Dialektika Pencerahan Max Horkheimer dan Theodor Adorno: Analisis Genealogi Dominasi dan Patologi Rasio dalam Teori Kritis Modern

Table of Contents

Dialectic of Enlightenment" (1944) oleh Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno
I. Pendahuluan: Konteks Genealogi Dominasi

1.1. Latar Belakang Intelektual: Mazhab Frankfurt dan Trauma Fasisme

Dialectic of Enlightenment (DoE), yang ditulis oleh Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno, adalah teks fundamental dari Mazhab Frankfurt (Frankfurt School) yang menganut Teori Kritis. Buku ini disusun antara tahun 1939 hingga 1944, selama masa pengasingan kedua penulis di California, Amerika Serikat, jauh dari kekejaman Perang Dunia II di Eropa. Konteks sejarah ini sangat penting, karena DoE merupakan respons mendalam terhadap kegagalan Pencerahan—proyek filosofis yang menjanjikan kemerdekaan, pembebasan, dan kemajuan—untuk mencegah munculnya bentuk-bentuk totaliterisme modern seperti Fasisme, Stalinisme, dan kapitalisme konsumen massal.

Horkheimer dan Adorno mengamati bahwa kekejaman yang terorganisir, seperti Holocaust, justru dilakukan dengan efisiensi dan birokrasi teknis yang merupakan hasil dari rasionalitas modern. Oleh karena itu, bagi mereka, masalahnya bukan terletak pada kegagalan rasio untuk berkembang, melainkan pada sifat dasar rasio yang dominan itu sendiri. DoE menandai pergeseran fokus Teori Kritis dari kritik Marxis ortodoks berbasis ekonomi murni menuju kritik terhadap rasio sebagai mekanisme dominasi. Analisis yang dilakukan menggunakan dialektika dan logika antagonistik untuk menghasilkan kritik budaya yang didasarkan pada sejarah.

1.2. Struktur dan Tujuan Dialectic of Enlightenment

Buku ini, yang awalnya beredar sebagai manuskrip terbatas berjudul Fragmen Filosofis (1944) sebelum diterbitkan secara resmi pada tahun 1947, disusun sebagai serangkaian esai dan ekskursus. Tujuan utamanya adalah untuk menganalisis genealogi rasionalitas dan menjelaskan mengapa proyek pembebasan melalui akal justru menghasilkan bentuk-bentuk penindasan dan barbarisme baru.

Tesis pembuka buku ini menyajikan penilaian yang suram terhadap modernitas: "Pencerahan, yang dipahami dalam arti terluas sebagai kemajuan pemikiran, selalu bertujuan membebaskan manusia dari rasa takut dan menjadikan mereka sebagai penguasa. Namun, bumi yang sepenuhnya tercerahkan bersinar dengan musibah yang berjaya (triumphant calamity)". Hal ini menunjukkan bahwa kebebasan yang seharusnya dihasilkan oleh rasionalitas Pencerahan telah bertolak belakang dengan realitas totaliter yang disaksikannya.

II. Tesis Sentral: Paradoks Dialektik Mitos dan Pencerahan

2.1. Pencerahan: Janji Penguasaan Alam

Pencerahan didefinisikan sebagai proyek universal yang bertujuan menghilangkan ketakutan primitif dan mitos dengan cara menamai, mengklasifikasikan, dan menguasai alam. Pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah dan teknis, diagungkan sebagai prestasi yang identik dengan kemajuan tanpa syarat, yang terutama difokuskan pada penguasaan dan kelangsungan hidup. Dalam skema Pencerahan tradisional, mitos adalah kebalikan dari akal; mitos adalah kegelapan yang harus diterangi oleh rasio.

2.2. Pembalikan Dialektik: Mitos yang Sudah Menjadi Pencerahan

Tesis fundamental dan paradoks sentral Horkheimer dan Adorno adalah bahwa Pencerahan dan mitos bukanlah antitesis yang tidak dapat didamaikan, melainkan kualitas yang dimediasi secara dialektik. Mereka menyatakan: "Mitos sudah merupakan pencerahan, dan pencerahan kembali ke mitologi".

