Thomas Hobbes (1588-1679 M)

Riwayat Hidup dan Pemikiran Thomas Hobbes
Thomas Hobbes
Thomas Hobbes lahir di Inggris pada 1588 M. Ia adalah putra dari pastor yang membangkang dan suka berdebat. Keluarganya terpaksa lari dari daerahnya akibat situasi yang kurang mendukung. Thomas Hobbes adalah sosok yang cerdas, terbukti pada umur 6 tahun sudah menguasai bahasa Yunani dan Latin dengan amat baik dan umur 15 tahun sudah belajar di Oxford University.

Hobbes hidup dalam era pergolakan. Karena kekuasaan raja semakin besar, para pedagang dan pemilik tanah mulai melihat adanya bahaya yang terkandung dalam kekuasaan politik yang tidak terbatas dan tidak terkontrol. Monopoli keagamaan tidak jauh berbeda. Zaman berikutnya pun tak jauh beda, kesewenang-wenangan para penguasa berlangsung seiring dengan pergolakan yang diakibatkannya. Dalam situasi demikian, Hobbes menulis karya politik terbesarnya, Leviathan. Masterpiece Hobbes merupakan filsafat politik umum pertama yang besar dan komperehensif yang dihasilkan pemikir Inggris tersebut. Karya Hobbes tersebut sebagai upaya untuk menjustifikasi absolutise penguasa pada saat itu. lebih dari itu, ia berusaha meletakan fondasi teoretis bagi pemerintahan absolute secara umum, baik monarki, kediktatoran, maupun parlemen.

Bagian pertama buku tersebut membahas psikologi manusia, dalam bahasan of man. Hobbes menyadari bahwa teori negara harus didasarkan pada teori watak manusia. Dan untuk menyingkap watak manusia tersebut, menurut Hobbes, ada dua cara. Pertama, melakukan pengamatan pola laku dan tindakan orang lain. Kedua, introspeksi diri. Pendekatan empiris tampak sekali pada model yang pertama, meski demikian Hobbes lebih banyak dipengaruhi filsafat aliran rasionalisme ketimbang lainnya. Sementara model kedua lebih pada studi diri dengan cara mendeteksi pola laku pribadi daripada melihat orang lain. Ternyata tidak hanya pada orang lain, dalam diri pribadi pun juga ditemukan pola laku leviathan meski berbeda kadar dan ukurannya.

Sebagai seorang metafisikawan, Thomas Hobbes mengembangkan suatu model dunia yang murni materialis dan mekanistis, yakni dunia yang semata-mata merupakan materi yang sedang bergerak. Barangkali itulah potret alam semesta yang paling tak berpribadi dan tak berwarna pada zaman itu, sejak Demokritos dan para atomis kuno. Dalam bukunya Leviathan, disebutkan bahwa manusia selalu berusaha mementingkan diri sendiri telah menjadi prinsip dominan. Keadilan tidak dikenal. Potret dunia seperti ini dilukiskan bagai manusia adalah serigala, saling makan satu dengan lainnya.

Belakangan, akhirnya tumbuh suatu kesepakatan antara lelaki dan perempuan yang bernama kontrak sosial. Tujuannya untuk keselamatan dan keuntungan masing-masing. Mereka menyerahkan beberapa wewenang mereka yang tidak terlalu besar kepada sang penguasa, raja yang memerintah bukan pada Tuhan dalam urusan publik sesuai dengan kesepakatan umum. Dengan kesepakatan ini akhirnya manusia dilindungi ide keadilan. Keadilan di sini adalah produk kesepakatan bersama.

Namun demikian, perlu dipahami bahwa ada beberapa sifat dari definisi kontrak menurut Hobbes yang perlu dikemukakan di sini.
1. Perjanjian ini bukanlah perjanjian antara ruler (penguasa) dengan ruled (yang dikuasai/rakyat), tetapi kesepakatan diambil antara individu-individu untuk mengakhiri keadaan alamiah dan membentuk masyarakat sipil.

2. Perjanjian dibuat oleh masing-masing individu yang terisolir secara alamiah dan anti-sosial.

3. Orang yang terlibat dalam perjanjian tersebut merupakan konsekuensi dari kedaulatan daripada sumber kedaulatan.

4. Tidak ada kebulatan suara dalam kontrak sosial versi Hobbes.

Sebagai catatan akhir, teori Hobbes menunjukkan konsekuensi logis dari pandangan anti-tradisional bahwa manusia tidak mempunyai disposisi untuk menempatkan keinginan dan dorongannya di bawah prinsip rasional. Akal dan pikiran hanyalah instrumen, bukan penentu menang-kalah. Terlepas dari kecenderungan absolutisme, Hobbes merupakan pelopor individualisme modern dan ia menghilangkan segala bentuk standardisasi utilitarian dan pragmatisme. Filsafat sosial yang dirumuskannya berakhir dengan menghapuskan kewajiban-kewajiban moral dari wilayah politik.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini


Sumber.
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat; dari Masa Klasik hingga Postmodern. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

1 comment for "Thomas Hobbes (1588-1679 M)"