Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Pengantar Sosiologi Kurikulum Merdeka
Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik diharapkan mampu menyimpulkan sejarah sosiologi sebagai ilmu sosial.
2. Peserta didik diharapkan mampu memerinci beberapa konsep dan teori sosiologi.
3. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan beberapa paradigma dalam sosiologi.
4. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan fungsi dan peran sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji masyarakat.

A. Sejarah Sosiologi
1. Sejarah Perkembangan Sosiologi di Eropa dan Amerika
Sosiologi pada awalnya merupakan bagian dari filsafat sosial yang membahas masyarakat. Menurut Brigette Berger dan Peter L. Berger (dalam Sunarto, 2004), sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap seharusnya diterima saja (threats to the taken-for-granted world).

L. Laeyendecker (dalam Sunarto, 2004) mengidentifikasi ancaman tersebut meliputi Revolusi Industri dan Revolusi Prancis, kapitalisme pada akhir abad ke-15, perubahan di bidang sosial dan politik, perubahan akibat gerakan reformasi yang dicetuskan Martin Luther, meningkatnya individualisme, lahirnya ilmu pengetahuan modern, dan berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri.

Menurut Laeyendecker (dalam Sunarto, 2004), ancaman- ancaman tersebut menyebabkan perubahan-perubahan jangka panjang yang ketika itu sangat mengguncang masyarakat Eropa.

Anthony Giddens (2001) menyatakan latar belakang lahirnya sosiologi adalah serangkaian perubahan besar yang disebabkan oleh dua revolusi besar yang terjadi di Eropa pada abad ke-18 dan abad ke-19. Kedua peristiwa ini secara permanen mengubah cara hidup manusia yang telah berlangsung selama ribuan tahun.

Auguste Comte (1798-1857), seorang filsuf Prancis, melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat Eropa saat itu tidak saja berakibat positif, seperti berkembangnya demokrasi dalam masyarakat, tetapi juga berdampak negatif. Masyarakat tidak lagi mengetahui cara mengatasi perubahan akibat revolusi dan hukum-hukum yang dapat dipakai untuk mengatur tatanan sosial masyarakat.
Revolusi Industri
Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Ia memberi nama bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah sosiologi. Comte menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang gejala sosial yang tunduk pada hukum alam dan tidak berubah-ubah. Demikian, atas jasanya terhadap lahirnya sosiologi Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi.

Istilah sosiologi dipopulerkan oleh Herbert Spencer (1820- 1903), melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut. Spencer mengembangkan sistem penelitian tentang masyarakat, la menerapkan teori evolusi organik pada masyarakat dan mengembangkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas di masyarakat.

Sosiologi baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim (1858-1917) mengembangkan metodologi sosiologi melalui bukunya, The Rules of Sociological Method (1895). Durkheim menyatakan bahwa sosiologi memiliki objek kajian yang jelas, yaitu fakta sosial. Sementara untuk metodologi, Durkheim mengemukakan konsep bebas nilai (value free).

Tokoh lain yang pemikirannya banyak berpengaruh dalam perkembangan sosiologi adalah Max Weber (1864-1920). Salah satu pemikirannya adalah mengenai perubahan sosial. Weber berpendapat bahwa ide dan nilai merupakan faktor yang sama pentingnya dengan ekonomi dalam perubahan sosial.

Menurut Weber, motivasi dan ide-ide manusia merupakan pendorong terjadinya perubahan. Ia juga berpendapat bahwa struktur dalam masyarakat terbentuk dari serangkaian tindakan yang saling memengaruhi.

Selain di Eropa, sosiologi juga berkembang di Benua Amerika. Salah satu sosiolog ternama dari Amerika Serikat adalah Talcott Parsons. Talcott Parsons dikenal dengan teorinya tentang mekanisme masyarakat dan prinsip organisasi yang melatarbelakangi struktur sosial.

Parsons mengembangkan analisis fungsional dan menerapkannya pada berbagai karya tulisnya, salah satunya adalah The Social System (1951) yang secara rinci menguraikan fungsi berbagai struktur bagi dipertahankannya sistem sosial.

2. Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sosiologi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Soenario Kolopaking adalah orang yang pertama kali memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa Indonesia pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta (sekarang menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM).

Sejak saat itu, sosiologi mulai mendapat tempat dalam insan akademisi di Indonesia, apalagi setelah semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menuntut ilmu di luar negeri Sejak tahun 1950, banyak pelajar Indonesia yang khusus memperdalam sosiologi di luar negeri kemudian mengajarkan ilmu itu di Indonesia.

Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia pertama kali ditulis oleh Djody Gondokusumo dengan judul Sosiologi Indonesia (1946) yang memuat beberapa pengertian mendasar dari sosiologi. Sekitar tahun 1950, muncul buku Sosiologi yang diterbitkan oleh Bardosono yang merupakan sebuah diktat kuliah sosiologi mahasiswa.

Selanjutnya, bermunculan buku-buku sosiologi baik yang ditulis oleh orang Indonesia maupun terjemahan dari bahasa asing. Contohnya, buku Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia (1920) karya Hassan Shadily dan buku Social Changes in Yogyakarta (1962) karya Selo Soemardjan.

Tulisan-tulisan tentang masalah- masalah sosiologi juga tersebar di berbagai majalah, koran, dan jurnal. Selain itu, muncul pula fakultas ilmu sosial dan politik di berbagai universitas di Indonesia. Di beberapa universitas, didirikan jurusan sosiologi yang diharapkan dapat mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia.

Tokoh yang juga sangat berperan dalam perkembangan sosiologi di Indonesia adalah Selo Soemardjan. Selain banyak menulis buku sosiologi, Soemardjan juga mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI) dan merupakan pendiri Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) di universitas tersebut. Perannya yang besar membuat Selo Soemardjan dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia.
 
Selo Soemardjan sebagai Bapak Sosiologi Indonesia

B. Sosiologi sebagai Ilmu Sosial
1. Pengertian Sosiologi
a. Max Weber: Sosiologi mempelajari tindakan-tindakan sosial.
b. Pitirim A. Sorokin: Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial.
c. William F. Ogburn & Meyer F. Nimkoff: Sosiologi adalah ilmu tentang penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya adalah organisasi sosial.
d. Anthony Giddens: Sosiologi merupakan studi tentang kehidupan sosial manusia, kelompok, dan masyarakat.
e. Soerjono Soekanto: Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan dan hubungan- hubungan antara orang-orang dalam masyarakat.
f. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi: Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial.
g. Joseph Roucek dan Roland Warren: Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia.

Istilah sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Socius (bahasa Latin) berarti 'kawan' dan logos (bahasa Yunani) berarti 'kata' atau 'berbicara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.

2. Objek Kajian Sosiologi
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat.
a. Selo Soemardjan mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
b. J. L. Gillin dan J. P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar. Mereka mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
c. Auguste Comte, masyarakat merupakan kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan pola perkembangan tersendiri.

Baca Juga: Pengertian Masyarakat, Syarat, Unsur, Ciri, dan Bentuknya

Dalam mempelajari masyarakat sebagai objek kajian, sosiologi memfokuskan studinya pada:
a. hubungan timbal balik antara manusia satu dan manusia lainnya;
b. hubungan antara individu dan kelompok;
c. hubungan antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya; dan
d. proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut dalam masyarakat.

Max Weber melihat bahwa pokok kajian sosiologi adalah tindakan sosial. Namun, tidak semua tindakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan disebut tindakan sosial hanya jika tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Max Weber mengelompokkan tindakan sosial menjadi empat, yaitu tindakan tradisional, tindakan afektif, tindakan rasional instrumental, dan tindakan rasionalitas berorientasi nilai.

C. Wright Mills, pokok bahasan sosiologi adalah imajinasi sosiologi (sociological imagination). Dalam buku "The Sociological Imagination" (1959), Mills menyebutkan bahwa imajinasi sosiologi diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.

Peter L. Berger, pokok bahasan sosiologi adalah pengungkapan realitas sosial. Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai fenomena yang menjadi suatu realitas yang tidak terduga.

3. Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan. Adapun ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut.
a. Sosiologi bersifat empiris. Sosiologi tidak spekulatif dan hanya menggunakan akal sehat. Sosiologi melakukan kajian tentang masyarakat berdasarkan hasil observasi.
b. Sosiologi bersifat teoretis. Sosiologi berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi adalah kerangka dari unsur-unsur yang didapat dari observasi, disusun secara logis. Tujuannya juga menjelaskan hubungan sebab akibat.
c. Sosiologi bersifat kumulatif. Teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang telah ada sebelumnya, dalam arti memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori- teori lama.
d. Sosiologi bersifat nonetis. Sosiologi tidak mencari baik atau buruk suatu fakta, tetapi menjelaskan fakta-fakta tersebut secara analitis

Baca Juga: Pengertian Teori, Elemen, dan Fungsinya

4. Sosiologi sebagai Ilmu dengan Paradigma Ganda
Paradigma dapat diartikan sebagai kerangka teoretis (theoretical framework), kerangka konseptual (conceptual framework), kerangka pemikiran (frame of thinking), sudut pandang (perspective), atau pendekatan (approach). Ritzer menyatakan paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari suatu cabang ilmu pengetahuan.