Mitos, menurut analisis ini, sudah merupakan proto-Pencerahan. Ia bukan sekadar dongeng, tetapi upaya awal untuk mengendalikan alam melalui ritual dan abstraksi—sebuah upaya untuk memisahkan dan menamai. Abstraksi ini, yang menciptakan jarak antara subjek dan objek, awalnya dicapai oleh tuannya melalui penaklukan yang dikuasai. Abstraksi dan klasifikasi prasejarah ini pada akhirnya meletakkan dasar bagi rasionalitas modern.

2.3. Rasionalitas Terobjektifikasi dan Mitologi Modern

Ketika Pencerahan mencapai universalitas, ia cenderung kehilangan kemampuan untuk melihat hal-hal secara individual. Segala sesuatu harus dapat dipahami melalui kalkulasi dan rasionalitas, dan cara-cara lain berhubungan dengan dunia (seperti intuisi, mimesis, atau estetika) hilang. Pencerahan menjadi totaliter.

Puncak dari abstraksi ini adalah ketika manusia yang seharusnya dibebaskan oleh kebebasan rasional pada akhirnya membentuk "kawanan" (herd)—seperti yang telah dinyatakan Hegel sebagai hasil Pencerahan. Ini menunjukkan bahwa pembebasan rasional, ketika tidak disertai refleksi etis, secara inheren mengarah pada homogenitas totaliter dan hilangnya individualitas.

Rasio yang terobjektifikasi (terutama Rasionalitas Instrumental, dibahas di bagian berikutnya) menggabungkan penguasaan alam dan kontrol sosial untuk membentuk "paksaan kuasi-mitis". Sains dan rasio, ketika disubsumsi di bawah kapitalisme, tidak lagi dicari demi tujuan pencerahan, tetapi hanya untuk mendominasi alam dan melayani modal. Rasionalitas telah menjadi mitologi yang baru dan lebih berbahaya.

Analisis fase dialektik rasio dan dominasi dapat diringkas sebagai berikut:
Fase Dialektik Rasio dan Dominasi

Dialectic of Enlightenment" (1944) oleh Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno

III. Rasio Instrumental sebagai Patologi Inti Modernitas

3.1. Penjelasan Konseptual Rasio Instrumental (Zweckrationalität)

Konsep Rasio Instrumental (Instrumental Reason) menjadi inti kritik Horkheimer dan Adorno terhadap modernitas. Mereka mengadopsi konsep ini dari sosiolog Max Weber, yang membedakan antara tindakan yang rasional secara instrumental (zweckrational) dan yang rasional secara nilai (wertrational).

Bagi H&A, Rasio Instrumental didefinisikan sebagai jenis rasionalitas yang secara eksklusif berfokus pada cara yang paling efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tanpa mempertimbangkan implikasi moral atau etika dari sarana tersebut. Ini mewakili pergeseran prioritas sosial dan politik dari tujuan (ends) menuju sarana (means). Rasio Instrumental dianggap sebagai bentuk 'rasionalitas formal' yang mereduksi pengambilan keputusan menjadi latihan teknis murni, mengabaikan konteks sosial dan politik yang lebih luas di mana keputusan-keputusan itu dibuat.

3.2. Mekanisme Dominasi Ganda: Dari Alam Luar ke Alam Batin

Horkheimer berpendapat bahwa Rasio Instrumental secara inheren memfasilitasi dominasi karena fokusnya yang tunggal pada kontrol dan manipulasi.

3.2.1. Penguasaan Alam Luar: Objektifikasi

Proyek Pencerahan menggunakan Rasio Instrumental untuk mengobjektifikasi alam luar. Alam luar direduksi menjadi sumber daya yang dapat dieksploitasi, dianggap tidak bermakna kecuali sejauh ia dapat memenuhi tuntutan pelestarian diri manusia. Pandangan ini—bahwa alam hanyalah sarana untuk tujuan manusia—memungkinkan eksploitasi yang tak terbatas.

3.2.2. Dominasi Alam Batin: Represi

Dominasi alam luar secara niscaya diikuti oleh dominasi alam batin manusia itu sendiri. Untuk berhasil dalam proyek penguasaan alam luar dan mempertahankan self-preservation, subjek harus menekan dorongan, insting, dan aspek-aspek non-rasional (mimetik) dari dirinya sendiri melalui penolakan diri (self-denial).

Proses reduksi yang berfokus pada kontrol ini adalah mekanisme yang sangat adaptif bagi mereka yang berkuasa untuk mempertahankan kontrol atas orang lain dan dunia alami. Objeksifikasi dan generalisasi manusia yang dihasilkan oleh dominasi alam batin ini mendasari devaluasi dan pembagian "yang lain" (misalnya, rasial, gender, atau proletar).

Ketika Rasionalitas Instrumental dikombinasikan dengan proses reifikasi (menjadikan sistem sosial dan ekonomi buatan manusia tampak sebagai fakta yang tetap dan alamiah), dominasi menjadi tersembunyi dan sistem kekuasaan tampak tak terhindarkan. Rasionalitas yang semula bersifat emansipatoris, telah merosot menjadi rasionalitas instrumental, bergabung dengan dominasi alam dan kontrol sosial untuk membentuk paksaan kuasi-mitis.

3.3. Contoh Nyata Rasionalitas Instrumental

Manifestasi nyata dari Rasionalitas Instrumental dalam masyarakat modern meliputi:
1. Sistem Ekonomi Kapitalis: Prioritas diberikan pada efisiensi teknis dan kalkulasi pertumbuhan tak terbatas, seperti dalam manajemen waktu dan gerak (Taylorism), tanpa mempertimbangkan alienasi pekerja atau biaya ekologis.
2. Militer dan Teknologi Pengawasan: Pengembangan senjata atau teknologi pengawasan massal memprioritaskan hasil (keamanan atau penguasaan) melalui sarana teknis yang paling canggih, mengabaikan implikasi etis jangka panjang seperti potensi bencana global atau erosi hak-hak sipil.

IV. Ekskursus I: Genealogi Subjek Borjuis dalam The Odyssey (Mitos dan Pencerahan)

Untuk menunjukkan bagaimana rasionalitas instrumental dan penindasan diri berakar jauh dalam peradaban Barat, Horkheimer dan Adorno mendedikasikan ekskursus panjang untuk menafsirkan The Odyssey karya Homer. Mereka berpendapat bahwa epik ini adalah landasan bagi konsep masyarakat sipil liberal dan menampilkan perwujudan awal Pencerahan yang bersifat instrumental.

4.1. Odysseus sebagai Prototipe Homo Oeconomicus

Odysseus diinterpretasikan sebagai figur transisional yang berada di antara mitos dan pencerahan. Berbeda dengan pahlawan arkaik murni seperti Achilles, Odysseus adalah homo oeconomicus (manusia ekonomi) yang didorong oleh tujuan tunggal: pelestarian diri (self-preservation) dan kembali ke properti tetapnya (Ithaca).

Perjalanannya dari Troy ke Ithaca adalah jalur ego melalui mitos, menggunakan kecerdasan dan perhitungan rasional untuk mengatasi kekuatan alam dan entitas mitologis (dewa, monster) yang merepresentasikan apa yang berada di luar kendali manusia. Semua petualangan yang ia selamatkan adalah godaan berbahaya yang menyimpangkan diri dari jalur logikanya. Pengetahuannya, yang memungkinkannya bertahan, terletak pada pengalaman keragaman yang dikendalikan.

4.2. Analisis Kasus 1: Pertemuan dengan Sirene

Pertemuan Odysseus dengan Sirene adalah contoh utama dari penolakan diri yang rasional dan kelicikan instrumental. Sirene merepresentasikan godaan mimetik, kenikmatan estetika liar, dan peleburan dengan alam yang akan mengancam self-preservation.

