Analisis Eksegetis dan Kritis terhadap Ideology and Utopia Karya Karl Mannheim: Kajian Mendalam tentang Sosiologi Pengetahuan

Table of Contents

Ideology and Utopia Karya Karl Mannheim
I. Pendahuluan: Karl Mannheim dan Konteks Kelahiran Sosiologi Pengetahuan (SoK)

A. Latar Belakang Intelektual Mannheim dan Jerman Weimar

Karl Mannheim (1893–1947), seorang sosiolog Hungaria-Jerman, mendirikan salah satu karya paling berpengaruh dalam ilmu sosial modern, Ideologie und Utopie (1929). Publikasi ini, yang diterbitkan dalam bahasa Jerman, segera menjadi buku yang paling banyak diperdebatkan oleh sosiolog yang hidup di Jerman selama masa Republik Weimar. Konteks historis Republik Weimar—yang ditandai oleh disintegrasi sosial, polarisasi politik yang ekstrem, dan konflik ideologis yang mendalam—memberikan laboratorium sempurna bagi studi Mannheim tentang keterikatan sosial pikiran. Karya ini dilihat sebagai respons langsung terhadap keragaman filsafat, teori, dan paradigma kemasyarakatan yang saling bertentangan, yang diyakini Mannheim mencerminkan diskursus sosial-historis yang dinamis.

Signifikansi global karya ini dikukuhkan dengan penerjemahan dan publikasi edisi bahasa Inggris, Ideology and Utopia, pada tahun 1936. Edisi terjemahan yang dilakukan oleh Louis Wirth dan Edward Shils ini mencakup dua bab tambahan dan menjadikannya teks standar dalam sosiologi akademis internasional, khususnya di Amerika Serikat.

B. Kritik terhadap Positivisme dan Pencarian Epistemologi Ilmu Sosial

Salah satu motivasi utama Mannheim adalah penolakan terhadap dominasi epistemologis positivisme ilmu alam di dalam ranah ilmu-ilmu sosial. Mannheim berpendapat bahwa selama satu abad, ilmu sosial telah berada di bawah pengaruh positivisme, yang secara inheren tidak sesuai karena ada perbedaan substansial antara realitas sosial (yang terikat sejarah, dinamis, dan bergantung pada interpretasi) dan realitas alam (yang stabil dan objektif). Perbedaan mendasar ini menuntut perangkat penelitian, metodologis, dan epistemologis yang berbeda.

Sosiologi Pengetahuan (SoK) didirikan oleh Mannheim sebagai upaya untuk mencari epistemologi yang secara fundamental cocok bagi ilmu-ilmu sosial. Bidang ini berfokus pada pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan dibentuk, bertindak sebagai semacam epistemologi terapan (applied epistemology). Mannheim secara fundamental berargumen bahwa pengetahuan tentang sejarah atau masyarakat tidak dapat netral; ia tidak dapat dipisahkan dari kepentingan, motivasi, dan posisi sosial subjek yang memikirkannya. Pengakuan atas keterikatan eksistensial inilah yang menjadi landasan teoritis Sosiologi Pengetahuan.

C. Struktur Ideology and Utopia dan Kontribusi Intinya

Buku ini disusun secara logis melalui lima bab utama, yang bergerak dari penentuan masalah hingga solusi metodologis:
1. Preliminary Approach to the Problem (Pendekatan Awal Masalah).
2. Ideology and Utopia (Ideologi dan Utopia).
3. The Prospects of Scientific Politics (Prospek Politik Ilmiah).
4. The Utopian Mentality (Mentalitas Utopis).
5. The Sociology of Knowledge (Sosiologi Pengetahuan).

Kontribusi inti Mannheim terletak pada analisisnya terhadap Ideologi dan Utopia sebagai dua elemen struktural yang saling berlawanan—masing-masing mewakili dorongan untuk stabilisasi dan transformasi—yang mendominasi seluruh pemikiran sosial. Mannheim menunjukkan bahwa kedua unsur ini secara tak terduga menembus ke dalam teori-teori yang paling ilmiah sekalipun, baik dalam filsafat, sejarah, maupun ilmu-ilmu sosial.

II. Konsep Sentral: Dinamika Ideologi dan Utopia

A. Ideologi: Fungsi Menstabilkan dan Menyelubungi Realitas

Dalam kerangka Mannheim, ideologi secara fungsional didefinisikan sebagai fiksi mental (mental fictions) yang fungsinya adalah menyembunyikan atau menyelubungi sifat sejati dari masyarakat demi mempertahankan dan menstabilkan tatanan sosial yang ada. Ideologi-ideologi ini muncul secara tidak sadar dalam pikiran kelompok-kelompok yang berkepentingan mempertahankan status quo. Mannheim menguraikan evolusi konsep ideologi melalui tiga tahap historis-sosiologis:
1. Konsepsi Ideologi Partikular (Psikologis): Ini adalah pandangan yang lebih tua, yang melihat ideologi sebagai penipuan atau pemalsuan fakta yang disengaja. Ia merujuk pada pernyataan-pernyataan tertentu yang dianggap sebagai penyembunyian atau kebohongan tanpa menyerang integritas struktur mental total dari subjek yang menyatakannya.
2. Konsepsi Ideologi Total (Khusus Kelompok): Pandangan ini melampaui tingkat psikologis. Ia mempertanyakan keseluruhan pandangan dunia (total weltanschauung) kelompok lawan, mengakui bahwa pemikiran suatu kelompok sosial seluruhnya dibentuk dan dikondisikan oleh posisi sosialnya. Contoh klasik dari konsepsi ini adalah Marxisme, di mana keyakinan proletariat dikondisikan oleh hubungan mereka dengan alat-alat produksi.
3. Konsepsi Ideologi Total Umum (Inovasi Mannheim): Inilah inovasi terpenting Mannheim. Ia menuntut langkah lebih lanjut, yaitu pengakuan bahwa keyakinan setiap orang—termasuk para sosiolog dan analis sosial itu sendiri—adalah produk dari konteks sosial-historis tempat mereka diciptakan. Generalisasi universal ini mengubah ideologi dari sekadar alat polemik (digunakan untuk menyerang lawan) menjadi kondisi eksistensial yang universal. Implikasi krusialnya adalah bahwa konsep ini secara efektif menghilangkan klaim kelompok manapun untuk memiliki pemikiran yang sepenuhnya bebas atau 'kesadaran sejati' di tengah masyarakat.

B. Utopia: Fungsi Transformasi dan Melampaui Realitas Kontemporer

Bertentangan dengan ideologi, utopia didefinisikan sebagai mimpi harapan (wish dreams) yang menginspirasi tindakan kolektif kelompok oposisi, dengan tujuan tunggal untuk melakukan transformasi total seluruh masyarakat. Utopia adalah konstruksi ideal yang lahir sebagai respons terhadap cacat atau kekurangan peradaban saat ini. Mannheim melihat utopia sebagai ideal yang dinamis, yang merefleksikan dan dipengaruhi oleh kerangka sosial dan budaya yang lebih luas tempat mereka dikembangkan. Seiring evolusi masyarakat, demikian pula ideal utopis, yang mencerminkan perubahan kondisi historis.

1. Batas Kritis: Kriteria Historis Realisasi

Mannheim memperkenalkan batas kritis yang menentukan apakah suatu ide berfungsi sebagai ideologi atau utopia. Kriterianya bersifat pragmatis dan retrospektif: ide-ide yang pada akhirnya terbukti hanya representasi terdistorsi dari tatanan sosial masa lalu atau potensial yang tidak terwujud diklasifikasikan sebagai ideologis. Sebaliknya, ide-ide yang secara memadai direalisasikan dalam tatanan sosial yang berhasil diklasifikasikan sebagai "utopia relatif". Dalam konteks ini, ideologi adalah teori yang salah karena menggunakan konsep yang—jika ditanggapi secara serius—akan mencegah manusia menyesuaikan diri dengan zaman sejarah yang berlaku (misalnya, norma-norma yang ketinggalan zaman). Utopia, sebaliknya, adalah pandangan prospektif yang mendorong penyesuaian (atau penciptaan) tatanan yang baru.

