena sejarah manusia begitu kuat dengan dominasi perspektif laki-laki.

Hubungan antar kelompok dalam sosiologi berupaya menjelaskan hubungan antara dua kelompok atau lebih yang memiliki ciri khusus. Pengelompokan masyarakat menurut Kinloch (1979) mengacu dari beberapa kriteria, seperti:
1. Kriteria fisik yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia (tua-muda), dan ras.
2. Pengelompokan sosial berdasarkan kriteria kebudayaan yaitu suku dan agama.
3. Kriteria ekonomi yaitu mereka yang memiliki kekuasaan ekonomi dan tidak memiliki kekuasaan atas ekonomi. Contohnya, golongan kaya (pengusaha), golongan miskin (buruh).
4. Kriteria berdasarkan perilaku, yaitu mereka yang memiliki perilaku yang mirip (minat yang sama), misalnya kelompok pecinta binatang. kelompok pesepeda dan lain-lain.

Beberapa hal yang dikaji dalam hubungan antar kelompok adalah hubungan kelompok mayoritas dan minoritas, lalu stereotip dan prasangka.

E. Sosiologi Sebagai Ilmu yang Berparadigma Ganda
Seorang sosiolog berkebangsaan Amerika Serikat, George Ritzer, pada tahun 1975 menuliskan sebuah buku yang berjudul Sosiology: A Multiple Paradigm Science. Berdasarkan pemikiran Ritzer dalam buku tersebut dijelaskan bahwa sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki dan menggunakan berbagai paradigma (kerangka atau cara berpikir) yang melahirkan banyak perspektif dan teori untuk menganalisis berbagai kajian sosiologi dalam rangka membantu memahami kehidupan sosial.

George Ritzer
Baca Juga: Paradigma dalam Sosiologi

Ritzer (1975) membagi tiga paradigma utama yang berasal dari berbagai gagasan para sosiolog, filsuf dan ilmuwan sosial sebagai berikut:
1. Paradigma Fakta Sosial
Paradigma fakta sosial dipengaruhi oleh para sosiolog seperti Emile Durkheim, Karl Marx, Talcott Parsons dan masih banyak lagi. Menurut paradigma ini, fokus kajian sosiologi adalah fakta sosial, baik dalam bentuk bendawi (ragawi, material) maupun tidak berbenda (non-material) seperti ide ataupun gagasan.

Berdasarkan paradigma ini norma, aturan, pemerintahan, peran sosial, status sosial, kelas sosial merupakan fakta sosial.

Baca Juga: Paradigma Sosiologi. Fakta Sosial

Berbagai teori sosiologi lahir dari paradigma ini seperti teori fungsionalisme struktural, teori konflik, teori sistem dan teori sosiologi makro. Salah satu contoh pendekatan dengan paradigma fakta sosial adalah perilaku individu dibentuk dan dikendalikan oleh berbagai norma dan aturan sosial.

2. Paradigma Definisi sosial
Paradigma definisi sosial dipengaruhi oleh para sosiolog seperti Max Weber, George Herbert Mead, Herbert Blumer dan masih banyak lagi. Beberapa teori utama yang lahir dari paradigma ini adalah interaksionisme simbolik, tindakan sosial dan fenomenologi

Baca Juga: Paradigma Sosiologi. Definisi Sosial

Paradigma definisi sosial menurut Max Weber, berusaha memahami dan menafsirkan mengapa individu melakukan tindakan sosial dan makna dari tindakan tersebut. Selanjutnya interaksionisme simbolik adalah teori yang dikembangkan oleh George Herbert Mead pada tahun 1863-1931.

Teori interaksionisme simbolik menjelaskan tentang makna dan simbol dalam interaksi sosial yang dilekatkan individu pada lingkungannya. Dalam melakukan tindakan sosial, individu memiliki berbagai motif yang dilakukan berdasarkan keyakinan individu sebagai bagian dari pemaknaan individu atas situasi dan kondisi suatu masyarakat.

Fenomenologi sebagai salah satu teori dalam paradigma ini menjelaskan bagaimana individu membangun makna dan konsep ketika individu berhubungan dengan individu lain. Berdasarkan teori ini, individu memaknai pengalamannya dan mencoba memahami dunia berdasarkan pengalamannya.