George Ritzer dan Wendy W. Murphy dalam bukunya, Introduction to Sociology (2020), menulis bahwa sosiologi tidak memiliki sebuah paradigma dominan atau tunggal. Sosiologi merupakan ilmu dengan berbagai paradigma atau paradigma ganda (multiple-paradigm science). 

Baca Juga: Paradigma dalam Sosiologi

Dalam bukunya, Sociology: A Multiple Paradigm Science (1975), Ritzer menyatakan ada tiga paradigma utama sosiologi. Ketiganya adalah paradigma fakta sosial (social facts), definisi sosial (social-definition), dan perilaku sosial (social-behavior).
a. Paradigma Fakta Sosial
Model paradigma ini adalah karya Emile Durkheim, khususnya buku The Rules of Sosiological Method dan Suicide. Berdasarkan paradigma ini, kajian sosiologi adalah fakta sosial, baik sesuatu yang berbenda atau nyata ada (material entity) dan tidak nyata ada (non material entity), seperti ide atau gagasan.

Teori yang termasuk paradigma ini antara lain teori fungsionalisme struktural, teori konflik, dan teori sistem.

Baca Juga: Paradigma Sosiologi. Fakta Sosial

b. Paradigma Definisi Sosial
Model paradigma ini adalah berbagai karya Max Weber tentang tindakan sosial (social action). Weber tertarik pada makna subyektif yang diberikan individu terhadap tindakan yang dilakukannya. Bagi Weber, pokok persoalan ilmu sosial adalah hal mikro seperti proses pendefinisian sosial dan akibat-akibat dari suatu aksi serta interaksi sosial, bukan hal makro seperti struktur sosial atau pranata sosial.

Teori yang termasuk paradigma ini antara lain teori tindakan sosial (action theory), teori interaksionisme simbolik (symbolic interactionism), teori fenomenologi (phenomenology), dan eksistensialisme (existentialism).

Baca Juga: Paradigma Sosiologi. Definisi Sosial

c. Paradigma Perilaku Sosial
model paradigma ini adalah karya B. F. Skinner. Subyek dari paradigma ini adalah perilaku (behavior) individu yang menimbulkan akibat atau perubahan terhadap tindakan selanjutnya, khususnya penghargaan (reward) yang memancing perilaku yang diinginkan serta hukuman (punishment) yang mencegah perilaku yang tidak diinginkan.

Menurut teori ini, manusia bukan makhluk bebas, seseorang menyesuaikan perilaku terkait respons terhadap lingkungan sosialnya. Teori yang termasuk paradigma ini antara lain teori pertukaran (exchange theory).

Baca Juga: Paradigma Sosiologi. Perilaku Sosial

5. Fungsi dan Peran Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni, karena sosiologi memiliki pengetahuan (knowledge), sistematis, dan objektif. Sosiologi disebut sebagai ilmu pengetahuan terapan karena sosiologi menggunakan cara-cara pengetahuan ilmiah untuk memecahkan masalah- masalah praktis.
a. Fungsi Sosiologi
Fungsi sosiologi bagi masyarakat adalah sebagai berikut.
1) Untuk pembangunan
Sosiologi berfungsi untuk memberikan data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembangunan.

2) Untuk penelitian
Berdasarkan data yang dihasilkan dari penelitian sosiologis para pengambil keputusan dapat menyusun rencana penyelesaian suatu masalah sosial.

3) Untuk advokasi kebijakan
Sosiologi berfungsi sebagai basis data dan sumber berlangsungnya advokasi kebijakan dalam isu-isu publik, seperti pemberdayaan masyarakat marjinal (kelas buruh, petani, dan nelayan) atau konflik horizontal di masyarakat.

