Ruang Lingkup. Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology)

Ruang Lingkup Sosiologi Pedesaan
Sosiologi Pedesaan
Jurusan yang pertama kali mengkhususkan sosiologi pedesaan muncul di Amerika Serikat tahun 1930-an, kemudian muncul beberapa Akademi Land Grant yang dibentuk dalam wilayah kewenangan Departemen Pertanian Amerika Serikat untuk meneliti masalah pedesaan dan melatih ahli sosiologi serta ekstensionis pedesaan untuk kerja sama lembaga-lembaga pemerintah beserta organisasi petani (Hightower, 1973). Adapun kerangka yang paling sering digunakan untuk mengenali berbagai temuan empiris adalah gagasan tentang suatu kontinum pedesaan-perkotaan, yang berusaha menjelaskan berbagai pendekatan pola sosial dan kultural dengan mengacu kepada tempat masyarakat tersebut di sepanjang kontinum yang bergerak dari tipe pemukiman yang paling kota (the most urban) hingga yang paling desa (the most rural). Selanjutnya, model penelitiannya terfokus pada masalah-masalah, seperti penyebaran inovasi teknologi, kesenjangan antara gaya hidup masyarakat desa dan masyarakat kota, pola mobilitas pendidikan dan pekerjaan, serta dampak program pembangunan masyarakat. Berbagai dimensi tersebut dikaji dengan menggunakan metodologi yang berdasarkan kuesioner, teknik wawancara formal, dan analisis kuantitatif (Long, 2000:941).

Pada mulanya, terutama sejak tahun 1950-an, terdapat begitu banyak penelitian sosiologi pedesaan yang dilaksanakan menurut skema konseptual tersebut demikian suksesnya sehingga diadaptasi oleh berbagai negara. Di Eropa masuk dalam Mental Marshall Aid, kemudian penelitian menyebar ke Amerika Latin dan Asia (Hofstee, 1963). Bahkan pendiri berbagai asosiasi internasional yang mengkhususkan pada sosiologi pedesaan, seperti Internasional Rural Sociological Association (IRSA), menyelenggarakan kongres dunia setiap empat tahun sekali, yang sangat berjasa dalam membangkitkan antusiasme dan sumber daya institusional bagi para anggotanya.

Namun sejak tahun 1960-an, terminologi kontinum pedesaan-perkotaan mengalami kemandekan teoretis. Beberapa kajian membuktikan bahwa kesenjangan pola sosial dan kultural tersebut, tidak dengan sendirinya sama dengan lingkungan spasial ekologi, sebagaimana dikataka Pahl dalam tulisannya The Rural Urban Continum (1966). Selain kajian ini gagal memecahkan persoalan kondisi struktur yang lebih luas, yang memengaruhi kecenderungan para petani merespons kesempatan-kesempatan baru, di samping itu pun tidak ada analisis struktur dan isi jaringan sosial di antara petani dan ekstensionis yang mungkin memengaruhi pola adopsi (Rogers dan Shomaker, 1971). Akibat berbagai keterbatasannya tersebut, ditambah dengan diabaikannya karya perbandingan mengenai bentuk berbagai produksi pertanian, dampak berbagai kebijakan pemerintah terhadap pertanian, dan masalah keserasian regional, menjadikan disiplin ilmu ini menjadi lamban perkembangannya (Long, 2000:941-942). 


Salah satu aspek yang paling mengganggu dalam sejarah sosiologi pedesaan ialah kegagalan ilmu ini mengembangkan analisis sistematis tentang produksi pertanian, pada tingkat perusahaan maupun struktur agraria (Newby, 1980). Sehingga nasib sosiologi pedesaan saat ini terperangkap dalam sejumlah kontroversi dan harapan. Sepanjang sejarahnya, sosiologi pedesaan tidak pernah secara efektif menyatakan statusnya sebagai disiplin ilmu tersendiri yang memiliki objek penyelidikan dan metode penjelasan yang khusus. Jika tradisi awal mengasumsikan bahwa ada perbedaan mencolok antarlokasi pedesaan yang membuat lokasi-lokasi itu memiliki perbedaan dalam hal sosial dan budaya dibandingkan dengan bentuk-bentuk kehidupan sosial perkotaan. Namun, akhirnya makin banyak peneliti yang berpandangan bahwa lokasi pedesaan hanya sekedar entitas empiris atau geografis tempat seseorang bekerja. Keadaan desa tidak mensyaratkan teori atau implikasi metodologis khusus untuk penelitian, tetapi sangat tergantung pada jenis masalah teoretis dan metodologis yang dikandungnya, dan tidak semata-mata didasarkan pada kenyataan yang sama-sama memiliki pengalaman pedesaan (Long, 2000:942).

Ket. klik warna biru untuk link

Download

Baca Juga
1. Masyarakat Pedesaan (Rural Comunity)
2. Masyarakat Perkotaan (Urban Comunity)

Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta


Lihat Juga
1. Ruang Lingkup. Sosiologi Seni
2. Ruang Lingkup. Sosiologi Pendidikan (Sociology of Education)
3. Ruang Lingkup. Sosiologi Agama
4. Ruang Lingkup. Sosiologi Keluarga (Family Sociology)
5. Ruang Lingkup. Sosiologi Militer (Military Sociology)
6. Ruang Lingkup. Sosiologi Wanita (Women Sociology)
7. Ruang Lingkup. Sosiologi Perkotaan (Urban Sociology)
8. Ruang Lingkup. Sosiologi Medis (Medical Sociology)
9. Ruang Lingkup. Sosiologi Industri (Industrial Sociology)
10. Ruang Lingkup. Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology)
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Ruang Lingkup. Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology)"