Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 3: Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial
Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan identitas diri.
2. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan tindakan sosial.
3. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan hubungan sosial.

Sebagai makhluk sosial, manusia saling melakukan hubungan satu sama lain. Manusia berinteraksi dengan orang lain karena saling membutuhkan. Di dalam diri manusia terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu, hubungan dengan orang lain merupakan kebutuhan dasar dalam diri manusia.

A. Identitas Diri
1. Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Manusia pada sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki kepribadian yang unik. Dia memiliki penampilan fisik, kemampuan, kebutuhan, perasaan, dan sikap yang berbeda dengan sesamanya. Keunikan ini dapat dilihat ketika seseorang bereaksi terhadap situasi dalam hidupnya. 

Baca Juga: Pengertian Individu, Aspek, Ciri, dan Karakteristiknya

Kata individu dalam konsep manusia menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang otonom. Sebagai makhluk yang otonom, manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya dan bertanggungjawab atas pilihannya itu.

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga makhluk sosial. Menurut Aristoteles, manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial. Dia tidak akan memperoleh keutamaan dan menjadi baik jika dia tidak mempunyai teman dan terasing dari masyarakatnya. Menurutnya, manusia harus hidup dalam masyarakat.

Sejak lahir seseorang sudah membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan ini mengarahkan manusia untuk hidup bersama dengan orang lain. Dalam kebersamaan itu manusia saling menjalin interaksi sosial.

2. Identitas Diri

Identitas Diri
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Antara individu satu dengan individu lainnya memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut berupa watak dan karakteristik yang dimiliki tiap individu yang diperoleh sejak individu tersebut dilahirkan. Selain itu, pergaulan dari tiap individu juga memengaruhi perbedaan watak dan karakteristik individu. 

Baca Juga: Pengertian Self Identity (Identitas Diri), Dimensi, Aspek, dan Faktornya

Watak dan karakteristik tersebut termasuk sebagai ciri-ciri khusus seseorang yang dapat menandai eksistensi atau keberadaannya di masyarakat. Ciri-ciri khusus ini disebut juga sebagai identitas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas diartikan sebagai ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri. Richard Jenkins (1996) dalam Giddens (2009) menyebutkan bahwa identitas adalah pemahaman kita atas siapa diri kita dan atas siapa orang-orang lainnya, serta termasuk pemahaman orang-orang tersebut atas diri mereka dan atas diri kita.

Demikian, identitas manusia pasti merupakan 'identitas sosial' karena terbentuk melalui proses interaksi sosial yang terus-menerus. Identitas dibuat, bukan diberikan.

Menurut Anthony Giddens (2009), identitas dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Identitas primer, adalah identitas yang terbentuk pada awal kehidupan, termasuk gender, ras, dan etnis.
b. Identitas sekunder, adalah identitas yang dibentuk dari identitas primer dan mencakup juga identitas yang terkait peran dan status sosial. Identitas ini dapat berubah seiring dengan perubahan peran dan status seseorang.

Identitas memperlihatkan persamaan dan perbedaan dalam interaksi sosial. Identitas individu atau pribadi unik dan berbeda dari orang lain serta dipandang unik dan berbeda oleh orang lain. Adapun identitas kolektif atau sosial memperlihatkan persamaan dengan orang lain.

Identitas-identitas ini bisa menjadi sumber rasa solidaritas saat menjadi anggota dari suatu kelompok. Identitas individu dan identitas sosial merupakan satu kesatuan yang ada dalam diri kita.

Identitas seseorang dalam kelompok atau masyarakat tentu tidak akan dilihat dari satu sudut pandang saja, tetapi juga akan dilihat dari sudut pandang, cara, dan ukuran yang beragam. Berbagai sudut pandang, cara, dan ukuran dari identitas seseorang tersebut disebut dengan multidimensi. 

Baca Juga: Multidimensi Identitas: Pengertian, Faktor, dan Jenisnya

Identitas individu maupun kelompok di masyarakat pasti kita akan membahas pula tentang status dan peran yang disandangnya. Ini berarti bahwa setiap individu memiliki beberapa status (kedudukan) yang disandang.

Status atau kedudukan seseorang di masyarakat terkait kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakannya. Status atau kedudukan merupakan posisi secara umum di masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain.

Tiap status memiliki peran yang disandangnya. Peran adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain terhadap seseorang dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang disandangnya.

