Materi Sosiologi Kelas X Bab 4: Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

Lembaga Sosial
Lembaga Sosial
Berbagai padanan dari istilah lembaga sosial adalah pranata sosial dan institusi sosial. Kita sebagai makhluk sosial membutuhkan hidup bersama, berkelompok dan berorganisasi dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Wujud dan bentuk dari hidup berkelompok adalah lembaga sosial.

Baca Juga: Pengertian Lembaga Sosial, Perkembangan, Syarat, Ciri, Fungsi, Tipe, Jenis, dan Contohnya

Kita memiliki keluarga, memiliki guru, melakukan konsumsi adalah contoh bahwa hidup manusia selalu melekat dan terkait dengan lembaga sosial. Identitas kita, misalnya anaknya siapa, siswa dari sekolah maria, agama apa yang dianut, menunjukkan kedekatan kita dengan lembaga sosial. Termasuk status sosial kita, yang menunjukkan individu sebagai apa dan perannya apa, sangat terkait dengan lembaga sosial.

Berbagai bentuk dari lembaga sosial yang menentukan identitas, status, dan peran individu adalah keluarga, pendidikan, agama, ekonomi dan politik. Sebelum lebih jauh kita belajar tentang lembaga sosial, mari kita pelajari bagaimana para sosiolog mendefinisikan lembaga sosial.

Baca Juga: Pengertian Peranan Sosial, Ruang Lingkup, Macam, Kategori, Teori, dan Beberapa Konsep

Berikut definisi dari lembaga sosial yang dijelaskan oleh para sosiolog yang dirangkum oleh Soekanto (2009):
a. Horton dan Hunt menjelaskan, lembaga sosial adalah sistem norma untuk mencapai tujuan atau kegiatan yang menurut masyarakat penting.
b. Robert Mac Iver dan C.H. Page menyatakan lembaga sosial adalah prosedur atau tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.
c. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas- aktivitas untuk memenuhi kebutuhan yang kompleks dalam kehidupan masyarakat.

Dijelaskan oleh Soekanto, bahwa lembaga sosial dan pranata sosial saling berkaitan, seperti pendapat dari para ilmuwan sosial di atas yang memiliki kesamaan yaitu Koentjaraningrat (1964) yang menekankan pada sistem tata kelakuan, lalu Horton dan Hunt menekankan pada sistem norma dan Robert Mac Iver dan C.H. Page juga menekankan pada prosedur dan tata cara. Hal ini terkait erat dengan norma. 

Baca Juga: Pengertian Norma Sosial, Fungsi, Ciri, Tingkatan, dan Jenisnya

Berdasarkan KBBI, norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima. Sedangkan pengendalian sosial dalam hal ini dipahami sebagai pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat.

A. Proses Lembaga Sosial: dari Norma menjadi Lembaga Sosial
Proses terjadi dan berkembangnya lembaga sosial berawal dari norma yang telah terbentuk dalam suatu masyarakat dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan tingkatan dan daya ikatnya, secara sosiologis terdapat empat norma yaitu:
a. Cara (usage)
b. Kebiasaan (folkways)
c. Tata kelakuan (mores)
d. Adat istiadat (custom)

Dijelaskan pula oleh Soekanto (2009) bahwa norma sudah terlembaga (rutin dilakukan) apabila telah diketahui, dipahami, ditaati dan dihargai oleh individu. Untuk melembagakan norma agar dipatuhi oleh individu dalam suatu masyarakat, maka terdapat sistem pengendalian sosial. Misalnya, agar aturan dipatuhi oleh individu, terdapat kontrol yang dilakukan masyarakat dan lembaga pemerintah.

Terdapat dua alasan mengapa terdapat sistem pengendalian sosial, yaitu:
a. Pengendalian sosial sebagai bentuk preventif (pencegahan) agar tidak dilanggar, tidak diulang dan tidak ditiru oleh individu lainnya.
b. Pengendalian sosial dapat dianggap sebagai represif (tekanan) yang dirasakan oleh individu karena mendorong individu untuk mematuhi aturan.

Pengendalian sosial sebagai bentuk preventif

B. Jenis dan Fungsi Lembaga Sosial
Lembaga sosial atau dapat disebut sebagai lembaga kemasyarakatan, secara sederhana dapat dipahami sebagai seperangkat norma yang mengatur, mengendalikan tindakan individu dalam kehidupan Bersama. Seperti yang dijelaskan oleh teori fungsionalisme struktural, masyarakat terdiri dari berbagai sistem yang masing-masing memiliki fungsi, lembaga sosial dalam pandangan ini dianggap memiliki fungsi dalam menjaga keseimbangan dan keteraturan masyarakat. 