Dalam pengambilan kebijakan dari berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta, peran sosiologi sangat dibutuhkan karena dapat memberikan data yang akurat sebagai bahan pertimbangan kebijakan.

b. Peran Sosiologi
Bentuk-bentuk peran sosiolog tersebut, antara lain sebagai berikut.
1) Sosiolog sebagai ahli riset
Halnya ilmuwan lain, sosiolog berfokus pada pengumpulan dan penggunaan data. Sosiolog melakukan riset ilmiah. Tujuannya adalah untuk mencari data kehidupan sosial masyarakat. Data itu kemudian diolah menjadi karya ilmiah yang berguna bagi pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah di masyarakat.

2) Sosiolog sebagai konsultan kebijakan
Prediksi sosiologi dapat membantu memperkirakan pengaruh kebijakan sosial yang mungkin terjadi. Setiap kebijakan adalah suatu prediksi. Artinya, kebijakan diambil dengan harapan menghasilkan pengaruh atau dampak yang diinginkan.

Namun, kebijakan yang diambil tidak selalu memenuhi harapan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah ketidakakuratan kesimpulan atau dugaan terhadap suatu permasalahan.

3) Sosiolog sebagai praktisi
Beberapa sosiolog terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka memberi saran- saran, misalnya dalam penyelesaian masalah hubungan masyarakat, hubungan antarkaryawan, masalah moral, atau hubungan antarkelompok dalam organisasi.

Dalam kedudukan tersebut, sosiolog bekerja sebagai ilmuwan terapan (applied scientist) yang harus memperhatikan nilai-nilai budaya dan karakter kelompok yang dibahasnya karena keduanya merupakan nilai ideal. Mereka dituntut menggunakan pengetahuan ilmiah dalam mencari nilai-nilai tertentu, seperti efisiensi kerja, efektivitas program, atau kegiatan masyarakat.

4) Sosiolog sebagai guru atau pendidik
Mengajar merupakan salah satu kegiatan yang dapat digeluti oleh seorang sosiolog. Sebagai seorang pendidik, sosiolog berperan dalam mengajarkan dan mengembangkan sosiologi sebagai ilmu di berbagai bidang dengan memberikan contoh-contoh yang terdapat di masyarakat.

6. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Lain
Seorang sosiolog, sama seperti psikolog, antropolog, ilmuwan politik, ahli ekonomi, dan ilmuwan sosial lainnya, mempelajari perilaku sosial dan perubahan sosial (Andersen, 2007). Perbedaan antara sosiologi dan disiplin ilmu lainnya bukan pada topik masing-masing penelitian, tetapi dalam perspektif disiplin masing-masing terhadap objek kajiannya.

Dalam penelitiannya, sosiologi sama seperti ilmu sosial yang lain juga menggunakan angka-angka matematis, seperti data statistik, sebagai salah satu alat analisis.

Sumber:
Maryati, Kun, Juju Suryawati, Nina R. Suminar. 2022. IPS: Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Erlangga. Jakarta 

Download

Lihat Juga:

Program Tahunan (Prota) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka) 

Program Semester (Prosem) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka)

Capaian Pembelajaran Sosiologi (Fase E)

Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) Sosiologi SMA Fase E

Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka)

Modul Ajar Sosiologi SMA Fase E - Bab 1 

PPT Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 1 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Video Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 1 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Materi Alternatif: Materi Sosiologi Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

PPT Alternatif: PPT Sosiologi Kelas X Bab 1. Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka) 

Video Alternatif: Materi Sosiologi Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

PPT Penerbit: PPT SMA SOSIOLOGI KELAS 10 KM - BAB 1 

Infografis Materi Pengantar Sosiologi: Sejarah Perkembangan Sosiologi Dunia dan Indonesia

Infografis Materi Pengantar Sosiologi: Keilmuan Sosiologi dan Paradigmanya 

Lembar Kerja 1.1 Materi Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Lembar Kerja 1. 2 Materi Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Lembar Kerja 1. 3 Materi Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)  

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 1. 1 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 1. 2 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 1. 3 Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)  

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Uji Capaian Pembelajaran 1 (Kurikulum Merdeka)

Soal Uji Pemahaman Bab 1:

Soal Pilihan Ganda dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Esai dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Uji Capaian Pembelajaran 1:

Soal Pilihan Ganda dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Esai dan Pembahasannya Klik di SINI

Baca Juga:

Materi P5 : Bullying (Perundungan): Pengertian, Kategori, Karakteristik, Faktor Penyebab, Jenis, Teori, dan Peran Orang Tua

Video Materi P5 tentang Perundungan (Bullying)

PPT Materi P5 tentang Perundungan (Bullying) untuk Kurikulum Merdeka
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)"