B. Tindakan Sosial

Tindakan sosial

Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu yang mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan sosial akan bermakna jika tindakan tersebut ditujukan atau memperhitungkan keberadaan orang lain.

Tindakan sosial hanya dapat dilakukan manusia dalam keadaan sadar dan dikendalikan oleh akal budinya. Sebaliknya, tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati atau objek fisik semata tanpa dihubungkan dengan tindakan orang lain bukan merupakan suatu tindakan sosial.

Sebagai anggota masyarakat, tindakan manusia dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh kondisi masyarakat setempat. Tindakan yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain atau kelompok manusia inilah yang disebut tindakan sosial.

Secara umum, tindakan manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Tindakan Manusia untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup
Tindakan manusia pada hakikatnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia, antara lain adalah kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan integratif.

2. Tindakan Manusia Muncul dari Luapan Emosi
Tindakan manusia pada hakikatnya muncul karena luapan emosi yang dapat bersifat positif maupun negatif bagi dirinya atau orang lain. Tindakan positif adalah tindakan yang membawa keuntungan bagi dirinya atau bagi orang lain. Sebaliknya tindakan negatif adalah tindakan yang membawa kerugian bagi dirinya maupun bagi orang lain.

3. Tindakan Manusia merupakan Implementasi dari Ciri Kebudayaan yang Dianutnya
Tindakan anggota masyarakat suatu daerah yang dilakukan sejak dahulu kala dan masih berlanjut hingga saat ini merupakan kebudayaan yang akan menjadi ciri suatu daerah. Kebudayaan yang diimplementasikan dalam tindakan anggota- anggotanya akan menjadi adat kebiasaan. 

Baca Juga: Pengertian Adat Istiadat, Kriteria, Macam, dan Bentuknya

Menurut Max Weber (dalam Avendano, 2021), tindakan sosial dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
1. Tindakan Sosial Tradisional
Tindakan yang dilakukan pada situasi tertentu sebagai hasil dari tradisi dan adat istiadat. Tindakan ini kadang kala dilakukan tanpa menyadari alasan melakukannya karena sudah dianggap sebagai suatu kebiasaan. 

Baca Juga: Tindakan Sosial. Tindakan Tradisional

2. Tindakan Sosial Afektif
Tindakan ini sebagian besar dikuasai perasaan atau emosi, tanpa pertimbangan akal budi. Tindakan ini sering dilakukan tanpa perencanaan yang matang dan tanpa kesadaran penuh. Tindakan ini akan lebih tidak terkendali jika dilakukan di tengah-tengah massa.

Baca Juga: Tindakan Sosial. Tindakan Afektif

3. Tindakan Sosial Rasionalitas Berorientasi Nilai
Tindakan ini biasanya berkaitan dengan nilai-nilai dasar yang berkembang di dalam masyarakat dan umumnya ditandai dengan prinsip-prinsip moral atau etika yang dilaksanakan secara kolektif untuk kebaikan.

Baca Juga: Tindakan Sosial. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

4. Tindakan Sosial Rasional Instrumental
Tindakan ini dilakukan berdasarkan pada akal atau secara rasional dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang hendak dicapai. Alat atau instrumen yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut diperhitungkan secara rasional dengan memperhatikan manfaat dan Kegunaannya.

Baca Juga: Tindakan Sosial. Tindakan Rasional Instrumental

C. Hubungan Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hubungan sosial berarti hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat. Secara umum, hubungan sosial adalah hubungan timbal balik antarindividu dan saling memengaruhi satu sama lain atas dasar kesadaran saling tolong menolong. Unsur utama yang mendasari hubungan sosial adalah interaksi sosial.
1. Hakikat Interaksi Sosial
Manusia secara kodrati adalah makhluk sosial. Di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan manusia lain. Oleh karena itu, interaksi dengan orang lain merupakan kebutuhan mendasar dalam diri manusia.

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling memengaruhi antarindividu, antara individu dan kelompok, dan antarkelompok. Sementara itu, Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dan kelompok, atau antarkelompok.

Dalam interaksi sosial, salah satu pihak memberikan stimulus atau aksi dan pihak lain memberikan respons atau reaksi.

2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan dapat disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri berikut.
a. Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
b. Komunikasi antarpelaku menggunakan simbol atau lambang.
c. Dimensi waktu meliputi masa lalu, masa kini, dan masa depan.
d. Memiliki tujuan yang hendak dicapai.

Sementara itu, menurut Soerjono Soekanto, syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial bisa terjadi tanpa adanya komunikasi. Contohnya, penumpang bus mengendarai bus bersama, tetapi saling berkomunikasi.

Kontak sosial tanpa komunikasi tidak bermakna apa-apa dalam sebuah interaksi karena masing-masing pihak tidak bisa saling memahami maksud dan perasaan masing-masing. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Hal terpenting dalam komunikasi adalah kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan.

Demikian, syarat sebuah hubungan dapat disebut interaksi sosial adalah sebagai berikut.
a. Adanya hubungan timbal balik yang saling memengaruhi antara yang satu dengan lainnya.
b. Interaksi harus berpedoman kepada norma-norma atau kaidah sebagai acuan.
c. Adanya reaksi dari pihak lain atas komunikasi tersebut.
d. Harus mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.
e. Interaksi sosial bersifat positif, dinamis, dan berkesinambungan.

3. Pendekatan Interaksi Sosial
Untuk mempelajari interaksi sosial, sosiolog menggunakan pendekatan tertentu yang dikenal dengan perspektif interaksionis (interactionist perspective). Salah satu pendekatan dalam perspektif interaksionis adalah interaksionisme simbolik.

Kata "simbolik" mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi. Simbol adalah sesuatu yang diberi nilai dan makna oleh penggunanya. Dengan demikian, simbol yang sama dapat memiliki makna yang berbeda-beda bagi setiap orang.

Makna muncul dari interaksi sosial, tetapi makna tidak langsung diberikan atau ditanggapi. Menurut W. I. Thomas, seseorang tidak langsung bereaksi atau memberi tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus) dari luar, melainkan menilai atau mempertimbangkan terlebih dahulu berdasarkan definisi atas situasi.

Herbert Blumer menyatakan bahwa terdapat tiga pokok pikiran dalam interaksionisme simbolik, yaitu act, thing, dan meaning. Seseorang bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu bagi dirinya (meaning).

Erving Goffman. Menurut Goffman, dalam setiap interaksi ada individu yang membuat pernyataan (expression) dan ada individu lain yang memperoleh kesan (impression). Goffman menyebut usaha ini sebagai pengaturan kesan (impression management). 

Baca Juga: Erving Goffman. The Presentation of Self in Everyday Life

Pada saat seseorang membuat pernyataan, akan muncul dalam penampilannya dua bentuk pernyataan atau ekspresi, yaitu ekspresi yang diberikan dan ekspresi yang dilepaskan.

Secara umum, interaksi sosial dapat terjadi antarindividu, antara individu dan kelompok, serta antarkelompok. Interaksi sosial antarindividu dapat bersifat positif maupun negatif. Interaksi positif artinya saling menguntungkan, sementara interaksi negatif artinya merugikan salah satu pihak atau keduanya.

Interaksi sosial juga dapat terjadi meskipun orang-orang yang saling bertatap muka tidak saling berhubungan secara verbal (lisan).

4. Faktor Pendorong Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan proses yang cukup kompleks karena dilandasi oleh beberapa faktor psikologis yang dapat berdiri sendiri atau berfungsi bersama- sama sebagai dasar terjadinya interaksi sosial. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
a. Imitasi
Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Imitasi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, misalnya gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang.

Dorongan seseorang untuk meniru orang lain tidak terjadi dengan sendirinya. Diperlukan sikap menerima, mengagumi, dan menjunjung tinggi apa yang akan diimitasi. Menurut A. M. J. Chorus, sejumlah syarat harus dipenuhi dalam mengimitasi, yaitu minat atau perhatian terhadap objek atau subjek yang akan ditiru, serta sikap menghargai, mengagumi, dan memahami sesuatu yang akan ditiru.

Imitasi juga mempunyai peran yang sangat penting dalam interaksi sosial, salah satunya mendorong seseorang untuk mematuhi norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Namun, imitasi juga dapat menghasilkan tindakan negatif jika yang ditiru adalah tindakan yang menyimpang dari nilai dan norma di masyarakat.

b. Sugesti
Sugesti berlangsung ketika seseorang memberi pandangan atau pernyataan sikap yang dianutnya dan diterima oleh orang lain. Sugesti biasanya muncul ketika si penerima sugesti tidak dapat berpikir rasional. Ia akan langsung menerima segala anjuran atau nasihat yang diberikan dan meyakini kebenarannya.

Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut.
1) Orang yang berwibawa, karismatik, atau memiliki pengaruh kuat terhadap penerima sugesti.
2) Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari penerima sugesti, misalnya atasan di kantor.
3) Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
4) Reklame atau iklan di media massa.

Terjadinya sugesti bukan hanya karena faktor pemberi sugesti, melainkan juga karena beberapa faktor di dalam diri penerima sugesti. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1) Terhambatnya daya berpikir kritis.
2) Kemampuan berpikir terpecah belah (disosiasi).
3) Orang yang ragu-ragu dan pendapat satu arah.

c. Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi karena dapat membentuk kepribadian seseorang. Orang melakukan proses identifikasi karena memerlukan tipe ideal tertentu dalam kehidupannya.

d. Simpati
Simpati merupakan kondisi ketertarikan seseorang kepada orang lain. Ketika bersimpati, seseorang menempatkan dirinya dalam keadaan orang lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang lain. Dalam proses ini, perasaan berperan penting walaupun alasan utamanya adalah keinginan memahami dan bekerja sama dengan orang lain.

e. Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang dapat memengaruhi kondisi fisik dan jiwa seseorang.

Di samping faktor-faktor di atas, Karp dan Yoels membahas sumber-sumber informasi yang mendasari interaksi seseorang dengan orang lain. Mereka menyatakan bahwa apabila seseorang baru berjumpa dengan orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha mencari informasi tentang orang itu.

Sejalan dengan Goffman bahwa seseorang akan berusaha mencari informasi tentang orang lain yang ditemuinya agar dapat mendefinisikan situasi.

5. Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial berlangsung dalam dua jenis proses sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Proses asosiatif mengarah pada persatuan atau integrasi sosial. Sebaliknya, proses disosiatif atau disebut juga proses oposisi adalah cara melawan seseorang atau sekelompok orang demi meraih tujuan tertentu.
a. Proses Asosiatif
Proses asosiatif meliputi bentuk-bentuk, antara lain sebagai berikut.
1) Kerja sama
Kerja sama didefinisikan sebagai suatu usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dimungkinkan oleh orientasi individu terhadap kelompoknya (in group) dan orientasi individu terhadap kelompok lain (out group).

Menurut Charles H. Cooley, kerja sama timbul apabila seseorang menyadari dirinya mempunyai kepentingan atau tujuan yang sama dengan orang lain. Selain itu, ia menyadari bahwa kepentingan tersebut bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain dan ia menyadari bahwa ia memiliki pengetahuan dan pengendalian terhadap dirinya sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut.

Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki lima bentuk sebagai berikut.
a) Kerukunan atau gotong royong
b) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih. Dalam bargaining, prinsip keadilan sangat ditekankan.
c) Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara menghindari konflik yang dapat mengguncang organisasi.
d) Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil karena kedua organisasi memiliki struktur tersendiri.
e) Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu, misalnya pertambangan minyak dan perhotelan.

2) Akomodasi
Akomodasi memiliki dua pengertian, yakni sebagai keadaan dan sebagai proses. Akomodasi sebagai keadaan mengacu pada keseimbangan interaksi antarindividu atau antarkelompok berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku.

Akomodasi sebagai proses mengacu pada usaha- usaha manusia untuk meredakan pertentangan agar tercipta keseimbangan. Akomodasi sebenarnya merupakan cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan lawan. Tujuan akomodasi berbeda-beda, tergantung pada situasi yang dihadapi. Beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut.
a) Menghasilkan sintesis atau titik temu antara beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola baru.
b) Mencegah terjadinya pertentangan untuk sementara.
c) Mengadakan kerja sama antarkelompok sosial yang terpisah akibat faktor sosial dan psikologis atau kebudayaan.
d) Mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui perkawinan.

3) Asimilasi
Asimilasi merupakan usaha untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat, proses asimiliasi akan timbul jika ada kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kebudayaan.

Selanjutnya, individu-individu dalam kelompok tersebut saling berinteraksi secara langsung dan terus-menerus dalam jangka waktu lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri.

Dalam asimilasi terjadi proses identifikasi diri dengan kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila dua kelompok melakukan asimilasi, maka batas-batas antarkelompok akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok yang baru.

4) Akulturasi
Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-masing.