Baca Juga: Fungsionalisme Struktural

Untuk menjaga berjalannya norma, pengendalian sosial haruslah ada dan dilakukan. Lembaga sosial yang melekat dalam keseharian hidup individu harus mengatur dan mengontrol perilaku individu.

Di sisi lain, teori konflik memiliki pendapat yang berbeda. Teori konflik menganggap masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang saling bertentangan. Ketika terjadi pelanggaran atau masalah sosial, hal ini menunjukkan kemungkinan terdapat ketimpangan atau distribusi yang tidak merata di suatu masyarakat.

Misalnya ketika melihat tindakan kriminal dan protes sosial, teori konflik akan mengaitkannya dengan data kemiskinan, pengangguran, dan berbagai ketimpangan sosial yang terjadi di suatu masyarakat. Ketika terdapat individu yang melakukan protes, teori konflik akan melihat ini sebagai bentuk perlawanan terhadap pengendalian sosial yang bersifat represif atau menekan.

Berbagai jenis dari lembaga sosial yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat yaitu lembaga keluarga, lembaga agama, lembaga politik, lembaga Pendidikan dan lembaga ekonomi. Beberapa penjelasan seperti yang dirangkum oleh Macionis (2008) sebagai berikut:
a. Lembaga Keluarga
Konsep dasar tentang keluarga dipahami sebagai institusi sosial yang hampir terdapat di berbagai masyarakat, di mana dalam keluarga terdapat individu-individu yang saling bekerja sama, merawat dan melindungi. Keterikatan dalam keluarga biasanya disebut sebagai kekerabatan

Baca Juga: Pengertian Lembaga Keluarga, Ciri, Tujuan, Peran, Fungsi, Aturan, Tahap, Tipe, dan Contohnya

Konsep kekerabatan adalah ikatan sosial berdasarkan nenek moyang, perkawinan ataupun adopsi. Contoh norma dalam lembaga keluarga, adalah UU Pernikahan, aturan mengenai warisan, dan lain-lain.

b. Lembaga Politik
Lembaga politik menurut Macionis (2008) dipahami sebagai institusi sosial yang mendistribusikan kekuasaan, mengatur tujuan masyarakat dan membuat keputusan atau kebijakan. Bentuk dari lembaga politik adalah negara, partai politik dan lain-lain. Contoh norma dalam lembaga politik adalah UU Dasar suatu negara, UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum dan lain-lain. 

Baca Juga: Pengertian Lembaga Politik, Konsep, Ciri, Peran, Fungsi, dan Jenisnya

c. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan menurut Macionis (2008) adalah institusi sosial yang disediakan oleh masyarakat untuk menyiapkan, mendidik anggotanya agar memiliki pengetahuan, keterampilan akan norma dan nilai sosial budaya suatu masyarakat. Contoh dari lembaga pendidikan adalah sekolah, pondok pesantren, lembaga kursus, lembaga pelatihan dan lain sebagainya.

Baca Juga: Pengertian Lembaga Pendidikan, Tujuan, Tugas, Fungsi, Jenis, dan Contohnya

d. Lembaga Agama
Lembaga agama dalam konsep institusi sosial dipahami sebagai institusi penting yang mengatur kehidupan masyarakat dan bermasyarakat. Agama berkaitan dengan sesuatu yang sakral dan suci, ajaran, dan kepercayaan yang membimbing manusia.

Contoh dari lembaga agama yang terdapat di Indonesia adalah lembaga agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Agama Konghucu dan lain sebagainya.

Baca Juga: Pengertian Lembaga Agama, Unsur, Ciri, Fungsi, dan Contohnya

e. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi menurut Macionis (2008) adalah institusi sosial yang mengatur kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi barang dan jasa. Contoh lembaga ekonomi adalah perusahaan, toko, lembaga keuangan dan lain-lain.

Baca Juga: Pengertian Lembaga Ekonomi, Struktur, Unsur, Ciri, Fungsi, Bagian, Jenis, dan Contohnya

Adapun fungsi lembaga sosial dalam kehidupan masyarakat di antaranya,
a. Fungsi Laten secara sederhana dipahami sebagai fungsi yang tersembunyi yang tidak disadari oleh anggota suatu lembaga sosial. Sebagai contoh, fungsi laten lembaga Pendidikan adalah mengurangi fungsi pengawasan orang tua dikarenakan orang tua telah mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada sekolah.
b. Fungsi manifes dapat dipahami sebagai fungsi yang dikehendaki, disadari dan diakui oleh anggota suatu masyarakat. Sebagai contoh, fungsi manifest dari lembaga Pendidikan adalah mencetak dan menyiapkan generasi muda agar terampil dan siap kerja.

Dijelaskan oleh Kamanto (2004) bahwa masing-masing lembaga sosial memiliki fungsi masing-masing secara khusus, baik fungsi laten maupun manifestasinya.

Beberapa fungsi umum lembaga sosial seperti yang dirangkum oleh Soekanto (2009:171) adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana mereka berperilaku, menghadapi tantangan atau masalah dan memenuhi kebutuhan.
b. Menjaga keutuhan masyarakat.
c. Memberikan pegangan dengan cara melakukan pengendalian sosial.

C. Tertib Sosial dan Penyimpangan Sosial
Guna menjaga agar lembaga sosial berfungsi dengan baik, masyarakat harus melakukan pengendalian sosial. Individu merespons pengendalian sosial sehingga terjadi tertib sosial (comformity) dan penyimpangan sosial (deviation) dapat dihindari.

Tertib Sosial dan Penyimpangan Sosial

Tertib sosial dapat dipahami sebagai penyesuaian diri individu, masyarakat dengan cara menaati aturan dan norma. Tertib sosial terjadi karena individu mengubah perilaku mereka agar sesuai dengan aturan dan norma.

D. Heterogenitas Sosial: Pelapisan Sosial dan Diferensiasi Sosial
Dalam buku Soekanto (2009), sosiolog Pitirim A. Sorokin menjelaskan bahwa terdapat sistem lapisan masyarakat yang memiliki ciri yang tetap dan umum. Pelapisan sosial dalam hal ini dipahami sebagai pembedaan individu dan masyarakat secara bertingkat (vertikal).

Pelapisan sosial terjadi karena terdapat sesuatu yang dihargai secara lebih di masyarakat atas individu. Misalnya seseorang yang bekerja lebih keras atau memiliki pendidikan lebih tinggi mendapatkan penghargaan yang berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang dianggap tidak bekerja atau berpendidikan rendah. Sistem ini juga dikenal sebagai meritokrasi.

Baca Juga: Meritokrasi: Pengertian, Sejarah, Kelebihan, Kekurangan, Negara, dan Penerapannya di Indonesia

a. Kelas sosial
Kelas sosial dapat dipahami sebagai kesadaran atas golongan individu atau kelompok dalam suatu lapisan tertentu di masyarakat. Ukuran dari kelas sosial adalah ekonomi (kekayaan), kekuasaan dan kehormatan (jabatan), serta pendidikan (ilmu pengetahuan).

Piramida kelas sosial
Piramida kelas sosial memiliki tiga lapisan masyarakat berdasarkan kelas-kelas sosial yaitu kelas bawah (lower class), kelas menengah (middle class) dan kelas atas (upper class). Ukuran dari berbagai lapisan sosial tersebut berdasarkan ukuran-ukuran tertentu, misalnya kelas buruh, kelas pengusaha, dan lain-lain.

Terkait dengan sistem pelapisan sosial, berdasarkan Soekanto (2009), terdapat tiga sistem lapisan sosial di suatu masyarakat, yaitu:
a) Pelapisan sosial terbuka adalah sistem pelapisan masyarakat yang memberikan kesempatan bagi individu untuk naik atau turun antar lapisan. Sebagai contoh, sistem ini terdapat pada masyarakat yang demokratis, yang membuka kesempatan bagi individu yang memiliki kemampuan untuk dapat memperbaiki posisi sosialnya.
b) Pelapisan sosial tertutup adalah sistem pelapisan yang tertutup untuk pergerakan naik atau turunnya status sosial individu. Sebagai contoh, pada sistem ini terjadi di masyarakat yang masih menganut sistem kasta dan feodal.
c) Pelapisan sosial campuran adalah sistem pelapisan yang terbatas untuk pergerakan naik atau turunnya status sosial individu. Sebagai contoh, sistem ini berlaku pada masyarakat yang masih memberikan keterbatasan bagi individu untuk memperbaiki posisi sosial.

Seperti yang telah Anda saksikan pada gambar piramida kelas sosial, masyarakat kelas bawah paling banyak jumlahnya. Apabila pelapisan itu berdasarkan ekonomi maka kita dapat melihat adanya ketimpangan sosial perbedaan yang begitu mencolok dari kelas-kelas sosial. Kemiskinan, pengangguran merupakan contoh dari ketimpangan sosial.

Selain lapisan sosial secara vertikal, di masyarakat juga terdapat pembedaan individu dan masyarakat secara horizontal atau sejajar. Apabila Anda amati, masyarakat kita berbeda-beda tetapi posisinya tetap sejajar atau setara.

b. Diferensiasi sosial
Diferensiasi sosial adalah pembedaan individu secara horizontal atau sejajar. Dasar dari diferensiasi sosial adalah suku, ras, jenis kelamin, agama dan profesi. Mengacu pada diferensiasi sosial, individu-individu yang berada di masyarakat sangat beragam.
Diferensiasi sosial

Keberagaman individu berdasarkan suku, agama, jenis kelamin dan profesi. Profesi dalam hal ini mengacu pada keahlian yang dimiliki oleh individu, bukan pada jumlah kekayaan yang dimilikinya

Beberapa hal yang terkait dengan stereotip dan prasangka merupakan tantangan dari heterogenitas masyarakat. Pelapisan sosial dan diferensiasi sosial selain memberikan kesempatan bagi individu untuk saling belajar, termotivasi dan mengembangkan toleransi.

Tetapi, sebaliknya apabila stereotip dan prasangka antar berbagai kelompok dan kelas sosial yang berbeda, disintegrasi sosial, konflik sosial adalah salah satu tantangan dari heterogenitas masyarakat.

Selain individu dan kelompok di masyarakat berbeda, di dalam heterogenitas (keragaman) juga terdapat homogenitas, misalnya persamaan yang dibangun berdasarkan suku yang sama, misalnya sesama Suku Sunda, sesama Suku Melayu.

Ikatan ini berdasarkan pada persamaan nenek moyang, asal daerah, dan budaya. Sedangkan persamaan juga dibangun dari kondisi yang sama, hal ini berdasarkan pada posisi dan peran sosial, misalnya sebagai siswa. Saat hidup bersama terdapat keragaman (heterogenitas) dan kesamaan (homogenitas). Penting bagi kita untuk menyikapi kondisi tersebut secara arif dan bijaksana.

Sumber: Oktafiana, Sari, dkk. “Ilmu Pengetahuan Sosial”. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta 

Download

Lihat Juga

Program Tahunan (Prota) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka) 

Program Semester (Prosem) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka)

Capaian Pembelajaran Sosiologi (Fase E)

Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) Sosiologi SMA Fase E

Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) Sosiologi SMA Fase E (Kurikulum Merdeka)

Modul Ajar Sosiologi SMA Fase E - Bab 4

Buku Panduan Guru IPS (Sosiologi) Fase E

PPT Sosiologi Kelas X Bab 4. Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

Video Pembelajaran Materi Sosiologi Kelas X Bab 4. Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka) 

Evaluasi Pilihan Ganda dan Esai Pemahaman Materi Sosiologi Kelas X

Materi Alternatif: Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 4: Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

PPT Alternatif: PPT Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 4 Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

Video Alternatif: Video Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 4 Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

PPT Penerbit Erlangga: PPT SMA SOSIOLOGI KELAS 10 KM - BAB 4 

Infografis Materi Lembaga Sosial

Lembar Kerja 4. 1 Materi Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)  

Lembar Kerja 4. 2 Materi Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

Lembar Kerja 4. 3 Materi Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

Lembar Kerja 4. 4 Materi Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)  

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 4. 1 Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 4. 2 Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 4. 3 Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)  

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Bab 4. 4 Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas X (Fase E) Uji Capaian Pembelajaran 2 (Kurikulum Merdeka)

Soal Uji Pemahaman Materi Bab 4:

Soal Pilihan Ganda dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Esai dan Pembahasannya Klik di SINI

Soal Uji Capaian Pembelajaran 2:

Soal Pilihan Gandanya Klik di SINI

Soal Esainya Klik di SINI

Baca Juga:

Materi P5 : Bullying (Perundungan): Pengertian, Kategori, Karakteristik, Faktor Penyebab, Jenis, Teori, dan Peran Orang Tua

Video Materi P5 tentang Perundungan (Bullying)

PPT Materi P5 tentang Perundungan (Bullying) untuk Kurikulum Merdeka
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Materi Sosiologi Kelas X Bab 4: Lembaga Sosial (Kurikulum Merdeka)"