Teori ini banyak dikembangkan oleh para sosiolog seperti Edmund Husserl, Alfred Schutz dan Peter. L Berger dan masih banyak lagi. Sebagai salah satu metode penelitian, fenomenologi bertujuan untuk mendapatkan data berdasarkan pengalaman-pengalaman individu dalam kehidupan sehari-harinya.

Penekanan utama dari paradigma definisi sosial adalah individu sebagai subjek dan memahami dari sudut pandang subjek. Bagi penganut paradigma definisi sosial, subjek masih punya kesempatan untuk berkreasi dan otonom.

Individu tidak dipandang sebagai subjek yang selalu dikontrol sepenuhnya oleh norma dan aturan sosial. Hal inilah yang membedakan dengan paradigma fakta sosial yang selalu menekankan norma dan aturan sosial yang dianggap mampu menguasai individu ketika hidup bermasyarakat.

3. Paradigma Perilaku sosial
Berbeda dari dua paradigma sebelumnya, paradigma perilaku sosial menekankan kajiannya pada proses individu dalam melakukan hubungan sosial di lingkungannya. Cara individu beradaptasi dalam proses interaksi sehingga memengaruhi perilaku sosial menjadi penekanan pada paradigma ini. 

Baca Juga: Paradigma Sosiologi. Perilaku Sosial

Paradigma perilaku sosial dipengaruhi oleh sosiolog B. F Skinner, George Homans dan masih banyak lagi. Terdapat dua teori yang berpengaruh pada paradigma ini yaitu teori perilaku sosial dan teori exchange (pertukaran).

Menurut Skiner, manusia bergerak dan berperilaku sebagai reaksi atas rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan akan memengaruhi perilaku individu. Sebagai contoh, dalam teori perilaku sosial, seorang pelajar belajar dengan giat demi mendapatkan nilai terbaik dan mendapatkan pengakuan sosial atas prestasi akademiknya.

Sistem reward (penghargaan), hukuman (punishment) dan konsekuensi sosial memengaruhi perilaku sosial individu. Berdasarkan paradigma ini, individu bukan manusia yang bebas. Individu berperilaku tertentu disebabkan menyesuaikan dan merespons lingkungan sosialnya.

Sumber:
Oktafiana, Sari, dkk. “Ilmu Pengetahuan Sosial”. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta
https://id.wikipedia.org/ 

Download

Lihat Juga:

Program Tahunan (Prota) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka) 

Program Semester (Prosem) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka)

Capaian Pembelajaran Sosiologi (Fase E)

Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) Sosiologi SMA Fase E

Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka)

Modul Ajar Sosiologi SMA Fase E - Bab 1 

Materi Alternatif: Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Buku Panduan Guru IPS (Sosiologi) Fase E

PPT Sosiologi Kelas X Bab 1. Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

PPT Alternatif: PPT Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 1 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Video Pembelajaran Materi Sosiologi Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka) 

Video Alternatif: Video Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 1 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

PPT Materi Sosiologi Penerbit Erlangga: PPT SMA SOSIOLOGI KELAS 10 KM - BAB 1

Infografis Materi Pengantar Sosiologi: Sejarah Perkembangan Sosiologi Dunia dan Indonesia

Infografis Materi Pengantar Sosiologi: Keilmuan Sosiologi dan Paradigmanya

Lembar Kerja 1.1 Materi Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Lembar Kerja 1. 2 Materi Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)  

Lembar Kerja 1. 3 Materi Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 1. 1 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 1. 2 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)  

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 1. 3 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Uji Capaian Pembelajaran 1 (Kurikulum Merdeka)

Evaluasi Pilihan Ganda dan Esai Pemahaman Materi Sosiologi Kelas X

Soal Uji Pemahaman Bab 1:

Soal Pilihan Ganda dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Esai dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Uji Capaian Pembelajaran 1:

Soal Pilihan Ganda dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Esai dan Pembahasannya Klik di SINI

Baca Juga:

Materi P5 : Bullying (Perundungan): Pengertian, Kategori, Karakteristik, Faktor Penyebab, Jenis, Teori, dan Peran Orang Tua

Video Materi P5 tentang Perundungan (Bullying)

PPT Materi P5 tentang Perundungan (Bullying) untuk Kurikulum Merdeka

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Materi Sosiologi Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)"