Proses akulturasi dapat berjalan sangat cepat atau lambat, tergantung dari persepsi masyarakat setempat terhadap budaya asing yang masuk. Apabila budaya asing itu masuk melalui proses pemaksaan, maka akulturasi memakan waktu relatif lama. Sebaliknya, apabila budaya asing itu masuk melalui proses damai, akulturasi akan terjadi secara cepat.

b. Proses Disosiatif

Proses disosiatif

Adapun proses disosiatif meliputi bentuk-bentuk, antara lain sebagai berikut.
1) Persaingan
Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan mempunyai dua tipe, yaitu bersifat pribadi dan bersifat nonpribadi. Tipe persaingan yang bersifat pribadi disebut juga dengan rivalitas (rivalry). Dalam persaingan yang bersifat nonpribadi, yang bersaing bukanlah individu, melainkan kelompok.

Salah satu ciri dari persaingan adalah perjuangan yang dilakukan secara damai dan sportif (fair play), artinya, persaingan selalu menjunjung tinggi batasan dan aturan. Oleh karena itu, persaingan sangat baik untuk meningkatkan prestasi seseorang.

2) Kontravensi
Kontravensi pada hakikatnya merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan ketidakpuasan seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, dan keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi cenderung bersifat rahasia.

Perang dingin merupakan salah satu contoh kontravensi karena tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak diserang secara fisik, tetapi secara psikologis. Wujudnya dapat berupa protes, fitnah, maki-makian melalui surat selebaran, agitasi atau hasutan, subversi, teror, dan lain-lain.

Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, kontravensi memiliki lima bentuk sebagai berikut.
a) Umum, misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes, perbuatan menghalang-halangi, penggunaan kekerasan, atau pengacauan rencana pihak lain.
b) Sederhana, misalnya penyangkalan pernyataan orang di muka umum, maki-makian melalui surat atau selebaran, dan cercaan.
c) Intensif, misalnya penghasutan atau penyebaran desas- desus.
d) Rahasia, misalnya pembocoran rahasia lawan atau pengkhianatan.
e) Taktis, misalnya kejutan terhadap lawan, pembingungan pihak lawan, provokasi, atau intimidasi.

3) Pertentangan
Pertentangan atau konflik adalah perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuan dengan cara menantang pihak lawan. Biasanya, konflik disertai dengan ancaman atau kekerasan.

Konflik terjadi karena perbedaan pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan, dan perubahan-perubahan sosial yang cepat yang menimbulkan disorganisasi sosial.

Perbedaan-perbedaan tersebut akan memuncak menjadi pertentangan karena keinginan-keinginan individu tidak dapat diakomodasi. Akibatnya, tiap individu atau kelompok berusaha menghancurkan lawan dengan ancaman atau kekerasan.

Sumber:
Maryati, Kun, Juju Suryawati, Nina R. Suminar. 2022. IPS: Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Erlangga. Jakarta 

Download

Lihat Juga:

Program Tahunan (Prota) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka) 

Program Semester (Prosem) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka)

Capaian Pembelajaran Sosiologi (Fase E)

Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) Sosiologi SMA Fase E

Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka)

Modul Ajar Sosiologi SMA Fase E - Bab 3 

PPT Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 3 Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Video Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 3 Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial

Infografis Materi Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial

Materi Alternatif: Materi Sosiologi Kelas X Bab 3: Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas (Kurikulum Merdeka)

PPT Alternatif: PPT Sosiologi Kelas X Bab 3. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas (Kurikulum Merdeka)

Video Alternatif: Video Materi Sosiologi Kelas X Bab 3: Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas (Kurikulum Merdeka)

PPT Penerbit: PPT SMA SOSIOLOGI KELAS 10 KM - BAB 3 

Lembar Kerja 3. 1  Materi Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Lembar Kerja 3. 2  Materi Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)  

Lembar Kerja 3. 3 Materi Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Lembar Kerja 3. 4 Materi Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 3. 1 Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)  

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 3. 2 Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 3. 3 Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 3. 4 Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)  

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Uji Capaian Pembelajaran 1 (Kurikulum Merdeka)

Soal Uji Pemahaman Materi Bab 3:

Soal Pilihan Ganda dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Esai dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Uji Capaian Pembelajaran 1:

Soal Pilihan Ganda dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Esai dan Pembahasannya Klik di SINI

Baca Juga:

Materi P5 : Bullying (Perundungan): Pengertian, Kategori, Karakteristik, Faktor Penyebab, Jenis, Teori, dan Peran Orang Tua

Video Materi P5 tentang Perundungan (Bullying)

PPT Materi P5 tentang Perundungan (Bullying) untuk Kurikulum Merdeka
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 3: Identitas Diri, Tindakan Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)"