Penjelasan Mendalam Isi Buku The Functions of Social Conflict (1956) Karya Lewis A. Coser: Teori Konflik Sosial, Fungsi, dan Relevansinya
Abstraksi
The Functions of Social Conflict (1956) adalah karya klasik dalam teori sosiologi yang disusun oleh Lewis A. Coser. Buku ini secara fundamental merevisi pandangan yang dominan pada masanya, yaitu fungsionalisme struktural, yang cenderung melihat konflik sebagai fenomena disfungsional dan patologis. Dengan berakar kuat pada pemikiran sosiolog Jerman Georg Simmel, Coser berargumen bahwa konflik bukanlah ancaman yang selalu mengarah pada disintegrasi sosial, melainkan dapat menjalankan serangkaian fungsi positif yang krusial bagi kesehatan dan kelangsungan hidup suatu sistem sosial.
Baca Juga: Uraian Komprehensif Teori Struktural Fungsional dalam Sosiologi: Konsep, Tokoh, dan Penerapannya
Tulisan ini menguraikan proposisi-proposisi sentral Coser, menempatkannya dalam konteks perdebatan sosiologis yang sengit di Amerika Serikat pasca-Perang Dunia II, dan menganalisis warisan intelektualnya. Disimpulkan bahwa bagi Coser, stabilitas suatu sistem sosial tidak diukur dari ketiadaan konflik, tetapi dari kemampuannya untuk menginstitusionalisasi dan mengelola konflik secara adaptif. Kemampuan ini memungkinkan konflik untuk memperkuat kohesi kelompok, memicu inovasi, dan mencegah stagnasi struktural, sehingga menjadikannya aspek vital dari dinamika sosial yang sehat.
Baca Juga: Uraian Komprehensif Teori Konflik dalam Sosiologi: Konsep, Tokoh, dan Relevansinya di Era Modern
Bab 1: Pengantar—Konteks Intelektual dan Biografi Lewis A. Coser
1.1 Latar Belakang Biografis dan Intelektual
Lewis A. Coser (1913–2003) adalah seorang sosiolog Jerman-Amerika yang sangat berpengaruh dan menjabat sebagai presiden ke-66 American Sociological Association. Kehidupan dan perjalanan intelektualnya adalah bukti nyata dari bagaimana pengalaman pribadi yang diwarnai oleh konflik dan ambivalensi dapat membentuk kerangka teoretis yang unik. Lahir dari keluarga yang terpecah—ayahnya seorang industrialis Yahudi kaya dan ibunya seorang Protestan kelas atas—hidupnya sejak dini telah diwarnai oleh permusuhan dan ambivalensi.
Pengalaman paling formatif bagi Coser adalah pengasingannya. Sebagai seorang intelektual sayap kiri, ia terpaksa meninggalkan tanah airnya, Jerman, pada tahun 1933 untuk menghindari pengejaran Nazi. Pengalaman ini tidak hanya traumatis tetapi juga secara fundamental membentuk pemikirannya. Teorinya tentang bagaimana konflik eksternal dapat memperkuat kohesi kelompok dan bagaimana konflik internal dapat memberikan peran aktif bagi individu yang terisolasi dapat dilihat sebagai refleksi intelektual dari pengalaman pribadinya dalam menghadapi gejolak sosial dan politik.
Coser secara langsung mengalami bagaimana konflik eksternal dengan rezim totaliter membentuk kelompok-kelompok baru (komunitas pengungsi) dan memperkuat identitas kolektif. Oleh karena itu, bagi Coser, konflik bukanlah fenomena abstrak yang dipelajari dari jauh, melainkan sebuah proses yang ia alami secara empatis, yang meskipun menyakitkan, memiliki potensi transformatif.
1.2 Kritik Terhadap Fungsionalisme Struktural
Karya Coser muncul pada saat sosiologi Amerika pasca-perang didominasi oleh Talcott Parsons dan pendekatan fungsionalisme strukturalnya. Paradigma ini melihat masyarakat sebagai sistem yang cenderung menuju keseimbangan (equilibrium), di mana konflik, disensus, dan penyimpangan dianggap sebagai "patologi" atau disfungsional. Para fungsionalis fokus pada bagaimana masyarakat dipertahankan melalui konsensus nilai dan norma, dan mereka cenderung mengabaikan dimensi-dimensi penting seperti kekuasaan dan kepentingan.
Judul buku Coser, The Functions of Social Conflict, adalah sebuah polemik teoretis yang sangat cerdik. Dengan menggunakan kata kunci sentral dari fungsionalisme ("fungsi") dan menerapkannya pada fenomena yang dianggap berbahaya oleh fungsionalis ("konflik"), Coser secara efektif menantang dan mereformulasi seluruh paradigma. Langkah ini bukan hanya memperkenalkan teori konflik baru, tetapi juga mendemonstrasikan bahwa konflik bisa memiliki fungsi integratif dan adaptif. Buku ini menjadi "reaksi sehat" terhadap kecenderungan ilmu sosial pada saat itu untuk mengabaikan perpecahan dan "standar polemik" terhadap fungsionalisme Parsonian.
1.3 Jejak Pemikiran Georg Simmel
Penting untuk dicatat bahwa Coser tidak menciptakan teori konflik dari nol. Kontribusi fundamentalnya adalah memperbarui dan memperluas gagasan Georg Simmel, sosiolog Jerman abad ke-19 yang memandang konflik sebagai "bentuk sosialisasi" yang tak terhindarkan dalam kehidupan kelompok. Coser mengambil proposisi-proposisi dasar Simmel dan mengembangkannya dalam kerangka yang lebih empiris dan relevan dengan realitas sosial pasca-perang.
Meskipun Coser sering digambarkan sebagai pelopor, salah satu tinjauan akademis menyatakan bahwa kontribusinya adalah "penyempurnaan beberapa ide [dari para pendahulu] daripada desain konseptual baru". Namun, ini dapat dilihat sebagai kekuatannya. Dengan membangun di atas fondasi Simmel dan secara eksplisit berdialog dengan Parsons, Coser mampu menciptakan jembatan teoretis antara dua tradisi yang sebelumnya terpisah—teori fungsionalisme dan teori konflik dialektik. Coser berhasil menggabungkan perhatian fungsionalis pada stabilitas dan integrasi dengan pengakuan para ahli teori konflik akan peran sentral kekuasaan dan perubahan.
Bab 2: Proposisi Inti: Redefinisi Konflik Sosial
2.1 Definisi Konflik Sosial Lewis Coser
Coser memulai analisisnya dengan memberikan definisi yang presisi tentang konflik sosial. Ia mendefinisikannya sebagai "perjuangan memperebutkan nilai dan klaim atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang langka, di mana tujuan para lawan adalah untuk menetralisir, melukai, atau melenyapkan pesaingnya". Definisi ini mengakui sifat konflik yang disengaja dan strategis, membedakannya dari permusuhan, ketegangan, atau ketidaksepakatan yang tidak terartikulasikan. Dalam pandangan Coser, konflik adalah sebuah proses yang memiliki tujuan dan arah.
2.2 Tesis Sentral: Fungsi-Fungsi Positif Konflik
Tesis utama Coser adalah bahwa konflik, terlepas dari konotasinya yang sering negatif, dapat memiliki fungsi-fungsi yang membangun bagi sistem sosial. Ia secara sistematis menolak pandangan umum bahwa konflik harus dihindari dengan segala cara. Coser berargumen bahwa konflik dapat berfungsi sebagai mekanisme penyesuaian sosial, yang memungkinkan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan internal dan eksternal tanpa mengalami disintegrasi total. Ia mengidentifikasi sejumlah proposisi kunci yang menunjukkan peran-peran konstruktif ini.
Bab 3: Fungsi-Fungsi Konflik: Analisis Sosiologis dan Empiris
3.1 Fungsi Kohesi dan Identitas Kelompok
Coser menguraikan bagaimana konflik memiliki peran vital dalam membentuk dan memperkuat identitas serta kohesi kelompok.
a. Konflik Eksternal:
Coser, mengikuti Simmel, berargumen bahwa konflik dengan kelompok luar dapat meningkatkan kohesi internal dan memperkuat identitas kelompok. Sebagai contoh, ia menyebutkan bagaimana konflik Israel-Arab telah memperkuat kohesi di antara orang-orang Yahudi Israel. Konflik eksternal menciptakan kembali inti integratif dari kelompok yang longgar dan memperjelas garis batas antara "kita" dan "mereka," sehingga memperkuat solidaritas.
b. Konflik Internal:
Konflik di dalam kelompok juga dapat memiliki fungsi integratif. Coser menjelaskan bahwa konflik internal dapat mencegah stagnasi, mendorong vitalisasi norma, dan menyatukan individu yang terisolasi dengan memberikan mereka peran aktif. Protes Perang Vietnam yang memotivasi banyak pemuda untuk pertama kalinya mengambil peran aktif dalam kehidupan politik Amerika adalah contoh kunci yang diberikan oleh Coser untuk menggambarkan fenomena ini.
Perbandingan antara fungsi konflik internal dan eksternal dapat digambarkan dalam tabel berikut:
3.2 Konflik sebagai "Katup Pengaman" (Safety-Valve)
Coser memperkenalkan konsep "katup pengaman" atau safety-valve di mana pelepasan permusuhan yang terbatas dapat mencegah akumulasi ketegangan yang lebih besar dan berpotensi menghancurkan. Institusi katup pengaman ini memiliki fungsi ganda yang ambivalen. Di satu sisi, mereka mempertahankan stabilitas dengan membiarkan ketegangan dilepaskan secara terkontrol. Namun, di sisi lain, mereka mencegah modifikasi mendasar dari struktur sosial yang mungkin tidak adil.
Coser menyiratkan bahwa institusi ini bersifat "fungsional secara tidak lengkap" karena mereka menyediakan alternatif yang tidak menyelesaikan masalah inti, melainkan hanya meredakan gejala. Mereka melepaskan permusuhan tanpa mengubah kondisi yang menjadi sumber frustrasi, sehingga membiarkan ketidakadilan struktural tetap tidak tertangani.
3.3 Konflik sebagai Agen Perubahan dan Inovasi
Coser berpendapat bahwa konflik dapat menjadi katalisator bagi perubahan dan inovasi sosial. Dengan menantang status quo, konflik dapat memperkenalkan ide-ide baru, mendorong kreativitas, dan memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi yang berubah. Konflik memungkinkan kelompok-kelompok bawahan untuk menantang dan berpotensi menggulingkan kelompok-kelompok dominan, yang pada akhirnya dapat mengarah pada distribusi kekuasaan dan sumber daya yang lebih adil.
Bab 4: Membedah Jenis dan Intensitas Konflik
4.1 Konflik Realistis vs. Non-realistis
Coser membedakan antara dua jenis konflik utama berdasarkan tujuan dan motivasi di baliknya:
a. Konflik Realistis:
Jenis konflik ini berakar pada frustrasi terhadap klaim-klaim spesifik dan memiliki tujuan yang jelas. Konflik realistis lebih mungkin untuk diselesaikan secara konstruktif karena tujuannya dapat dicapai. Contohnya adalah sengketa mengenai sumber daya ekonomi atau kekuasaan politik.
b. Konflik Non-realistis:
Konflik ini terutama didorong oleh kebutuhan untuk melepaskan ketegangan atau permusuhan, di mana konflik itu sendiri adalah tujuan akhirnya. Jenis konflik ini sering kali bersifat ideologis atau didorong oleh agresi yang salah tempat, menjadikannya jauh lebih berbahaya dan destruktif karena tidak ada solusi rasional yang dapat mengakhirinya.
4.2 Hubungan antara Struktur Sosial dan Intensitas Konflik
Sebuah proposisi kunci dari Coser adalah bahwa konflik cenderung menjadi paling disfungsional dan intens dalam struktur sosial yang kaku. Ketika sebuah sistem sosial yang kaku (yang memiliki toleransi atau institusionalisasi konflik yang tidak memadai) menekan permusuhan, ketegangan akan menumpuk. Ketika konflik akhirnya meledak, ia tidak lagi hanya tentang tujuan realistis; ia menjadi non-realistis dan cenderung menyerang fondasi konsensual masyarakat. Akumulasi permusuhan ini menciptakan ledakan yang jauh lebih parah dan destruktif daripada jika konflik diizinkan untuk diungkapkan secara bertahap.
Coser juga menjelaskan bahwa intensitas konflik dipengaruhi oleh garis pemisah (cleavages) dalam masyarakat. Konflik yang terjadi di sepanjang garis pemisah yang sama (misalnya, jika ketidaksetaraan etnis dan ekonomi tumpang tindih) dapat mengintensifkan keparahan konflik. Sebaliknya, garis pemisah yang saling bersilangan (cross-cutting cleavages) cenderung meredakan intensitas konflik, karena individu-individu yang mungkin menjadi lawan dalam satu konteks (misalnya, politik) dapat menjadi sekutu dalam konteks lain (misalnya, ekonomi atau agama), mencegah polarisasi total.
Bab 5: Warisan dan Relevansi Kontemporer
5.1 Resepsi Akademis terhadap Karya Coser
The Functions of Social Conflict menerima resepsi yang umumnya positif, digambarkan oleh American Journal of Sociology sebagai "esensi yang jernih dan komprehensif". Karya ini juga dianggap sebagai "reaksi sehat" terhadap kecenderungan ilmu sosial pada saat itu untuk mengabaikan perpecahan. Meskipun beberapa kritikus mencatat bahwa karya Coser adalah "penyempurnaan" ide-ide Simmel daripada "desain konseptual baru", buku ini tetap menjadi klasik modern dan salah satu buku sosiologi terlaris pada masanya.
5.2 Dampak pada Teori Sosiologi
Bersama dengan Ralf Dahrendorf, Lewis Coser menjadi figur kunci dalam kebangkitan teori konflik pada tahun 1960-an, menantang dominasi fungsionalisme struktural. Kontribusi terbesarnya adalah kemampuannya untuk menjembatani kesenjangan antara fungsionalisme dan teori konflik dialektik. Ia berhasil mengintegrasikan wawasan fungsionalis tentang kebutuhan akan stabilitas dengan wawasan teori konflik tentang peran sentral kekuasaan, perubahan, dan ketidaksetaraan.
5.3 Relevansi di Abad ke-21
Proposisi Coser tetap sangat relevan untuk memahami fenomena kontemporer. Konsepnya tentang konflik non-realistis dapat diterapkan untuk menganalisis mengapa perdebatan modern, terutama di media sosial, sering kali tampak lebih berorientasi pada pelepasan emosi dan agresi daripada pencapaian tujuan yang jelas.
Demikian pula, kerangka kerjanya tentang garis pemisah yang saling bersilangan dapat menjelaskan mengapa beberapa masyarakat dengan banyak lapisan identitas (agama, kelas, etnis) dapat menahan polarisasi lebih baik daripada masyarakat dengan satu garis pemisah utama. Konsep "katup pengaman" juga masih relevan untuk menganalisis peran media sosial sebagai saluran untuk melepaskan ketegangan, meskipun tanpa selalu menghasilkan perubahan struktural yang substansial.
Bab 6: Kesimpulan dan Penilaian Komprehensif
6.1 Rekapitulasi Kontribusi Utama
Lewis A. Coser melalui The Functions of Social Conflict memberikan kontribusi abadi bagi sosiologi dengan merumuskan kembali peran konflik dalam masyarakat. Kontribusi utamanya dapat diringkas sebagai berikut:
- Konflik bukanlah patologi atau tanda kegagalan sosial, melainkan proses sosial yang universal dan fungsional.
- Fungsi-fungsi utamanya adalah memperkuat kohesi kelompok, memicu inovasi, dan mencegah stagnasi.
- Fungsi dan intensitas konflik bergantung pada jenisnya (realistis vs. non-realistis) dan struktur masyarakat di mana ia terjadi (kaku vs. fleksibel).
6.2 Penilaian Akhir
Penilaian akhir terhadap Coser adalah bahwa kontribusi utamanya tidak hanya terletak pada penyediaan teori konflik yang komprehensif, tetapi juga dalam merevolusi cara sosiolog berpikir tentang konflik. Ia memaksa disiplin ilmu untuk bergerak melampaui dikotomi sederhana antara harmoni dan disintegrasi. Ia menunjukkan bahwa konflik adalah aspek vital dari dinamika sosial yang sehat, suatu mekanisme adaptasi yang memungkinkan masyarakat untuk memperbarui norma, memperkuat identitas, dan menghindari kebekuan.
Meskipun Coser telah dikritik karena terlalu fokus pada fungsi-fungsi integratif dan terkadang mengabaikan dimensi kekerasan, karyanya tetap menjadi titik acuan penting bagi studi konflik sosial. Coser berhasil membuka jalan bagi para sosiolog untuk melihat konflik sebagai kekuatan yang berpotensi membangun, bukan hanya sebagai gejala penyakit sosial.
Karya yang dikutip
Barnes & Noble. (n.d.). Functions of social conflict by Lewis A. Coser [Paperback]. Barnesandnoble.com. Diakses 26 September 2025, dari https://www.barnesandnoble.com
Beyond Intractability. (n.d.). Conflict and conflict resolution resources. Beyondintractability.org. Diakses 26 September 2025, dari https://www.beyondintractability.org
Beyond Intractability. (n.d.). Summary of “The functions of social conflict”. Beyondintractability.org. Diakses 26 September 2025, dari https://www.beyondintractability.org
CCNET Vidyasagar University. (n.d.). SOC 201: Classical sociological theory – Lewis Coser and the theory of social conflict. Learning Management System @ Vidyasagar University. Diakses 26 September 2025, dari https://ccnet.vidyasagar.ac.in
Content Patna Women’s College. (n.d.). Conflict theory: Lewis Coser (1913–2003), Ralf Dahrendorf (1929– ). Content.patnawomenscollege.in. Diakses 26 September 2025, dari https://content.patnawomenscollege.in
Coser, L. A. (1956). The functions of social conflict. Glencoe, IL: Free Press. (Tersedia di Goodreads: https://www.goodreads.com; Simon & Schuster: https://www.simonandschuster.com)
Coser, L. A. (1964). The functions of social conflict. New York, NY: Free Press.
Coser, L. A. (2001). Fungsi konflik sosial (S. Budi, Trans.). Jakarta: Pustaka Sosial. (Karya asli diterbitkan 1956)
Cultural Apparatus. (2012, April 5). From Lewis Coser (1956) The functions of social conflict. Culturalapparatus.wordpress.com. Diakses 26 September 2025, dari https://culturalapparatus.wordpress.com
Deutsche Nationalbibliothek. (n.d.). Lewis A. Coser: A stranger within more than one gate. D-nb.info. Diakses 26 September 2025, dari https://d-nb.info
DiVA Portal. (n.d.). Coser paper to the transatlantic voyages, International Congress of Sociology, University of Nancy, France, May 31–June 1. Diva-portal.org. Diakses 26 September 2025, dari https://www.diva-portal.org
Encyclopedia Wikipedia. (n.d.). Lewis A. Coser. In Wikipedia. Diakses 26 September 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Lewis_A._Coser
Goodreads. (n.d.). The functions of social conflict by Lewis A. Coser. Goodreads.com. Diakses 26 September 2025, dari https://www.goodreads.com
ProQuest. (n.d.). Coser: The functions of social conflict (Book review). Search.proquest.com. Diakses 26 September 2025, dari https://search.proquest.com
Scribd. (n.d.). Lewis Coser biography [PDF]. Scribd.com. Diakses 26 September 2025, dari https://www.scribd.com
Scribd. (n.d.). The conflict functionalism of Lewis A. Coser [PDF]. Scribd.com. Diakses 26 September 2025, dari https://www.scribd.com
Scribd. (n.d.). Lewis Coser: Sociology and social conflict [PDF]. Scribd.com. Diakses 26 September 2025, dari https://www.scribd.com
Simon & Schuster. (n.d.). Functions of social conflict. Simonandschuster.com. Diakses 26 September 2025, dari https://www.simonandschuster.com
SlideShare. (n.d.). Conflict theory [PowerPoint slides]. Slideshare.net. Diakses 26 September 2025, dari https://www.slideshare.net
Sociology Lens. (n.d.). Lewis Coser: Conflict theory. Sociologylens.in. Diakses 26 September 2025, dari https://www.sociologylens.in
Sosains Greenvest. (n.d.). Studi Islam dalam pendekatan sosiologi. Jurnal Sosial dan Sains. Sosains.greenvest.co.id. Diakses 26 September 2025, dari https://sosains.greenvest.co.id
ZORA – University of Zurich. (n.d.). Conflict theory. Zurich Open Repository and Archive (ZORA). Zora.uzh.ch. Diakses 26 September 2025, dari https://zora.uzh.ch
%20Karya%20Lewis%20A.%20Coser.png)

Post a Comment