Odysseus menyadari bahwa ia tidak dapat melawan godaan mereka, tetapi ia ingin mengalami kenikmatan itu tanpa menyerah. Solusi rasionalnya adalah menggunakan trik: ia menutup telinga krunya dengan lilin (memastikan mereka tetap bekerja dan tidak menikmati) dan mengikat dirinya sendiri ke tiang kapal. Dalam tindakan ini, ia memperlihatkan diri pada godaan, namun secara fisik mencegah dirinya untuk menyerah, menjadikan kenikmatan menjadi objek pengamatan yang terkalkulasi, bukan pengalaman partisipatif mimetik.

Tindakan austereness (kekerasan diri) ini melambangkan kelahiran subjek peradaban modern. Peradaban, menurut H&A, dibangun oleh kerja dan penolakan terhadap dorongan biologis demi kelangsungan hidup. Dengan menolak semua godaan, Odysseus menunjukkan dirinya sebagai subjek yang beradab. Inilah sentuhan pencerahan yang rasional dan perhitungan yang mendasari moralitas kerja borjuis.

4.3. Analisis Kasus 2: Pertemuan dengan Polyphemus Cyclops

Kelicikan Odysseus dalam menghadapi Cyclops Polyphemus memberikan contoh kemenangan abstraksi dan rasionalitas instrumental atas kekuatan alam yang brutal.

Odysseus memperkenalkan dirinya kepada Cyclops sebagai "Tak Ada Seorang Pun" (Outis atau No-Man). Ketika Odysseus berhasil membutakan Cyclops, monster itu berteriak bahwa ia diserang oleh "Tak Ada Seorang Pun." Ini menghilangkan kredibilitasnya di hadapan Cyclops lain dan, yang lebih penting, merampas perlindungan mitologis yang ia miliki.

H&A berpendapat bahwa kelicikan Odysseus terletak pada pikiran yang terlepas dan instrumental, yang dengan menyerahkan diri secara pasif kepada alam, membayarkan kepada alam apa yang menjadi miliknya (berpura-pura tunduk), dan dengan demikian menipu alam. Tindakan ini adalah contoh sempurna bagaimana rasionalitas instrumental menggunakan bahasa (konsep abstrak) untuk mengalahkan kekuatan alam yang irasional, sekaligus menandai dimulainya pengasingan identitas diri.

Tabel di bawah ini merangkum analisis H&A tentang penolakan diri Odysseus:
Odysseus: Rasionalitas dan Penolakan Diri (Self-Denial)

Dialectic of Enlightenment" (1944) oleh Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno

V. Industri Budaya: Pencerahan sebagai Penipuan Massa (The Culture Industry)

Ekskursus "Industri Budaya: Pencerahan sebagai Penipuan Massa" menunjukkan bagaimana Rasio Instrumental bermigrasi dari teknologi dan birokrasi ke ranah budaya, yang berpuncak pada dominasi psikologis dan sosial total.

5.1. Standardisasi dan Homogenitas

Industri budaya (CI) adalah sistem total yang memproduksi budaya secara industri, didorong oleh logika profit semata, bukan spontanitas, keindahan, atau kedalaman. Karena budaya diukur hanya dengan profit, produk dibuat secara formulaik sesuai standar yang telah ditentukan. Hasilnya adalah homogenitas total, di mana produk budaya (film, musik pop) menjadi pada dasarnya sama dan dapat dipertukarkan, meskipun ada ilusi variasi.

Media massa seperti film, radio, dan media cetak membentuk industri terpadu yang bertujuan untuk mendominasi massa secara psikologis. Pengenalan radio, misalnya, menghilangkan mekanisme balasan, menjadikan pendengar sebagai "wadah pasif" yang terpapar secara otoriter pada program yang sama.

5.2. Konsep Pseudo-Individuality (Individualitas Semu)

Meskipun industri budaya mengkategorikan masyarakat dan menawarkan "sesuatu untuk semua orang sehingga tidak ada yang bisa melarikan diri," variasi ini hanyalah ilusi. Konsep pseudo-individuality menjelaskan bahwa meskipun konsumen merasa membuat pilihan individu dari berbagai genre dan bintang film yang berbeda, produk intinya tetap mengikuti formula dan standar yang sama. Individualitas semu ini adalah penipuan massa, yang menyembunyikan keseragaman struktural yang mendasarinya.

5.3. Fungsi Ideologis: Hiburan sebagai Perpanjangan Kerja

CI berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang kuat, yang menegakkan ideologi kapitalis sambil menekan individualitas, pemikiran independen, dan kenikmatan otentik. H&A berpendapat bahwa hiburan adalah "perpanjangan dari kerja di bawah kapitalisme akhir".

Fungsi ini terjadi dalam dua tingkatan:
1. Recharge Energi: Secara dangkal, hiburan memungkinkan pekerja untuk mengisi ulang energi yang diperlukan untuk kembali bekerja keesokan harinya.
2. Pelatihan Pasif: Pada tingkat yang lebih dalam, hiburan menerapkan logika standardisasi yang sama seperti di tempat kerja. Film dan program massa memprogram respons emosional dan intelektual penonton, melatih massa untuk tidak berpikir dan menutup kemungkinan pemikiran kritis.

Secara ideologis, produk budaya menuntut konsumen meninggalkan fakultas kritis mereka. H&A menyimpulkan bahwa “untuk dihibur berarti setuju”. Pada akarnya, hiburan menghasilkan ketidakberdayaan (powerlessness) pada subjek.

5.4. Contoh Nyata Kontemporer: Algoritma Streaming dan Prediksi Budaya

Analisis Industri Budaya H&A menemukan validasi ekstrem dalam dominasi teknologi kontemporer. Sistem AI dan algoritma rekomendasi berfungsi sebagai bentuk murni Rasionalitas Instrumental dalam budaya.

Layanan streaming (seperti Netflix atau Spotify) mengumpulkan data dan menganalisis kebiasaan konsumen. Algoritma ini menentukan produk mana yang akan direkomendasikan dan bahkan, dalam kasus Netflix, digunakan untuk menyetujui program orisinal dengan memastikan kesesuaian dengan selera tontonan yang diprediksi. Budaya kini memiliki dua audiens: manusia dan mesin.

Proses ini adalah manifestasi material dari Rasio Instrumental. Ini mereduksi nilai budaya (seni yang menantang dan spontanitas) menjadi nilai tukar (profit). Algoritma mengkalkulasi selera masa lalu untuk memproduksi dan memprediksi masa depan, secara efektif menghapus unsur kebaruan, kejutan, dan pemikiran independen. Dengan demikian, industri budaya algoritmik menjadi sistem kontrol teknologis yang tak terbantahkan, memperkuat tesis H&A tentang totalisasi dominasi.

VI. Elemen Antisemitisme: Patologi Rasio yang Terluka

Bagian akhir DoE, "Elemen Antisemitisme," adalah analisis provokatif yang menempatkan antisemitisme bukan sebagai penyimpangan yang terpisah atau irasional, tetapi sebagai konsekuensi patologis dan inheren dari rasio yang dominan (dominant ratio) dan dunia yang sesuai dengan citranya. H&A berpendapat bahwa unsur-unsur antisemitisme melekat pada masyarakat kapitalis yang ada.

6.1. Antisemitisme sebagai Konsekuensi Patologis dari Rasio

Menurut H&A, antisemitisme berfungsi sebagai mekanisme ideologis yang kuat untuk melanggengkan dominasi. "Rumor tentang Yahudi" adalah bentuk kemarahan paranoid yang diarahkan kepada dominasi itu sendiri, yang kemudian diproyeksikan dan digunakan untuk mempertahankan sistem tersebut.

Rasionalitas Instrumental menuntut dominasi alam batin (penindasan dorongan mimetik) demi self-preservation (Bab III). Penindasan ini menghasilkan biaya psikis yang besar dan kemarahan terpendam. Antisemitisme menyediakan target eksternal yang 'rasional' secara patologis untuk mengarahkan kemarahan ini.

6.2. Mimesis yang Tertindas (Repressed Mimesis)

Antisemitisme dipandang sebagai patologi yang terkait dengan penindasan mimesis—kemampuan manusia untuk meniru, beradaptasi, atau mengidentifikasi dengan alam atau orang lain.

Kaum Yahudi menjadi sasaran karena mereka secara simbolis (walaupun terdistorsi) mewakili yang tidak terobjektifikasi dan yang menolak asimilasi total oleh ratio dominan. Antisemitisme Nazi yang mematikan, yang menggunakan perilaku mimetik secara ritualistik, dilihat sebagai pembalasan terhadap "sumber utama pelarangan mimesis"—yaitu, kaum Yahudi, yang melarang gambar pahatan. Antisemitis merasa "dorongan naluriah untuk meniru apa yang ia anggap sebagai Ke-Yahudi-an". Antisemitisme adalah kebencian terhadap perbedaan, terhadap apa yang secara diam-diam dirindukan tetapi ditekan demi pelestarian diri subjek rasional.

Permusuhan ini juga memiliki akar agama, di mana penganut agama Anak membenci pendukung agama Bapa (Yahudi) karena mereka menolak "pengorbanan keruh rasio," mencerminkan permusuhan roh yang mengeras sebagai iman keselamatan bagi roh sebagai pikiran.

VII. Kritik dan Warisan Intelektual Dialectic of Enlightenment

7.1. Kritik Terhadap Pesimisme Total

Dialectic of Enlightenment sering dikritik karena nadanya yang sangat pesimistis. Tesis bahwa kebutaan rasionalitas bersifat universal menyiratkan bahwa pembebasan hanya dapat terjadi secara tiba-tiba, jika "kata yang menyelamatkan" diucapkan. Kekurangan yang sering ditunjukkan adalah ketiadaan utopia yang jelas atau filosofi sejarah rekonsiliasi yang diartikulasikan untuk menawarkan jalan keluar dari lingkaran dominasi dan mitos ini.

Selain itu, buku ini ditulis di bawah pengaruh tesis Friedrich Pollock, yang berpendapat bahwa Fasisme dan sosialisme birokratis adalah varian dari kapitalisme negara baru. Konsep ini menghilangkan oposisi tradisional antara negara dan pasar, memberikan dasar struktural yang kritis bagi H&A untuk mengklaim bahwa dominasi total melalui Rasio Instrumental adalah fitur intrinsik dari struktur ekonomi modern, terlepas dari label politiknya.

7.2. Respons Jürgen Habermas: Rasionalitas Komunikatif

Salah satu respons paling signifikan terhadap DoE datang dari Jürgen Habermas, generasi kedua Mazhab Frankfurt. Habermas berpendapat bahwa Horkheimer dan Adorno gagal membedakan antara jenis-jenis rasionalitas.

Melalui karyanya The Theory of Communicative Action (1984), Habermas mencoba menyelamatkan potensi emansipatoris Pencerahan. Dia berargumen bahwa kegagalan Pencerahan terletak pada dominasi Rasionalitas Instrumental, tetapi ini tidak berarti seluruh proyek rasio harus ditinggalkan. Habermas mengusulkan rasionalitas komunikatif—rasio yang berfokus pada pemahaman intersubjektif dan konsensus dalam diskursus—sebagai domain di mana rasionalitas dapat berkembang tanpa menghasilkan dominasi.

7.3. Relevansi Kontemporer

Meskipun ditulis dalam konteks Perang Dunia II, kritik H&A terhadap Rasio Instrumental dan Industri Budaya tetap sangat relevan dalam masyarakat kontemporer.
1. Dominasi Algoritma: Industri Budaya Algoritmik menunjukkan bahwa standardisasi dan kontrol psikologis massa telah menjadi lebih total dan tak terlihat. Algoritma (Netflix, Spotify, media sosial) membatasi konsumsi budaya dalam 'gelembung filter' (echo chambers) dan mewakili kontrol teknologis yang canggih yang memvalidasi tesis Industri Budaya yang semakin totaliter.
2. Krisis Ekologis: Kritik terhadap Rasio Instrumental sangat penting untuk memahami krisis ekologis global. Rasionalitas yang hanya berfokus pada efisiensi teknis dan perhitungan ekonomi terus memprioritaskan eksploitasi alam di atas kelangsungan hidup ekologis, memperdalam penguasaan alam tanpa refleksi etis. Rasio instrumental tidak hanya menghasilkan objektivikasi manusia dan alam, tetapi juga generalisasi dan pembagian dari "yang lain," yang berimplikasi pada ketidakadilan lingkungan dan epistemologis.

VIII. Kesimpulan dan Prospek Teori Kritis

Dialectic of Enlightenment karya Horkheimer dan Adorno adalah studi genealogi yang radikal, menunjukkan bahwa proyek Pencerahan—yang bertujuan membebaskan manusia dari rasa takut dengan penguasaan alam—secara dialektik menghasilkan pembalikan, di mana rasio sendiri berubah menjadi mekanisme dominasi yang quasi-mitis.

Inti dari karya ini terletak pada analisis Rasio Instrumental: fokus tunggal pada efisiensi teknis yang menuntut penolakan dan penindasan terhadap alam luar maupun alam batin (mimesis, dorongan). Penindasan diri ini membentuk subjek borjuis modern, yang dicontohkan oleh Odysseus, tetapi secara psikologis menghasilkan patologi (seperti antisemitisme) dan secara sosial menghasilkan sistem kontrol total yang terwujud dalam Industri Budaya.

Kesimpulannya, buku ini memberikan kritik fundamental terhadap Rasionalitas Formal yang menjadi ciri khas kapitalisme akhir dan totalitarianisme. Meskipun pesimistis, warisannya adalah panggilan yang mendesak untuk dilakukannya refleksi diri terhadap akal itu sendiri—sebuah tuntutan agar rasionalitas tidak lagi menjadi sekadar alat teknis, melainkan kembali menjadi kekuatan reflektif yang mengarah pada pemahaman, etika, dan emansipasi sejati. Kelanjutan Teori Kritis, terutama melalui karya Habermas, menunjukkan upaya berkelanjutan untuk mencari dimensi rasionalitas yang dapat mematahkan lingkaran setan antara mitos dan pencerahan yang ditenggelamkan oleh dominasi teknis.

Sumber:

Adorno and Horkheimer: Dialectic of Enlightenment - Part I - Then & Now. (2023, June 24). Then & Now. https://www.thenandnow.co/2023/06/24/adorno-and-horkheimer-dialectic-of-enlightenment-part-i/

Adorno and Horkheimer's “The Culture Industry” | ThinkMetrics. (n.d.). ThinkMetrics. Diakses Oktober 26, 2025, dari https://thinkmetrics.com/adorno-and-horkheimers-the-culture-industry/

Adorno and Horkheimer: Enlightenment and Antisemitism. (2012). Critical Theories of Antisemitism Network. https://critantisemnetwork.files.wordpress.com/2012/12/seymourenlightenment.pdf

Algorithmic culture. “Culture now has two audiences: people and machines.” (n.d.). Medium – Futurists’ Views. https://medium.com/futurists-views/algorithmic-culture-culture-now-has-two-audiences-people-and-machines-2bdaa404f643

Algorithms and art: Researchers explore impact of AI on music and culture | University of Toronto. (n.d.). University of Toronto News. https://www.utoronto.ca/news/algorithms-and-art-researchers-explore-impact-ai-music-and-culture

Critique of instrumental reason by Max Horkheimer. (n.d.). Modern Languages, School of Advanced Study, University of London. https://modernlanguages.sas.ac.uk/zentertainc/4P02V76/roriginatef/3P57V68810/critique+of+instrumental+reason+by+max+horkheimer.pdf

Dialectic of Enlightenment | Stanford University Press. (n.d.). Stanford University Press. https://www.sup.org/books/theory-and-philosophy/dialectic-enlightenment

Dialectic of Enlightenment - Dr. Sandra Trappen. (2016, March 12). Sandra Trappen Blog. https://sandratrappen.com/2016/03/12/dialectic-of-enlightenment/

Dialectic of Enlightenment - Max Horkheimer & Theodor W. Adorno - Monoskop. (n.d.). Monoskop. https://monoskop.org/images/2/27/Horkheimer_Max_Adorno_Theodor_W_Dialectic_of_Enlightenment_Philosophical_Fragments.pdf

Dialectic of Enlightenment - Wikipedia. (n.d.). Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Dialectic_of_Enlightenment

Dialectic of Enlightenment: Fragments from the past for contemporary communication studies. (n.d.). ScholarWorks, Boise State University. https://scholarworks.boisestate.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1849&context=td

Dialectics of Enlightenment. (n.d.). Voices of Wooster. https://chinese225.voices.wooster.edu/wp-content/uploads/sites/386/2022/01/horkheimer-adorno.pdf

Du Plooy, D. (2015). Habermas' critique of the Dialectic of Enlightenment [Mini-dissertation, University of Pretoria]. University of Pretoria Repository. https://repository.up.ac.za/bitstream/handle/2263/53401/DuPlooy_Haberma_2015.pdf?sequence=1

Habermas, Jürgen | Internet Encyclopedia of Philosophy. (n.d.). Internet Encyclopedia of Philosophy. https://iep.utm.edu/habermas/

Horkheimer, M., & Adorno, T. W. (2002). Dialectic of enlightenment: Philosophical fragments (E. Jephcott, Trans.). Stanford University Press. (Original work published 1944)

Horkheimer, M., & Adorno, T. W. (2025). Dialektika pencerahan: Dasar-dasar filosofi manusia rasional (P. Pratama, Terj.). IRCiSoD.

Horkheimer and Adorno claimed that Odysseus was the prototypical Western subject (instrumental reason, bourgeois values, etc.). (n.d.). Reddit r/AskHistorians. https://www.reddit.com/r/AskHistorians/comments/212grr/horkheimer_and_adorno_claimed_that_odysseus_was/

Instrumental and value rationality. (n.d.). Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Instrumental_and_value_rationality

Instrumental reason - (Intro to philosophy) - Vocab, definition, explanations. (n.d.). Fiveable. https://fiveable.me/key-terms/intro-philosophy/instrumental-reason

Instrumental reason and environmental justice: On epistemological injustice and the entangled domination of humans and nature. (n.d.). Transcience Journal, Humboldt University. https://www2.hu-berlin.de/transcience/Vol13_No2_112_139.pdf

Max Horkheimer - Stanford Encyclopedia of Philosophy. (n.d.). Stanford Encyclopedia of Philosophy. https://plato.stanford.edu/entries/horkheimer/

Odysseus, the abjuring homo oeconomicus – The reception of Homer’s Odyssey in Dialectic of Enlightenment. (n.d.). PolPhilBlog. https://polphilblog.wordpress.com/articles-and-essays/odysseus-the-abjuring-homo-oeconomicus-the-reception-of-homers-odyssey/

Oxford Reference: Max Horkheimer and Theodor Adorno’s Dialectic of Enlightenment. (n.d.). Oxford Reference Online. https://www.oxfordreference.com/display/10.1093/oi/authority.20110803100005503#:~:text=Max%20Horkheimer%20and%20Theodor%20Adorno's,which%20those%20goals%20are%20achieved.

The Culture Industry: Enlightenment as Mass Deception. (n.d.). A Little Sense. https://www.alittlesense.org/the-culture-industry-horkheimer-and-adorno-summary

The Dialectic of Enlightenment from a postsecular lens, Part 5. (2019, September 30). The New Polis. https://thenewpolis.com/2019/09/30/the-dialectic-of-enlightenment-from-a-postsecular-lens-part-5/

Theodor W. Adorno - Stanford Encyclopedia of Philosophy. (n.d.). Stanford Encyclopedia of Philosophy. https://plato.stanford.edu/entries/adorno/

The significance of antisemitism: The exile years (Chapter 2). (n.d.). Cambridge University Press – Frankfurt School, Jewish Lives and Antisemitism. https://www.cambridge.org/core/books/frankfurt-school-jewish-lives-and-antisemitism/significance-of-antisemitism-the-exile-years/C212529499C48CA21D060B61C3E0B776

White Rose Repository. (2019, August). On critical theory and antisemitism. https://eprints.whiterose.ac.uk/id/eprint/150061/1/On_Critical_Theory_and_Antisemitism_August2019.docx

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment