Analisis Komprehensif Buku Einleitung in die Geisteswissenschaften (1883) Karya Wilhelm Dilthey: Fondasi Ilmu Humaniora Modern
Abstrak
Tulisan ini menyajikan analisis mendalam dan sistematis terhadap Einleitung in die Geisteswissenschaften. Versuch einer Grundlegung für das Studium der Gesellschaft und der Geschichte (Pengantar untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan. Sebuah Upaya untuk Meletakkan Fondasi bagi Studi Masyarakat dan Sejarah), yang diterbitkan oleh Wilhelm Dilthey pada tahun 1883. Karya monumental ini tidak sekadar menjadi sebuah buku, melainkan sebuah manifesto dan proyek filosofis yang ambisius. Tujuan utama Dilthey adalah untuk memberikan fondasi epistemologis yang kokoh dan mandiri bagi apa yang ia sebut sebagai Geisteswissenschaften (ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial), yang ia bedakan secara tajam dari Naturwissenschaften (ilmu-ilmu alam). Dilthey berargumen bahwa dominasi metodologi ilmiah positivistik abad ke-19 dan kebuntuan metafisika idealistik telah gagal secara fundamental dalam memahami realitas historis dan spiritual manusia yang kaya.
Sebagai respons, Dilthey mengusulkan sebuah pendekatan baru yang berpusat pada konsep-konsep kunci seperti Erlebnis (pengalaman hidup) sebagai sumber pengetahuan yang mendasar, dan Verstehen (pemahaman) sebagai metode yang khas. Ia melihat Verstehen sebagai proses interpretasi terhadap Ausdruck (ekspresi) dari pengalaman batiniah, yang termanifestasi dalam artefak budaya dan sejarah seperti teks, seni, dan institusi. Tulisan ini menguraikan struktur buku yang belum selesai, menyoroti kritik Dilthey terhadap model-model abstraktif, dan menganalisis peran sentral psikologi deskriptif sebagai fondasi yang ia usulkan. Selain itu, laporan ini mengeksplorasi warisan Dilthey dalam hermeneutika dan filsafat abad ke-20, serta menganalisis kritik-kritik yang sering dilontarkan kepadanya, terutama tuduhan relativisme dan positivisme metodologis. Pada akhirnya, disimpulkan bahwa proyek Dilthey tetap relevan secara krusial dalam perdebatan kontemporer mengenai otonomi dan status ilmu-ilmu kemanusiaan di hadapan reduksionisme ilmiah.
Bagian I: Konteks Intelektual dan Genesis Proyek Filosofis
1.1 Lanskap Intelektual Abad ke-19: Dominasi Positivisme dan Kebuntuan Metafisika
Pada paruh kedua abad ke-19, lanskap intelektual Eropa didominasi oleh dua aliran pemikiran yang, menurut Wilhelm Dilthey, tidak memadai untuk memberikan fondasi yang tepat bagi studi tentang manusia dan sejarah. Aliran pertama adalah positivisme, yang diwakili oleh pemikir seperti Auguste Comte, John Stuart Mill, dan Henry Thomas Buckle. Para positivis ini berupaya menerapkan metode ilmu-ilmu alam—yang berfokus pada penjelasan kausal (Erklären) dan penemuan hukum-hukum umum—ke dalam ilmu-ilmu kemanusiaan. Mereka mencoba memecahkan "teka-teki dunia historis" dengan meminjam prinsip-prinsip dan metode dari sains alam.
Dilthey secara tegas menolak pendekatan ini, menganggapnya sebagai upaya yang "terpotong dan cacat" yang mereduksi dan memutilasi realitas historis untuk mengasimilasi ke dalam konsep dan metode sains alam. Ia mengkritik "sistem alamiah ilmu-ilmu kemanusiaan" yang terinspirasi oleh Hobbes, Spinoza, dan Hume, yang mencoba menjelaskan kehidupan manusia dan interaksi sosial dengan elemen-elemen psikis dasar dan hukum-hukum non-teleologis. Meskipun demikian, penolakan Dilthey terhadap positivisme tidak bersifat total. Ia memiliki apresiasi terhadap empirisme dan perhatiannya pada fenomena, yang ia yakini dapat digunakan untuk "membongkar unsur spekulatif dari filsafat idealistik".
Aliran kedua adalah idealisme spekulatif, yang berambisi untuk menciptakan sebuah kerangka penjelasan universal, namun pada akhirnya gagal untuk berhubungan dengan pengalaman hidup yang konkret. Dilthey mengkritik baik metafisika maupun sains alam modern karena telah membangun "dunia-dunia yang dapat dipahami secara abstrak" yang terlepas dari lived experience (pengalaman hidup). Ia mencatat bahwa subjek pengetahuan yang dibangun oleh Locke, Hume, dan Kant "tidak mengalir darah sungguhan di dalam nadinya," melainkan hanya "ekstrak encer dari nalar sebagai aktivitas berpikir semata". Kegagalan-kegagalan ini menciptakan sebuah kekosongan metodologis dan epistemologis yang membuat studi-studi sejarah dan sosial menjadi tidak memiliki landasan filosofis yang pasti.
1.2 Proyek Dilthey: Kritik terhadap Nalar Historis (Critique of Historical Reason)
Di tengah lanskap intelektual yang terpecah ini, Dilthey menginisiasi proyek yang paling ambisius: untuk menyediakan fondasi filosofis bagi ilmu-ilmu kemanusiaan yang berpusat pada pengalaman hidup. Tujuannya adalah untuk memperluas proyek kritisisme Kant, yang secara primer berorientasi pada alam, menjadi sebuah "Kritik terhadap Nalar Historis". Tujuan dari proyek ini adalah untuk memberikan landasan yang kokoh bagi ilmu-ilmu kemanusiaan dengan cara yang sama seperti Kant telah meletakkan fondasi bagi ilmu-ilmu alam.
Dilthey menekankan bahwa pembedaan antara ilmu-ilmu alam (Naturwissenschaften) dan ilmu-ilmu kemanusiaan (Geisteswissenschaften) bukanlah dualisme metafisik. Ia tidak menciptakan dualisme antara alam sebagai ranah kausalitas dan sejarah sebagai ranah kebebasan. Sebaliknya, ia berusaha membangun sebuah fondasi epistemologis yang baru yang mengakui bahwa meskipun terdapat banyak kekuatan penentu dalam sejarah—karena hubungannya dengan kondisi-kondisi alamiah—untuk memahami partisipasi manusia dalam sejarah, hubungan sebab-akibat eksternal harus digantikan dengan hubungan integral "keagenan dan penderitaan, tindakan dan reaksi". Proyeknya ini didefinisikan sebagai upaya untuk membangun "hubungan integral" antara filsafat dengan semua disiplin teoretis dan praktik historis yang mencoba memahami dunia.
1.3 Wawasan Orde Kedua: Dilthey sebagai Arsitek Sebuah Disiplin Baru
Einleitung in die Geisteswissenschaften lebih dari sekadar sebuah buku; ia adalah sebuah proyek fondasional yang bertujuan untuk mengkonsolidasikan dan melegitimasi Geisteswissenschaften sebagai sebuah sistem ilmu yang mandiri. Dengan mencermati konteks intelektual pada zamannya, terlihat jelas bahwa Dilthey mengidentifikasi adanya krisis metodologis dan epistemologis yang menuntut sebuah solusi radikal. Responsnya bukan hanya sekadar menawarkan metode baru, tetapi secara strategis membangun sebuah landasan filosofis yang komprehensif.
Dilthey melihat bahwa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak memiliki fondasi filosofis yang kuat, dan mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan cara yang unik. Ia berpendapat bahwa solusi yang ada—positivisme yang mereduksi dan metafisika yang terisolasi—tidak memadai. Oleh karena itu, ia tidak hanya menulis sebuah teks, melainkan sebuah rencana besar untuk mendirikan seluruh bidang studi. Hal ini terlihat dari sifatnya yang tidak selesai, yang menunjukkan bahwa Dilthey menganggapnya sebagai tugas besar seumur hidup. Upaya untuk merevisi karyanya dan membandingkannya dengan Phenomenology of Spirit milik Hegel menunjukkan bahwa Dilthey melihat proyek ini sebagai sebuah usaha filosofis besar yang setara dalam ambisinya. Oleh karena itu, arti penting buku ini tidak hanya terletak pada isi yang diterbitkan, tetapi pada niat revolusionernya untuk melepaskan Geisteswissenschaften dari dominasi Naturwissenschaften dan menetapkannya sebagai sebuah "sistem ilmu-ilmu yang mandiri".
Bagian II: Arsitektur dan Isi Buku Einleitung
2.1 Sifat yang Tidak Selesai dan Struktur yang Diharapkan
Salah satu aspek terpenting dalam memahami Einleitung in die Geisteswissenschaften adalah menyadari bahwa buku yang diterbitkan pada tahun 1883 hanyalah volume pertama dari sebuah proyek yang jauh lebih ambisius dan tidak pernah selesai selama masa hidup Dilthey. Karya ini dimaksudkan untuk terdiri dari beberapa buku, dan strukturnya mencerminkan ambisi Dilthey untuk menggabungkan pendekatan historis dan sistematis guna memberikan fondasi filosofis yang paling pasti bagi ilmu-ilmu kemanusiaan.
Volume pertama, yang diterbitkan pada tahun 1883, berisi Buku Satu dan Buku Dua. Buku Satu memberikan gambaran umum tentang ilmu-ilmu kemanusiaan dan argumen untuk kebutuhannya akan fondasi epistemologis. Sementara itu, Buku Dua didedikasikan untuk analisis historis tentang bangkit dan runtuhnya metafisika dalam kaitannya dengan proyek peletakan fondasi ilmu-ilmu alam dan kemanusiaan. Draf dan materi untuk buku-buku selanjutnya, yang tidak diterbitkan pada masanya, kemudian dikumpulkan dan dicetak dalam edisi Gesammelte Schriften (Karya-Karya Terkumpul). Draf ini mengungkapkan rencana Dilthey untuk melanjutkan proyeknya: Buku Empat berfokus pada analisis fenomenologis kesadaran, Buku Lima pada logika ilmu-ilmu kemanusiaan, dan Buku Enam kembali pada sistem Geisteswissenschaften dari sudut pandang epistemologis yang lebih matang.
Struktur Proyek Einleitung in die Geisteswissenschaften
2.2 Buku Satu: Sistem Ilmu-Ilmu Kemanusiaan
Dalam Buku Satu, Dilthey menyajikan argumennya bahwa Geisteswissenschaften merupakan sebuah sistem ilmu yang mandiri dan membutuhkan fondasi epistemologisnya sendiri. Ia mendefinisikan Geisteswissenschaften secara luas, mencakup tidak hanya humaniora tetapi juga ilmu-ilmu sosial, seperti sejarah, hukum, ekonomi, dan psikologi. Dilthey berargumen bahwa ilmu-ilmu ini "mengisi banyak material" dan "memberikan dorongan" untuk proyeknya, serta dapat jatuh ke dalam empat kategori studi yang sejajar dengan struktur nyata dunia historis manusia: etnografi, studi sistem kultural, studi organisasi eksternal masyarakat, dan psikologi. Dilthey secara khusus menunjuk psikologi sebagai ilmu yang harus memberikan fondasi bagi seluruh Geisteswissenschaften, namun ia menekankan bahwa psikologi yang dimaksud harus bersifat deskriptif dan analitis, bukan yang berbasis pada penjelasan kausal.
2.3 Buku Dua: Analisis Historis dan Kritik terhadap Model Abstraksi
Buku Dua dari Einleitung menyajikan analisis historis tentang bangkit dan runtuhnya metafisika. Melalui tinjauan sejarah ini, Dilthey berargumen bahwa baik metafisika maupun ilmu-ilmu alam modern telah menciptakan "model-model palsu" bagi ilmu-ilmu kemanusiaan. Ia berpendapat bahwa model-model ini keliru karena "membangun dunia-dunia yang dapat dipahami secara abstrak, yang independen dari pengalaman hidup".
Dilthey secara khusus mengkritik "sistem alamiah ilmu-ilmu kemanusiaan" yang terinspirasi oleh pemikir seperti Hobbes, Spinoza, dan Hume. Pendekatan ini mencoba menjelaskan misteri kehidupan manusia, seluk-beluk tindakan, dan kompleksitas interaksi sosial menggunakan beberapa elemen psikologis dasar dan hukum-hukum non-teleologis, seperti hukum pelestarian diri. Bagi Dilthey, pendekatan ini reduksionis dan gagal menangkap kekayaan dan kedalaman kehidupan manusia. Ia berpendapat bahwa fondasi yang tepat untuk ilmu-ilmu ini seharusnya adalah "refleksi diri" yang didasarkan pada pengalaman hidup, yang ia pandang sebagai basis fundamental untuk pemikiran dan tindakan.
Bagian III: Fondasi Epistemologis dan Metodologis Geisteswissenschaften
3.1 Inti dari Realitas: Pengalaman Hidup (Erlebnis)
Pilar sentral dari fondasi filosofis Dilthey adalah konsep Erlebnis, atau pengalaman hidup. Dilthey memandang Erlebnis sebagai realitas pra-reflektif dan holistik yang menjadi dasar dari semua pengetahuan manusia. Ia mendefinisikan Erlebnis sebagai kenyataan sadar dari keberadaan manusia, yang merupakan "kenyataan dasar hidup dari mana segala kenyataan dieksplisitkan". Bagi Dilthey, hidup bukanlah sekadar realitas biologis, melainkan "meliputi semua keadaan jiwa, proses, serta kegiatan baik sadar atau tidak sadar". Ia secara langsung menentang pandangan filsafat sebelumnya yang membangun subjek pengetahuan mereka dari "ekstrak encer dari nalar sebagai aktivitas berpikir semata". Sebaliknya, ia berargumen bahwa pengalaman adalah sesuatu yang harus dikaitkan kembali dengan "kondisi dan konteks kesadaran di mana ia muncul," yaitu, "totalitas dari sifat kita".
3.2 Distinksi Sentral: Verstehen (Pemahaman) vs. Erklären (Penjelasan)
Kontribusi Dilthey yang paling terkenal adalah pembedaan tajam antara Verstehen dan Erklären. Ia berargumen bahwa tugas utama ilmu-ilmu alam (Naturwissenschaften) adalah Erklären, yaitu mencari penjelasan kausal berdasarkan hukum-hukum umum. Sebaliknya, tugas inti dari ilmu-ilmu kemanusiaan (Geisteswissenschaften) adalah Verstehen, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap struktur-struktur organisasi dan kekuatan-kekuatan dinamis dari kehidupan historis dan manusia.
Meskipun pembedaan ini telah ada dalam pemikiran Dilthey sejak awal, ia mengembangkannya secara lebih penuh dalam karya-karya selanjutnya, seperti Ideas for a Descriptive and Analytic Psychology (1894). Di sana, ia membedakan proses mental di balik keduanya: "Kami menjelaskan melalui proses-proses intelektual murni, tetapi kami memahami melalui kerjasama dari semua kekuatan pikiran yang diaktifkan oleh pemahaman". Ini menunjukkan bahwa Verstehen bukanlah sebuah proses intelektual yang kering, melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh kapasitas mental manusia.
3.3 Tiga Serangkai Hermeneutik
Meskipun Dilthey tidak sepenuhnya menguraikan hubungan tripartit ini dalam Einleitung, buku tersebut meletakkan fondasi yang sangat penting untuk fondasi hermeneutik yang ia kembangkan kemudian. Hubungan antara Erlebnis, Ausdruck, dan Verstehen membentuk siklus metodologis yang utuh bagi ilmu-ilmu kemanusiaan. Prosesnya dimulai dengan Erlebnis, pengalaman hidup yang bersifat langsung dan tak terrefleksikan. Pengalaman batiniah ini tidak dapat diakses secara langsung oleh orang lain.
Untuk dipahami, ia harus dieksternalisasi dan dijadikan objektif melalui Ausdruck (ekspresi). Ekspresi bisa termanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti karya seni, teks, bahasa, atau bahkan tindakan dan artefak budaya. Ekspresi ini kemudian menjadi objek dari Verstehen (pemahaman). Subjek yang memahami—seorang sejarawan, kritikus sastra, atau sosiolog—melakukan interpretasi terhadap ekspresi tersebut dengan menempatkannya dalam konteks historis dan sosialnya yang tepat. Proses ini bukanlah proses linier yang satu arah. Pemahaman terhadap ekspresi orang lain pada gilirannya memperkaya Erlebnis diri sendiri dan memungkinkan pemahaman diri yang lebih dalam. Dilthey berpendapat bahwa pemahaman diri harus dimediasi dari luar melalui interpretasi "objektivasi manusia," bukan hanya melalui introspeksi. Dengan demikian, pemahaman terhadap orang lain menjadi jalan menuju pemahaman diri, dan sebaliknya, membentuk sebuah lingkaran hermeneutik.
Hubungan Konseptual: Erlebnis, Ausdruck, Verstehen
Bagian IV: Implikasi Filsafat dan Otonomi Ilmu-Ilmu Kemanusiaan
4.1 Fondasi dari "Nexus Kehidupan I-Dunia"
Dilthey berargumen bahwa fondasi epistemologis yang ia usulkan tidak hanya membedakan ilmu-ilmu kemanusiaan, tetapi juga merevisi cara kita memahami realitas secara fundamental. Ia menolak pandangan bahwa realitas dunia eksternal hanya dapat diketahui melalui inferensi dari efek ke sebab. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa realitas dunia eksternal "diberikan bersamaan dan dengan kepastian yang sama seperti diri kita sendiri". Hal ini terjadi karena, sebagai "keseluruhan manusia yang berkehendak, merasa, dan merepresentasikan," kita merasakan realitas eksternal secara langsung melalui "resistensi terhadap dorongan-dorongan praktis dari kehendak". Oleh karena itu, hubungan dinamis ini dipandang lebih fundamental daripada hubungan epistemologis statis antara representasi dan objek.
Konsep ini dikenal sebagai "nexus kehidupan I-Dunia" (I-World life-nexus), yang mencerminkan pandangan holistik Dilthey bahwa realitas tidak terdiri dari dua dunia yang terpisah (subjek dan objek), melainkan sebuah kesatuan yang utuh di mana kita berpartisipasi. Konsep yang lebih luas dari ini adalah Zusammenhang des Lebens (nexus kehidupan), yang ia gunakan untuk menangkap semua cara di mana "kekuatan-kekuatan kehidupan dapat menyatu".
4.2 Sifat Psikologi sebagai Ilmu Fondasional
Dalam proyeknya, Dilthey mengusulkan psikologi sebagai ilmu fondasional untuk seluruh Geisteswissenschaften. Namun, ia dengan tegas membedakan psikologi yang ia usulkan dari psikologi penjelasan (erklärende Psychologie) yang berbasis pada fisiologi dan hipotesis paralelisme psikofisik, seperti yang dipraktikkan oleh Gustav Fechner dan Hermann von Helmholtz. Sebaliknya, Dilthey mengadvokasi sebuah psikologi deskriptif dan analitis (beschreibende und analytische Psychologie) yang bertujuan untuk "memberikan deskripsi tentang struktur dan perkembangan jiwa manusia".Psikologi jenis ini akan fokus pada refleksi "pengalaman batiniah" dan akan menjadi dasar yang diperlukan bagi semua disiplin ilmu kemanusiaan lainnya.
4.3 Peran Sentral dari Kehendak, Perasaan, dan Tindakan
Salah satu perubahan paling mendalam dalam pemikiran Dilthey, yang dimulai di Einleitung, adalah pergeseran dari epistemologi yang berpusat pada kognisi menjadi model yang berakar pada seluruh keberadaan manusia—kognitif, emosional, dan volisional. Dilthey mengkritik filsuf-filsuf rasionalis yang membangun subjek pengetahuan mereka dari "ekstrak encer dari nalar sebagai aktivitas berpikir semata". Ia berargumen bahwa dalam "proses kehidupan yang nyata," kehendak, perasaan, dan pemikiran hanyalah "aspek-aspek yang berbeda" dari keseluruhan.
Pergeseran ini memiliki implikasi epistemologis yang radikal. Dilthey berpendapat bahwa pemahaman kita tentang dunia eksternal tidak hanya berasal dari representasi mental, tetapi juga dari pengalaman kehendak yang menghadapi resistensi. Oleh karena itu, Dilthey tidak hanya memisahkan ilmu-ilmu kemanusiaan dari sains alam, tetapi juga merevisi fondasi epistemologi itu sendiri, beralih dari model rasionalis murni ke model yang berakar pada totalitas keberadaan manusia. Pergeseran ini menjadi alasan mengapa karyanya terhubung dengan Lebensphilosophie dan fenomenologi di kemudian hari.
Perbandingan Naturwissenschaften vs. Geisteswissenschaften
Bagian V: Warisan dan Relevansi Kritis
5.1 Pengaruh terhadap Hermeneutika dan Filsafat Abad ke-20
Meskipun Einleitung adalah sebuah karya yang tidak selesai, dampak filosofisnya sangatlah signifikan. Dilthey dipandang sebagai tokoh yang menghidupkan kembali hermeneutika, yang berakar pada pemikiran teolog seperti Friedrich Schleiermacher, dan mengembangkannya menjadi sebuah metode filosofis yang komprehensif bagi ilmu-ilmu kemanusiaan. Karyanya memiliki pengaruh yang besar pada berbagai aliran pemikiran abad ke-20, termasuk Lebensphilosophie dan eksistensialisme, dengan tokoh-tokoh seperti Friedrich Nietzsche dan Henri Bergson.
Pemikir seperti Martin Heidegger sangat dipengaruhi oleh karya Dilthey, yang terlihat dalam pendekatan hermeneutik terhadap "kehidupan faktual" dalam kuliah-kuliah awalnya dan dalam Being and Time. Dilthey juga merupakan sosok penting dalam pendirian sosiologi antipositivistik, terutama melalui kolaborasi dan pengaruhnya pada Georg Simmel dan Max Weber, yang mengembangkan gagasan tentang sosiologi Verstehen.
5.2 Kritik dan Misinterpretasi terhadap Dilthey
Terlepas dari pengaruhnya, pemikiran Dilthey tidak luput dari kritik dan misinterpretasi. Salah satu kritikus terkemuka adalah Hans-Georg Gadamer, yang dipengaruhi oleh Heidegger. Dalam Wahrheit und Methode (1960), Gadamer mengkritik pendekatan hermeneutik Dilthey sebagai "terlalu estetik dan subjektif, serta berorientasi pada metode dan positivistik". Gadamer berpendapat bahwa Dilthey salah menafsirkan hermeneutika sebagai sebuah metode yang dapat memberikan pengetahuan objektif dan kepastian ilmiah, sementara Gadamer melihat hermeneutika sebagai proses keberadaan yang lebih mendasar dan dialogis.
Dilthey juga sering dituduh sebagai seorang relativis karena fokusnya pada pandangan dunia yang berubah-ubah secara historis. Tuduhan lain adalah bahwa ia menciptakan dualisme antara dua dunia—dunia alam yang terpisah dari dunia roh—padahal ia sendiri menolak "teori dua dunia". Kritik-kritik ini sering muncul akibat ketidaklengkapan dan kerumitan dari karyanya sendiri.
5.3 Relevansi Kontemporer
Kritik terhadap Dilthey sering kali didasarkan pada salah penafsiran terhadap proyeknya yang bernuansa. Dengan meninjau kembali argumen-argumennya, relevansinya yang berkelanjutan menjadi jelas, terutama dalam perdebatan kontemporer. Dilthey bukanlah seorang relativis. Ia berpendapat bahwa "historisisme adalah penyembuhnya sendiri". Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman yang mendalam tentang keragaman konteks historis dan pandangan dunia tidak menghasilkan nihilisme, melainkan kesadaran yang lebih tinggi tentang kondisi manusia dan kebebasan.
Dilthey juga tidak dapat direduksi menjadi seorang positivis metodologis. Meskipun ia menghargai empirisme, tujuan utamanya adalah untuk mengatasi positivisme dengan memasukkan dimensi kualitatif dari pengalaman hidup yang tidak dapat direduksi menjadi data kuantitatif.
Proyek Dilthey tetap menjadi "paradigma" yang relevan untuk mempertahankan otonomi penelitian humaniora. Dalam era di mana reduksionisme neurobiologis semakin kuat, di mana kesadaran, kehendak, dan identitas pribadi berusaha direduksi menjadi sekadar "perilaku sekelompok besar sel saraf," pemikiran Dilthey menawarkan sebuah kerangka filosofis yang kuat. Ia memberikan dasar untuk berargumen bahwa studi tentang manusia dan sejarah membutuhkan metode dan fondasi yang unik, yang dimulai dari realitas yang kita hayati secara langsung, dan bukan dari abstraksi kausalitas sains alam.
Kesimpulan
Einleitung in die Geisteswissenschaften karya Wilhelm Dilthey adalah sebuah karya fondasional dan ambisius yang secara permanen mengubah arah filsafat di abad ke-19. Meskipun sifatnya tidak selesai, buku ini berhasil meletakkan dasar bagi sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan otonom. Dengan menolak model reduksionis positivisme dan abstraksi metafisika, Dilthey mengusulkan sebuah metodologi baru yang berpusat pada pemahaman (Verstehen) yang didasarkan pada pengalaman hidup (Erlebnis) dan ekspresinya (Ausdruck). Ia menempatkan kehendak dan perasaan pada pijakan yang sama pentingnya dengan pemikiran dalam proses pencarian pengetahuan.
Warisan Dilthey dapat dilihat dari pengaruhnya yang mendalam pada hermeneutika modern dan pembentukan sosiologi antipositivistik. Meskipun ia menghadapi kritik atas tuduhan relativisme dan positivisme metodologis, analisis yang lebih bernuansa mengungkapkan bahwa proyeknya adalah sebuah upaya untuk mengatasi dan melampaui kebuntuan filosofis pada masanya. Kontribusi Dilthey yang abadi adalah argumentasinya yang teguh mengenai otonomi ilmu-ilmu kemanusiaan dan penolakannya terhadap setiap upaya untuk mereduksi kekayaan pengalaman manusia menjadi hukum-hukum sebab-akibat yang kering. Oleh karena itu, pemikiran Dilthey tetap relevan secara krusial dalam diskusi kontemporer tentang status ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial, menjadikannya sebuah rujukan yang tak tergantikan bagi siapa pun yang ingin memahami fondasi studi tentang manusia dan sejarah.
Karya yang dikutip
Balawadayu. (2018, January 21). Transformasi filsafat hermeneutika Jerman Schleiermacher, Dilthey, Gadamer, Habermas: Studi etnografi Geertz dan genealogi Foucault pada KAP di Jakarta. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/balawadayu/5a6428e4cbe5237ce978a052/
Dilthey, W. (1883). Einleitung in die Geisteswissenschaften: Versuch einer Grundlegung für das Studium der Gesellschaft und der Geschichte. Duncker & Humblot. https://archive.org/download/einleitungindieg00dilt/einleitungindieg00dilt.pdf
Dilthey, W. (1989). Introduction to the human sciences. Princeton University Press. https://books.google.com/books/about/Introduction_to_the_Human_Sciences.html?id=-Tq6fu1yu-cC
Dilthey, W. (1991). Introduction to the human sciences (Vol. 1, Selected Works; R. A. Makkreel & F. Rodi, Eds. & Trans.). Princeton University Press. (Original work published 1883)
EBSCO. (n.d.). Wilhelm Dilthey | Research starters. https://www.ebsco.com/research-starters/history/wilhelm-dilthey
Encyclopedia.com. (n.d.). Geisteswissenschaften. https://www.encyclopedia.com/humanities/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/geisteswissenschaften
Formosa Publisher. (2023). Wilhelm Dilthey’s thoughts on understanding, hermeneutics and communication. https://journal.formosapublisher.org/index.php/ajpr/article/download/9360/9396/35056
Hodges, H. A. (n.d.). Wilhelm Dilthey. Bard College. https://www.bard.edu/library/arendt/pdfs/Hodges_Wilhelm_Dilthey.pdf
Johns Hopkins University Press. (2007). Wilhelm Dilthey. Selected works. Vol. I: Introduction to the human sciences (Review). https://muse.jhu.edu/article/226287/summary
Makkreel, R. A., & Rodi, F. (Eds.). (2011). Wilhelm Dilthey. In E. N. Zalta (Ed.), The Stanford encyclopedia of philosophy (Fall 2011 ed.). Stanford University. https://plato.stanford.edu/entries/dilthey/
Marxists Internet Archive. (n.d.). Dilthey’s Introduction to the human sciences. https://www.marxists.org/reference/subject/philosophy/works/ge/dilthey.htm
Notre Dame Philosophical Reviews. (2002). Interpreting Dilthey: Critical essays. https://ndpr.nd.edu/reviews/interpreting-dilthey-critical-essays/
ProQuest. (2002). Wilhelm Dilthey. Selected works. Volume 1: Introduction to the human sciences (Book review). https://search.proquest.com/openview/0acba029e02c7af17911811bb6fbc5d7/1?pq-origsite=gscholar&cbl=1819866
ResearchGate. (2018). Interpreting Dilthey. https://www.researchgate.net/publication/328496475_Interpreting_Dilthey
Routledge Encyclopedia of Philosophy. (n.d.). Dilthey, Wilhelm (1833–1911). https://www.rep.routledge.com/articles/biographical/dilthey-wilhelm-1833-1911/v-1/sections/foundation-of-the-human-sciences
Scribd. (n.d.). Wilhelm Dilthey, Introduction to the human sciences | PDF. https://www.scribd.com/document/159101553/Wilhelm-Dilthey-Introduction-to-the-Human-Sciences
Staiti, A. (2023). Common sense and the difference between natural and human sciences. Inquiry: An Interdisciplinary Journal of Philosophy, 66(7), 667–686. https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/0020174X.2023.2240430
Wikipedia contributors. (2025, September 20). Wilhelm Dilthey. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Wilhelm_Dilthey
Zalta, E. N. (Ed.). (2011). Wilhelm Dilthey. In The Stanford encyclopedia of philosophy. Stanford University. https://plato.stanford.edu/entries/dilthey/#:~:text=In%20the%20Introduction%20to%20the,forces%20of%20life%20can%20converge
%20Karya%20Wilhelm%20Dilthey.png)



Post a Comment