Perbedaan Fungsional antara Ideologi dan Utopia (Mannheim)

Ideology and Utopia Karya Karl Mannheim

III. Tipologi Mentalitas Utopis dan Manifestasi Historisnya (Bab IV)

Mannheim mengklasifikasikan dorongan utopis ke dalam empat tipe ideal, sebuah analisis sosiologis yang mengaitkan bentuk pemikiran spesifik dengan basis sosial, struktur kehendak, dan hasrat kolektif yang ada dalam sejarah Eropa.

A. Tipe 1: Chiliasm Orgiastik (Orgiastic Chiliasm)

Tipe ini dicirikan oleh intensitas emosional dan penolakan yang keras terhadap tatanan duniawi yang ada. Chiliasm orgiastik melibatkan pengharapan transformatif yang bersifat segera, seringkali irasional, dan dikaitkan dengan gerakan keagamaan mesianik atau revolusioner. Secara sosiologis, mentalitas ini cenderung muncul dari strata sosial yang sangat tertekan atau terpinggirkan, yang mengharapkan perubahan yang tiba-tiba dan menyeluruh.

B. Tipe 2: Utopia Humanis Liberal (Liberal Humanist Utopias)

Utopia liberal didominasi oleh gagasan kemajuan yang berkelanjutan, rasionalitas, dan penekanan pada kebebasan individu. Utopia ini berasumsi bahwa masalah sosial dapat diatasi melalui reformasi bertahap, pendidikan, dan perluasan pengetahuan. Utopia Humanis Liberal merupakan cerminan dari dinamika kelas borjuis yang berkembang pada abad ke-19, yang mempercayai evolusi sosial yang damai dan melihat rasionalitas individu sebagai proyeksi ke tatanan kolektif yang lebih besar.

C. Tipe 3: Ide Konservatif (The Conservative Idea)

Secara paradoks, Mannheim mengklasifikasikan Ide Konservatif sebagai bentuk mentalitas utopis ketika ide tersebut mengambil bentuk nostalgia. Dalam kondisi normal, konservatisme berfungsi sebagai ideologi (mempertahankan tatanan). Namun, ketika tatanan yang dipertahankan telah runtuh atau terancam punah oleh kekuatan sejarah yang dominan, upaya untuk menghidupkan kembali tatanan masa lalu yang ideal menjadi mimpi harapan (wish dream) yang menantang realitas saat ini, sehingga berfungsi secara utopis. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi sosiologis sebuah ide tidaklah statis; ia bergerak antara fungsi ideologis dan utopis bergantung pada relasinya terhadap tatanan eksistensial kontemporer.

D. Tipe 4: Komunisme Modern (Modern Communism)

Tipe utopia ini berpusat pada transformasi total struktur masyarakat melalui perjuangan kelas, sebagaimana diuraikan dalam teori materialisme historis. Komunisme modern mewakili kekuatan oposisi radikal yang paling signifikan pada masa Mannheim, menawarkan pandangan dunia yang terikat erat pada posisi sosial proletariat, berlawanan dengan tatanan kapitalis.

IV. Sosiologi Pengetahuan (SoK): Epistemologi yang Terikat Eksistensi (Bab V)

A. Sosiologi Pengetahuan sebagai Upaya Mencari Landasan Ilmu Sosial

Sosiologi Pengetahuan (SoK) adalah disiplin yang didirikan oleh Mannheim dengan tujuan mencari keterkaitan antara pengetahuan dan kehidupan sosial-historis. Ini merupakan studi mendalam tentang bagaimana pengetahuan dan pemikiran dikonstruksi dalam konteks sosial yang spesifik. Mannheim berpendapat bahwa pemikiran—sebuah pernyataan atau konsep—hanya dapat dipahami dengan baik jika faktor-faktor sosial yang terletak di balik kelahirannya dipahami secara mendalam. Sebagai contoh, redaksi konsep yang sama dapat memiliki makna yang berbeda, semata-mata karena lahir dari latar sosial yang berbeda.

B. Tesis Keterikatan Eksistensial Pengetahuan (Seinsgebundenheit des Wissens)

Tesis sentral SoK adalah Keterikatan Eksistensial Pengetahuan (Seinsgebundenheit des Wissens). Tesis ini mengasumsikan secara universal bahwa ide-ide adalah produk dari waktu dan posisi sosial pencetusnya. Mannheim mengidentifikasi faktor-faktor penentu utama pengetahuan, termasuk kelas sosial, lokasi geografis, dan generasi.

Keterikatan ini menimbulkan implikasi mendalam bahwa pengetahuan tentang masyarakat tidak dapat pernah netral. Sifat unik dari pengetahuan politik dan sosial, berbeda dengan ilmu-ilmu pasti (exact sciences)—yang secara eksplisit dibebaskan Mannheim dari aturan ini—muncul karena tidak terpisahnya pengetahuan dari kepentingan dan motivasi subjek. Oleh karena itu, semua pengetahuan sosial selalu bersifat perspektival.

C. Problema Relativisme: Tantangan terhadap Validitas Objektif

Pengembangan konsepsi ideologi total umum Mannheim—di mana semua pemikiran terikat secara eksistensial—menimbulkan risiko epistemologis yang signifikan: Relativisme. Jika semua pandangan terikat dan tidak ada standar transenden, maka muncul masalah skeptisisme. Pandangan dunia yang saling bertentangan akan tampak sewenang-wenang tanpa adanya kriteria untuk menilai validitasnya. Relativisme, dalam pandangan Mannheim, adalah kegagalan metodologis untuk mengenali bahwa meskipun pandangan dunia memang terikat secara sosial, hubungan struktural antara posisi sosial dan perspektif pengetahuan itu sendiri harus dapat dianalisis secara objektif.

V. Solusi Epistemologis Mannheim: Relasionisme dan Perspektif Total

A. Relasionisme: Antitesis terhadap Relativisme

Untuk mengatasi jebakan relativisme, Mannheim memperkenalkan dan secara tegas membedakan konsep Relasionisme (Relationism). Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa pengakuan terhadap perspektif berbeda, yang muncul dari perbedaan waktu dan lokasi sosial, tidak menjadikan pandangan tersebut sewenang-wenang. Sebaliknya, keterikatan eksistensial adalah sesuatu yang dapat diketahui dan dianalisis dalam kerangka konteks historis dan sosialnya.

Relasionisme menuntut kesadaran ideologis-kritis total mengenai posisi diri sendiri—sebuah refleksivitas yang mendalam. Tanpa kesadaran diri total ini, individu atau kelompok akan jatuh ke dalam relativisme. Selain itu, relasionisme menggarisbawahi pentingnya semangat kesetaraan dan pluralitas peradaban, yang menuntut pengakuan terhadap eksistensi pihak lain sebagai entitas yang setara untuk memungkinkan dialog konstruktif.

B. Mencapai Objektivitas Relatif: Sintesis Perspektif

Mannheim berpendapat bahwa objektivitas, dalam konteks ilmu sosial yang terikat, tidak dapat dicapai melalui peniruan metode ilmu alam yang mencari kebenaran absolut. Objektivitas dicapai melalui sintesis perspektif. Objektivitas yang dicari adalah total perspective—pandangan terlengkap yang mungkin dicapai dari konstelasi berbagai perspektif terikat eksistensi yang diakui dan dipertimbangkan. Proses ini melibatkan pengakuan atas validitas kontekstual dari sudut pandang yang berbeda, dan integrasi yang disengaja dari pandangan-pandangan tersebut untuk menghasilkan gambaran yang lebih komprehensif.

Kontras Epistemologis: Relativisme vs. Relasionisme (Mannheim)

Ideology and Utopia Karya Karl Mannheim

VI. Agen Sintesis Sosial: Intelektual yang Mengambang Bebas (Freischwebende Intelligenz)

A. Definisi dan Basis Sosial Kelas Intelektual

Mannheim mengidentifikasi kaum intelektual (intelligentsia) sebagai kelompok sosial yang secara unik mampu menerapkan Relasionisme dan mencapai Perspektif Total. Ia menyebut mereka sebagai Intelektual yang Mengambang Bebas (Freischwebende Intelligenz). Intelektual ini memiliki independensi relatif sebagai kelas yang tidak terdefinisi secara sosial (socially undefined class).

Keunikan mereka terletak pada kemampuan mereka untuk melepaskan diri dari pemikiran normatif lingkungan mereka dan bertindak relatif independen dari kondisi kelas sosial tertentu. Hal ini disebabkan posisi mereka yang "mengambang" secara relatif, menjadikan mereka kurang terikat pada ideologi dibandingkan kelompok lain dalam masyarakat. Mannheim menggambarkan intelektual ini sebagai sosok yang tidak terikat (unbound), kritis, dan sensitif.

B. Fungsi Intelektual dalam Politik Ilmiah

Fungsi utama Freischwebende Intelligenz adalah fungsi sintesis. Karena posisi mereka yang bebas dari kendala ideologis kelas yang kaku, mereka mampu mewakili pandangan pluralistik. Mereka harus bertindak sebagai wadah yang menyerap, memahami, dan memediasi perspektif yang saling bertentangan yang ada dalam masyarakat.

Mannheim berpendapat bahwa dengan bersenjatakan kesadaran diri yang total (refleksivitas), para cendekiawan bebas ini dapat memberikan kepada masyarakat gambaran yang lebih objektif (relatif) mengenai keadaannya. Gambaran yang komprehensif dan multidimensi ini dianggap sebagai prasyarat esensial bagi pembangunan masa depan bersama, yang memerlukan dialog dan emansipasi berdasarkan semangat kesetaraan.

Konsep Freischwebende Intelligenz dapat ditafsirkan sebagai utopia sosiologis Mannheim sendiri, sebuah proyeksi ideal yang dirancang untuk memberikan landasan bagi "Politik Ilmiah" (Bab III) dan memediasi konflik politik kacau yang ia saksikan di Jerman Weimar. Ini adalah solusi politik-epistemologis untuk mengatasi keterikatan universal yang telah ia buktikan sebelumnya.

VII. Warisan Intelektual dan Kritik Klasik Terhadap Mannheim

A. Dampak Abadi Ideology and Utopia

Ideology and Utopia adalah karya yang melampaui batas eranya, memberikan eksplorasi mendalam tentang interaksi antara ideologi, utopia, dan psikis manusia. Karya ini tetap menjadi titik referensi utama dalam studi ideologi politik, gerakan sosial, dan bagaimana ide-ide kolektif membentuk masyarakat. Dampak warisannya adalah dorongan yang berkelanjutan bagi para sarjana dan individu untuk secara sadar menganalisis bias ideologis mereka dan berusaha mencapai analisis sosial yang lebih objektif melalui kesadaran diri—sebuah proses yang sangat relevan dalam debat dan penelitian kontemporer.

B. Perdebatan Epistemologis dengan Teori Kritis Frankfurt School

Salah satu perdebatan paling signifikan dalam sejarah sosiologi abad ke-20 melibatkan Mannheim dan para pemikir dari Mazhab Frankfurt, khususnya Max Horkheimer dan Georg Lukács.

1. Konflik Kesadaran Sejati dan Palsu

Kritikus seperti Horkheimer dan Lukács menolak gagasan Ideologi Total Umum Mannheim. Dalam tinjauan tahun 1930 terhadap Ideology and Utopia, Horkheimer menolak hampir semua dalil Mannheim. Para kritikus Frankfurt mempertahankan konsepsi Marxis tradisional tentang kesadaran sejati (true consciousness) dan kesadaran palsu (false consciousness). Mereka berpendapat bahwa dengan menyatakan bahwa semua pemikiran terikat secara eksistensial (ideologi total), Mannheim menghilangkan standar normatif yang diperlukan untuk kritik radikal dan emansipasi. Jika pandangan proletariat pun hanya sekadar pandangan terikat, maka kritik terhadap ideologi borjuis kehilangan landasan normatifnya.

2. Kesenjangan antara Deskripsi dan Kritik

Teori Kritis berorientasi pada pembebasan manusia dari kondisi yang memperbudak mereka. Untuk tujuan ini, Teori Kritis membutuhkan dasar normatif yang kuat untuk membedakan antara pengetahuan yang palsu dan pengetahuan yang 'sejati' atau emansipatif. Sosiologi Pengetahuan Mannheim, meskipun menawarkan skema analisis yang cemerlang tentang keterikatan sosial, cenderung menjadi kerangka deskriptif dan fungsional yang menjelaskan bagaimana pengetahuan terikat.

Analisis menunjukkan bahwa skema Mannheim tidak mencapai "batas kritis" yang ditetapkan oleh Horkheimer karena ia menghindari mistifikasi Marxis yang dicirikan oleh Teori Kritis. Horkheimer melihat Mannheim gagal memberikan tuntutan etis yang radikal, yang diperlukan untuk memimpin transformasi sosial sejati, meskipun Mannheim sendiri memiliki keterbukaan untuk meneliti pemikirannya sendiri yang lebih bertanggung jawab secara politis.

VIII. Kesimpulan dan Implikasi Teoritis

A. Rangkuman Kontribusi Utama Mannheim

Ideology and Utopia adalah kontribusi penting bagi pemahaman dunia yang tertekan. Karya ini memberikan tiga kontribusi teoretis utama yang saling terkait. Pertama, Mannheim berhasil mendirikan Sosiologi Pengetahuan sebagai disiplin akademis yang memandang pengetahuan sebagai produk yang terikat eksistensial. Kedua, ia secara jelas membedakan Ideologi (sebagai kekuatan stabilisasi) dan Utopia (sebagai kekuatan transformasi) berdasarkan fungsi historis dan prospektifnya. Ketiga, ia menawarkan Relasionisme—yang didukung oleh peran Freischwebende Intelligenz—sebagai solusi epistemologis yang memungkinkan objektivitas relatif melalui sintesis pluralistik, menghindari jatuh ke dalam jurang relativisme.

B. Implikasi untuk Penerapan SoK dalam Analisis Kontemporer

Karya ini menyediakan kerangka kerja metodologis yang kuat untuk menganalisis lanskap sosial dan politik kontemporer, terutama di tengah fragmentasi perspektif totalistik (seperti polarisasi politik ekstrem atau konflik budaya). Tuntutan Relasionisme dan kesadaran diri total yang diajukan Mannheim menawarkan "toolkit" bagi para analis. Ia menegaskan bahwa setiap pandangan politik, baik dari kubu pendukung tatanan maupun oposisi, harus diteliti untuk memahami keterikatan eksistensial dan fungsi aktualnya dalam mempertahankan atau mengubah realitas.

Pada akhirnya, Ideology and Utopia adalah wasiat abadi yang menuntut refleksi diri sosiologis yang mendalam sebagai kunci untuk memahami perubahan sosial. Pengakuan terhadap pluralitas dan dorongan untuk dialog yang setara, sebagaimana diusulkan dalam Relasionisme, adalah prasyarat untuk politik yang bertanggung jawab dan upaya untuk membangun masa depan bersama.

Referensi:

Cendikiawan dan kekuasaan | PDF | Filsafat - Scribd. (n.d.). Scribd. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://id.scribd.com/doc/50185567/Cendikiawan-dan-Kekuasaan

Differences between Critical Theory and Karl Mannheim’s sociology ... (n.d.). Reddit. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://www.reddit.com/r/CriticalTheory/comments/rrnkvu/differences_between_critical_theory_and_karl/

Exploring Mannheim’s concept of utopias and their relationship to reality. (2023, November 16). Modern Diplomacy. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://moderndiplomacy.eu/2023/11/16/exploring-mannheims-concept-of-utopias-and-their-relationship-to-reality/

Free-floating intellectuals - Wikipedia. (n.d.). Wikipedia. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Free-floating_intellectuals

Ideology & Utopia I. Intro. Mannheim is seen as (one of) the founder(s) of the sociology of knowledge. Th - Duke People. (n.d.). Duke University. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://people.duke.edu/~jmoody77/TheoryNotes/manheim.pdf

Ideology and Utopia - 1st Edition - Karl Mannheim - Routledge Book. (n.d.). Routledge. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://www.routledge.com/Ideology-and-Utopia/Mannheim/p/book/9780415060547

Ideology and Utopia - Karl Mannheim - Google Book. (n.d.). Google Books. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://books.google.co.id/books?id=9X90ZJhkV9IC

Ideology and Utopia - Karl Mannheim - Google Books. (n.d.). Google Books. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://books.google.com/books/about/Ideology_and_Utopia.html?id=NxethJLLfGoC

Ideology and Utopia - Wikipedia. (n.d.). Wikipedia. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Ideology_and_Utopia

Ideology and utopia: An introduction to the sociology of knowledge. (n.d.). Internet Archive. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://archive.org/download/ideologyutopiain00mann/ideologyutopiain00mann.pdf

Karl Mannheim - Wikipedia. (n.d.). Wikipedia. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Karl_Mannheim

Karl Mannheim’s Ideology and Utopia - YouTube. (n.d.). YouTube. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://www.youtube.com/watch?v=c0_c5gmCB8Q

Karl Mannheim’s Sociology of Political Knowledge - E-International Relations. (2013, Oktober 26). E-International Relations. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://www.e-ir.info/2013/10/26/karl-mannheims-sociology-of-political-knowledge/

Karl Mannheim’s Theory of Ideology and Relationism - YouTube. (n.d.). YouTube. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://www.youtube.com/watch?v=gtk7fn18-vw

KONSEP-KONSEP sosiologi pengetahuan dan pendidikan Mannheim - Gubug Jurnal STITNU Al Hikmah Mojokerto. (n.d.). Jurnal Modeling. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/download/2483/1382/

Mannheim, K. (1991). Ideologi dan utopia: Menyingkap kaitan pikiran dan politik (B. Hardiman, Penerj.). Yogyakarta: Kanisius. (Karya asli diterbitkan 1929)

Mannheim, K. (2023). Ideology and utopia: An introduction to the sociology of knowledge. London & New York: Routledge. (Original work published 1929)

Mannheim’s Critical Theory?: Reflections on the relationship between Max Horkheimer and Karl Mannheim. (n.d.). ResearchGate. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://www.researchgate.net/publication/272301531_Mannheim's_Critical_Theory_Reflections_on_the_Relationship_between_Max_Horkheimer_and_Karl_Mannheim

SOSIOLOGI PENGETAHUAN KARL MANNHEIM - Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (n.d.). UIN Sunan Kalijaga. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73514

Sosiologi pengetahuan: Telaah atas pemikiran Karl Mannheim. (n.d.). ResearchGate. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://www.researchgate.net/publication/358140342_SOSIOLOGI_PENGETAHUAN_TELAAH_ATAS_PEMIKIRAN_KARL_MANNHEIM
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment