Analisis Mendalam Buku The Phenomenology of the Social World (1932) Karya Alfred Schutz: Landasan Fenomenologis bagi Ilmu Sosial
Pendahuluan
Tulisan ini menyajikan analisis komprehensif dari The Phenomenology of the Social World, karya fundamental Alfred Schütz yang diterbitkan pada tahun 1932. Buku ini bukan hanya sebuah risalah teoretis, melainkan sebuah upaya sistematis untuk meletakkan fondasi filosofis bagi ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi interpretif. Schütz, seorang filsuf yang terinspirasi oleh fenomena sosial sehari-hari, menempatkan dirinya sebagai jembatan intelektual antara filsafat fenomenologi Edmund Husserl dan sosiologi Verstehen Max Weber.
Melalui sintesis yang orisinal ini, Schütz mendefinisikan realitas sosial sebagai entitas yang dibangun secara subjektif, intersubjektif, dan memiliki makna, sebuah pandangan yang menantang pendekatan objektivistik dan positivistik yang dominan pada masanya. Tulisan ini akan menguraikan konsep-konsep sentral yang dikembangkan Schütz dalam bukunya, membahas konteks intelektualnya, serta mengevaluasi warisan dan debat kritis yang terus mengelilingi karyanya.
1. Konteks Intelektual dan Posisi Schütz dalam Teori Sosial
Untuk memahami makna dan pentingnya The Phenomenology of the Social World, perlu untuk menempatkan Alfred Schütz dalam lanskap intelektual abad ke-20. Schütz tidak memulai dari nol; karyanya muncul sebagai sintesis yang terinformasi dari tradisi-tradisi pemikiran yang berbeda, yang ia olah menjadi sebuah kerangka kerja yang koheren untuk sosiologi.
1.1. Jembatan Intelektual: Fenomenologi Husserl dan Sosiologi Weber
The Phenomenology of the Social World, yang judul aslinya dalam bahasa Jerman adalah Der sinnhafte Aufbau der sozialen Welt (Pembangunan Dunia Sosial yang Bermakna), adalah publikasi besar pertama Schütz dan karya satu-satunya yang ia terbitkan secara substansial di Eropa sebelum melarikan diri dari Nazi ke Amerika Serikat. Inti dari proyek ini adalah untuk memberikan landasan filosofis yang kokoh bagi sosiologi interpretif Max Weber.
Schütz sangat terpesona oleh sosiologi Weber, terutama konsepnya tentang aksi sosial—bahwa perilaku manusia menjadi "aksi" ketika dilekatkan dengan makna subjektif oleh individu yang bertindak. Weber berpendapat bahwa pemahaman (Verstehen) terhadap aksi sosial dicapai dengan menafsirkan makna subjektif yang diberikan oleh aktor. Namun, menurut Schütz, teori aksi Weber dianggap terlalu rasional dan tidak secara memadai memperhatikan proses dinamis pribadi dan interpersonal yang melahirkan sebuah aksi. Weber tidak memberikan penjelasan mendalam tentang bagaimana "makna subjektif" itu sendiri terbentuk dalam kesadaran individu.
Untuk mengisi kekosongan metodologis ini, Schütz beralih ke fenomenologi Edmund Husserl, yang berfokus pada struktur kesadaran dan bagaimana makna terbentuk dalam pengalaman individu. Schütz menggunakan metodologi Husserl tentang analisis kesadaran untuk mengeksplorasi pengalaman subjektif, makna, dan kesadaran waktu, yang menurutnya merupakan komponen-komponen yang hilang dari sosiologi Weber.
Sintesis ini bukan hanya sekadar penggabungan dua ide; ini adalah sebuah perpaduan yang orisinal dan korektif. Schütz menggunakan fenomenologi Husserl sebagai alat untuk memberikan landasan yang hilang untuk "makna subjektif" yang menjadi pusat sosiologi Weber. Ia menunjukkan bahwa proses pembentukan makna dimulai dari dalam kesadaran individu sebagai "aliran kesadaran" dan terwujud dalam aksi yang kemudian dapat diamati dan ditafsirkan. Oleh karena itu, Schütz menolak untuk disebut sebagai "sosiolog fenomenologis" dan lebih memilih untuk dianggap sebagai "filsuf yang canggih secara sosiologis," karena ia menggunakan alat-alat filsafat untuk memecahkan masalah-masalah sosiologi. Karyanya menyatukan tradisi sosiologis dan fenomenologis, menghubungkan ide-ide Husserl dengan ilmu-ilmu sosial.
1.2. Pengaruh Pemikiran Lainnya
Schütz tidak hanya berdialog dengan Weber dan Husserl. Ia juga dipengaruhi secara signifikan oleh pemikir lain seperti Henri Bergson, William James, dan para ekonom dari Mazhab Ekonomi Austria. Pengaruh William James, khususnya, sangat terlihat dalam gagasan Schütz tentang "realitas berganda" (multiple realities) atau "provinsi makna yang terbatas" (finite provinces of meaning). Berbeda dengan pandangan positivistik yang menganggap realitas itu tunggal, Schütz berpendapat bahwa dunia ini terdiri dari berbagai jenis realitas, termasuk realitas sosial sehari-hari, fantasi, dan mimpi. James telah mengidentifikasi keberadaan berbagai "bagian alam semesta" ini, tetapi ia tidak membahas implikasi sosialnya, yang kemudian menjadi fokus utama Schütz.
Tabel di bawah ini memberikan ringkasan visual tentang bagaimana Schütz secara selektif mengadaptasi dan memperluas ide-ide dari Husserl dan Weber untuk membangun kerangka teorinya.
2. Inti Konsep dan Struktur Buku The Phenomenology of the Social World
Bagian ini menguraikan konsep-konsep kunci yang dikembangkan Schütz dalam bukunya, yang menjadi inti dari argumennya tentang sifat realitas sosial.
2.1. Dunia-Kehidupan (Lebenswelt) dan Sikap Alami (Natural Attitude)
Pusat dari analisis Schütz adalah konsep dunia-kehidupan (Lebenswelt), yang ia definisikan sebagai dunia sehari-hari yang intersubjektif. Ini adalah sebuah dunia di mana orang-orang tidak hanya berinteraksi, tetapi juga secara aktif menciptakan realitas sosial sambil tetap terikat oleh struktur sosial dan budaya yang sudah ada. Dunia-kehidupan adalah tempat di mana kita berbagi cerita, berinteraksi, dan menafsirkan pengalaman. Realitas ini tidak sepenuhnya bersifat personal; Schütz berpendapat bahwa kesadaran individu selalu mencerminkan bukti keberadaan kesadaran orang lain.
Dalam dunia-kehidupan ini, individu mengadopsi "sikap alami" (natural attitude). Sikap ini merupakan orientasi kognitif di mana kita menganggap dunia dan pemahaman kita tentangnya sebagai sesuatu yang "diambil begitu saja" (taken-for-granted) dan nyata. Dalam sikap ini, kita menyingkirkan keraguan dan memperlakukan pemahaman kita tentang dunia sebagai sesuatu yang valid "untuk semua tujuan praktis" dan "sampai terbukti sebaliknya". Bagi Schütz, sikap ini tidak mencakup skeptisisme ilmiah atau Descartian tentang objektivitas persepsi.
Konsep-konsep ini memiliki implikasi metodologis yang mendalam bagi ilmu sosial. Schütz berargumen bahwa ilmu sosial harus berlandaskan pada pemikiran akal sehat (common-sense) dari aktor sehari-hari, yang merupakan "konstruk tingkat pertama". Realitas sosial sudah "pra-interpretatif" oleh aktor yang hidup di dalamnya, yang berarti bahwa individu-individu sudah terlibat dalam proses pembentukan makna yang berkelanjutan. Oleh karena itu, tugas ilmuwan sosial bukanlah untuk memaksakan kategori ilmiah dari luar, tetapi untuk membangun "konstruk tingkat kedua" yang didasarkan pada konstruksi tingkat pertama ini. Ini adalah kritik langsung terhadap pendekatan positivistik, yang berusaha menerapkan metode ilmu alam secara langsung pada perilaku manusia.
2.2. Intersubjektivitas: Landasan Realitas Sosial Bersama
Intersubjektivitas adalah gagasan sentral yang menjadi dasar bagi teori Schütz tentang realitas sosial. Ia mendefinisikannya sebagai fondasi untuk hidup bersama dan berbagi pemahaman tentang dunia-kehidupan dengan orang lain. Schütz berpendapat bahwa pengalaman kita dibentuk secara fundamental oleh interaksi sosial dan makna yang dibagikan. Ia membedakan realitas sosial intersubjektif—makna dan pemahaman bersama—dari realitas sosial objektif—institusi dan struktur yang ada secara independen dari persepsi individu.
Schütz secara eksplisit mengkritik pendekatan idealisme Husserl, yang mencoba menurunkan keberadaan orang lain dari kesadaran ego yang terisolasi. Ia menyebut pendekatan ini sebagai "Robinsonade filosofis," yaitu teori yang berusaha menjelaskan fenomena sosial dari individu yang terisolasi di luar masyarakat, mirip dengan teori ekonomi klasik yang dimulai dari individu "Robinson Crusoe" yang terisolasi. Husserl, menurut Schütz, berusaha untuk menunjukkan bagaimana ego transcendental yang sendirian dapat "menciptakan" atau "mengonstitusi" alter ego dari ketiadaan.
Bagi Schütz, intersubjektivitas bukanlah sebuah masalah konstitutif yang harus dipecahkan dalam kesendirian transcendental, tetapi sebuah fakta ontologis mendasar dari keberadaan manusia. Ego dan alter ego selalu diberikan bersamaan dalam sebuah "pasangan asli". Pergeseran dari intersubjektivitas sebagai "masalah" filosofis menjadi "fakta" sosiologis ini memiliki implikasi mendalam, yang menempatkan sosiologi fenomenologis pada fondasi yang kokoh di mana realitas sosial tidak dapat dijelaskan hanya dari tindakan individu yang terpisah. Ini juga menjadi dasar mengapa Schütz menolak untuk dianggap sebagai "individualis ontologis," meskipun ia menganut "individualisme metodologis" dalam pendekatannya. Analisisnya terfokus pada individu, tetapi ia menegaskan bahwa realitas individu itu sendiri tidak mungkin tanpa intersubjektivitas.
2.3. Aksi dan Motivasi: Motif 'In-Order-To' dan 'Because'
Sebuah kontribusi kunci dalam buku ini adalah dikotomi orisinal yang dikembangkan Schütz tentang dua jenis motif yang mendorong aksi manusia: motif 'untuk-tujuan' (in-order-to) dan motif 'karena' (because).
- Motif In-Order-To (Motif 'untuk-tujuan'): Motif ini berorientasi ke masa depan. Ini adalah tujuan, sasaran, atau keadaan yang ingin dicapai oleh aktor melalui tindakannya. Motif ini berada dalam kesadaran subjektif aktor sebagai "proyek" yang direncanakan. Sebagai contoh, seorang pencuri mengambil uang agar ia bisa membayar sewa.
- Motif Because (Motif 'karena'): Motif ini berakar pada pengalaman masa lalu aktor, yang menjelaskan mengapa suatu tindakan atau proyek tertentu dilakukan. Ini membentuk "situasi biografis" aktor. Sebagai contoh, seorang pencuri mengambil uang karena ia tumbuh di lingkungan yang keras dan terpengaruh oleh pergaulan yang buruk.
Perbedaan ini adalah terobosan kunci. Motif in-order-to adalah cara aktor merencanakan dan menafsirkan tindakannya secara subyektif. Motif because adalah cara ilmuwan sosial atau pengamat menjelaskan tindakan tersebut secara objektif, menghubungkannya dengan kondisi masa lalu yang dapat diamati. Schütz berpendapat bahwa penjelasan sosial ilmiah harus melibatkan keduanya. Ini merupakan pemisahan esensial antara makna yang dimiliki aktor dan makna yang diberikan oleh pengamat, yang menyediakan landasan bagi sosiologi untuk dapat memahami aksi secara objektif tanpa mengabaikan aspek subjektifnya.
2.4. Tipifikasi (Typification) dan Stok Pengetahuan (Stock of Knowledge)
Schütz menempatkan dua konsep lain di pusat teorinya: stok pengetahuan (stock of knowledge) dan tipifikasi (typification). Stok pengetahuan adalah kerangka kognitif yang dibentuk oleh pengalaman masa lalu individu. Pengetahuan ini, yang sering kali "diambil begitu saja," berfungsi sebagai dasar untuk memahami situasi saat ini dan merencanakan tindakan di masa depan. Pengetahuan ini tidak koheren, hanya sebagian jelas, dan tidak bebas dari kontradiksi, yang mencerminkan sifat praktis dan terpecah-pecah dari kehidupan sehari-hari.
Individu menggunakan stok pengetahuan ini untuk menciptakan "tipifikasi," yaitu kategori-kategori umum atau skema interpretatif yang membantu mereka memahami orang lain dan dunia di sekitarnya. Proses tipifikasi melibatkan pengabaian detail partikular yang tidak relevan dengan tujuan saat itu. Tipifikasi adalah skema interpretatif yang memungkinkan individu untuk berinteraksi di tengah ketidakpastian, di mana tidak mungkin untuk sepenuhnya memahami kesadaran orang lain.
Terdapat hubungan yang kuat antara stok pengetahuan, tipifikasi, dan intersubjektivitas. Stok pengetahuan adalah hasil dari pengalaman masa lalu yang sebagian besar merupakan interaksi sosial, dan ini menghasilkan "pengetahuan yang dibagikan" (shared knowledge) di antara anggota kelompok sosial. Pengetahuan yang dibagikan ini membentuk tipifikasi yang kita gunakan. Dengan demikian, tipifikasi bukan hanya alat kognitif individu, tetapi juga produk dari proses intersubjektif yang berkelanjutan, yang diturunkan dan diperkuat di dalam dunia-kehidupan. Ini menunjukkan bagaimana realitas sosial secara terus-menerus dibangun dan dipelihara melalui interaksi yang berulang, di mana individu secara rutin mengandalkan tipifikasi untuk menavigasi perilaku orang lain.
3. Metodologi Ilmu Sosial Schütz: Konstruksi Tingkat Kedua
Bagian ini membahas kontribusi metodologis Schütz yang membedakan pendekatan fenomenologis dari metode positivistik dan fungsionalistik.
3.1. Ilmu Sosial vs. Ilmu Alam
Schütz berpendapat bahwa ilmu sosial secara fundamental berbeda dari ilmu alam. Objek studi ilmu sosial—perilaku dan hubungan manusia—sudah "pra-interpretatif" oleh subjeknya. Aktor sosial sudah terlibat dalam proses "pembentukan makna" (sense-making) yang terus-menerus. Hal ini berimplikasi bahwa tugas ilmuwan sosial bukanlah untuk mengaplikasikan metode ilmu alam secara langsung, tetapi untuk memahami bagaimana aktor sosial menafsirkan dunianya. Schütz menolak perspektif neopositivis yang berusaha menerapkan metode ilmu alam untuk perilaku manusia.
3.2. Konstruk Tingkat Pertama vs. Konstruk Tingkat Kedua
Schütz mengembangkan metodologi unik yang membedakan antara dua jenis konstruksi.
- Konstruk Tingkat Pertama (First-Degree Constructs): Ini adalah interpretasi dan kategori akal sehat yang digunakan oleh individu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini adalah cara mereka memahami dan menavigasi dunia sosial, dan Schütz menganggapnya sebagai titik awal yang sah untuk analisis.
- Konstruk Tingkat Kedua (Second-Degree Constructs): Ini adalah model ideal-tipikal yang dibangun oleh ilmuwan sosial untuk menganalisis realitas sosial. Konstruk ini didasarkan pada konstruksi tingkat pertama, tetapi bersifat objektif dan konsisten secara logis, yang membedakannya dari akal sehat sehari-hari. Untuk membangun konstruksi ini, ilmuwan sosial harus mengadopsi posisi "pengamat yang tidak berpihak" (disinterested observer).
Metodologi ini merupakan jawaban Schütz terhadap para positivis. Ini menunjukkan bahwa sosiologi fenomenologis bukanlah relativisme yang lengkap; sebaliknya, ia menyediakan jalan bagi ilmu sosial untuk menjadi ilmiah dan objektif sambil tetap menghormati makna subjektif. Objektivitas dalam ilmu sosial, menurut Schütz, tidak dicapai dengan menemukan "fakta" yang terpisah dari kesadaran manusia, tetapi dengan membangun model yang dapat diverifikasi dan konsisten secara logis dari interpretasi sehari-hari.
4. Warisan dan Debat Kritis Terhadap Karya Schütz
Meskipun The Phenomenology of the Social World adalah karya sistematis pertama dan satu-satunya yang diterbitkan Schütz dalam masa hidupnya, ide-ide yang ia kembangkan di dalamnya memiliki dampak yang mendalam dan berkelanjutan pada sosiologi.
4.1. Pengaruh Terhadap Sosiologi Kontemporer
Ide-ide Schütz menjadi fondasi bagi aliran-aliran sosiologi modern yang menolak dominasi strukturalisme dan fungsionalisme yang berfokus pada sistem makro.
- Etnometodologi: Harold Garfinkel, seorang murid Schütz, mengembangkan Etnometodologi, yang berfokus pada metode yang digunakan orang sehari-hari untuk menciptakan dan mereproduksi realitas sosial. Etnometodologi adalah perpanjangan langsung dari ide-ide Schütz tentang pembentukan makna sehari-hari dan bagaimana realitas sosial "tercapai" melalui interaksi.
- Teori Konstruksi Sosial: Peter Berger dan Thomas Luckmann, yang juga murid-murid Schütz, mengembangkan teori "Konstruksi Sosial Realitas," yang secara eksplisit didasarkan pada konsep-konsep Schütz tentang intersubjektivitas, dunia-kehidupan, dan tipifikasi. Karya mereka mengartikulasikan bagaimana realitas sosial dibangun melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
- Analisis Percakapan (Conversation Analysis): Analisis percakapan juga dipengaruhi oleh karya Schütz, dengan fokus pada bagaimana interaksi verbal menciptakan tindakan dan kehidupan sosial.
4.2. Debat Kunci dan Kritik terhadap Schütz
Meskipun dampaknya besar, karya Schütz juga menjadi subjek debat dan kritik yang signifikan.
- Kritik terhadap Individualisme Ontologis: Schütz seringkali disalahpahami sebagai "individualis ontologis sosial" karena ia memulai analisisnya dari kesadaran individu. Namun, seperti yang telah dibahas sebelumnya, para sarjana modern berpendapat bahwa ia sebenarnya membela "intersubjektivisme ontologis sosial". Kritik Schütz terhadap "Robinsonade filosofis" Husserl menunjukkan bahwa konstituen utama realitas sosial adalah intersubjektivitas, bukan individu yang terisolasi.
- Kritik Umum terhadap Pendekatan Fenomenologis: Pendekatan fenomenologis secara umum dikritik karena memprioritaskan pengalaman individu yang unik, yang membuatnya sulit untuk menggeneralisasi temuan ke populasi yang lebih luas. Para kritikus juga mempertanyakan objektivitas peneliti, karena mereka bisa bias atau terjebak dalam imajinasinya sendiri saat berusaha memahami makna yang disampaikan oleh subjek. Schütz mencoba mengatasi masalah ini dengan metodologi "konstruk tingkat kedua," yang ia yakini memungkinkan objektivitas yang ketat.
5. Kesimpulan: Relevansi Kontemporer dari Karya Schütz
Buku The Phenomenology of the Social World karya Alfred Schütz tetap menjadi salah satu teks paling signifikan dalam sosiologi dan filsafat sosial. Meskipun diterbitkan pada tahun 1932, ide-ide fundamentalnya—bahwa realitas sosial dibangun melalui interpretasi subjektif, intersubjektivitas, dan tipifikasi—tetap sangat relevan. Schütz berhasil menyediakan kerangka kerja yang solid untuk memahami mikro-fondasi kehidupan sosial, yang sering diabaikan oleh teori-teori makro yang dominan pada masanya, seperti strukturalisme dan fungsionalisme.
Tulisan ini telah menunjukkan bahwa, alih-alih menjadi artefak sejarah, karya Schütz adalah sebuah lensa yang kuat untuk menganalisis bagaimana individu-individu di dunia modern terus-menerus membangun, menafsirkan, dan menavigasi realitas sosial mereka. Pendekatannya yang mengkombinasikan filsafat dan sosiologi menunjukkan bahwa pemahaman sosial yang sejati harus melihat lebih dari sekadar perilaku yang terlihat. Itu harus menembus lapisan luar untuk memahami makna subjektif yang dilekatkan oleh para aktor. The Phenomenology of the Social World adalah pengingat penting bahwa realitas bukanlah entitas statis, melainkan produk dinamis dari tindakan, kesadaran, dan interaksi manusia.
Karya yang dikutip
American Journal of Sociology. (n.d.). Alfred Schutz and the Austrian school of economics. Diakses 17 September 2025, dari https://www.journals.uchicago.edu/doi/abs/10.1086/228461
BCCI Insights. (n.d.). The phenomenology of the social world. Diakses 17 September 2025, dari https://bccibank-insights.com/sites/default/files/uploads/files/The%20Phenomenology%20of%20the%20Social%20World_0.pdf
EBSCO. (n.d.). Alfred Schutz. Diakses 17 September 2025, dari https://www.ebsco.com/research-starters/biography/alfred-schutz
EBSCO. (n.d.). Social construction of reality. Diakses 17 September 2025, dari https://www.ebsco.com/research-starters/religion-and-philosophy/social-construction-reality
Goodreads. (n.d.). Phenomenology of the social world. Diakses 17 September 2025, dari https://www.goodreads.com/book/show/870532.Phenomenology_of_the_Social_World#:~:text=In%20this%20book%2C%20his%20major,and%20its%20%22intended%20meaning.%22
Gros, A. (2022). Methodological individualism in Alfred Schutz’s work: Scope and limits. Schutzian Research. Diakses 17 September 2025, dari https://www.pdcnet.org/schutz/content/schutz_2022_0014_0027_0050
Gujos. (n.d.). The contributions of Alfred Schutz (1899–1959) to the evolution of phenomenology. Diakses 17 September 2025, dari https://gujos.com.ng/index.php/gujos/article/download/73/68/144
Histories of The New School. (n.d.). Alfred Schutz. Diakses 17 September 2025, dari https://histories.newschool.edu/people/alfred-schutz
IJERSC. (n.d.). Alfred Schutz’s perspective in phenomenology approach: Concepts, characteristics, methods and examples. Diakses 17 September 2025, dari https://ijersc.org/index.php/go/article/download/18/39/300
InformationR.net. (n.d.). Alfred Schutz, phenomenology and research methodology for information behaviour research. Diakses 17 September 2025, dari https://informationr.net/tdw/publ/papers/schutz02.html
Internet Encyclopedia of Philosophy. (n.d.). Schutz, Alfred. Diakses 17 September 2025, dari https://iep.utm.edu/schutz/
IYPHEN. (n.d.). From transcendental phenomenology to phenomenological sociology: Alfred Schütz and the social sciences. Diakses 17 September 2025, dari https://www.iyphen.ir/article_245798_fc6463bc4bc7a9755fc2927e1d059243.pdf
OpenEdition Journals. (n.d.). Subjective meanings and normative values in Alfred Schutz’s philosophy of human action. Diakses 17 September 2025, dari https://journals.openedition.org/phenomenology/2479
Open Textbook. (n.d.). Theoretical perspectives – Introduction to sociology (3rd Canadian ed.). Diakses 17 September 2025, dari https://opentextbc.ca/introductiontosociology3rdedition/chapter/1-3-theoretical-perspectives/
OAJ. (n.d.). Between relevance systems and typification. Diakses 17 September 2025, dari https://oaj.fupress.net/index.php/pam/article/download/7146/7126/7071
ORBi. (n.d.). Founding phenomenological sociology with Alfred Schütz and Max Scheler. Diakses 17 September 2025, dari https://orbi.uliege.be/bitstream/2268/313884/1/Founding%20phenomenological%20sociology%20with%20Alfred%20Sch%C3%BCtz%20and%20Max%20Scheler%2025...ril23.pdf
PDCNet. (2012). Two concepts of type in the work of Alfred Schutz. Diakses 17 September 2025, dari https://www.pdcnet.org/collection-anonymous/pdf2image?pdfname=schutz_2012_0004_0125_0131.pdf&file_type=pdf
PizzaForno. (n.d.). Collected papers I: The problem of social reality (A. Schutz). Diakses 17 September 2025, dari https://production.pizzaforno.com/archive-ga-23-14/collected-papers-i-the-problem-of-social-reality-a-schutz.pdf
Portland State University. (n.d.). Schutz & research methodology [Dokumen]. Diakses 17 September 2025, dari https://web.pdx.edu/~tothm/theory/Schutz%20&%20Research%20Methodology.docx
ProQuest. (n.d.). A critical note on Alfred Schutz’s concept of explanation. Diakses 17 September 2025, dari https://search.proquest.com/openview/c3adf2d758222959c9c6423dc1732a2c/1?pq-origsite=gscholar&cbl=1816643
Qualitative Research Guidelines Project. (n.d.). Phenomenology/Ethnomethodology. Diakses 17 September 2025, dari http://www.qualres.org/HomePhen-3590.html
Redalyc. (n.d.). Alfred Schutz as a critic of social ontological Robinsonades. Diakses 17 September 2025, dari https://www.redalyc.org/journal/742/74253810004/html/
Reddit. (n.d.). Alfred Schutz : r/sociology. Diakses 17 September 2025, dari https://www.reddit.com/r/sociology/comments/1d9ei52/alfred_schutz/
Refubium. (n.d.). Handlungstheorie, Phänomenologie und Strukturfunktionalismus Alfred Schütz. Diakses 17 September 2025, dari https://refubium.fu-berlin.de/bitstream/handle/fub188/13196/03_I_Abschnitt.pdf?sequence=4
ResearchGate. (n.d.). The contributions of Alfred Schutz (1899–1959) to the evolution of phenomenology. Diakses 17 September 2025, dari https://www.researchgate.net/publication/388152210_THE_CONTRIBUTIONS_OF_ALFRED_SCHUTZ_1899-1959_TO_THE_EVOLUTION_OF_PHENOMENOLOGY
ResearchGate. (n.d.). Criticism of the phenomenological approach: Understanding the limits of subjectivity and objectivity in research. Diakses 17 September 2025, dari https://www.researchgate.net/publication/382889324_Criticism_of_the_Phenomenological_Approach_Understanding_the_Limits_of_Subjectivity_and_Objectivity_in_Research
Schutz, A. (1967). The phenomenology of the social world (G. Walsh & F. Lehnert, Trans.). Northwestern University Press. (Original work published 1932)
SciELO. (n.d.). Alfred Schutz as a critic of social ontological Robinsonades. Diakses 17 September 2025, dari https://www.scielo.br/j/civitas/a/jXtyKhvTcBkzqXf8bG8sjmz/?format=html&lang=en
Scientific Research Publishing. (n.d.). Alfred Schutz’s life-world and intersubjectivity. Diakses 17 September 2025, dari https://www.scirp.org/journal/paperinformation?paperid=106203
Scientific Research Publishing. (n.d.). The life-world and its multiple realities: Alfred Schütz’s .... Diakses 17 September 2025, dari https://www.scirp.org/journal/paperinformation?paperid=58714
Sociology Guide. (n.d.). Phenomenology. Diakses 17 September 2025, dari https://www.sociologyguide.com/phenomenology/index.php
Stanford Encyclopedia of Philosophy. (n.d.). Alfred Schutz. Diakses 17 September 2025, dari https://plato.stanford.edu/entries/schutz/
Study.com. (n.d.). Phenomenology of the social world by Alfred Schutz - Lesson. Diakses 17 September 2025, dari https://study.com/academy/lesson/phenomenology-of-the-social-world-by-alfred-shutz.html
Study.com. (n.d.). Video: Phenomenology of the social world by Alfred Schutz. Diakses 17 September 2025, dari https://study.com/academy/lesson/video/phenomenology-of-the-social-world-by-alfred-shutz.html
Virginia Tech – Liberal Arts. (2024). Alfred Schutz, phenomenology, and the renewal of interpretive .... Diakses 17 September 2025, dari https://liberalarts.vt.edu/news/bookshelf/political-science-bookshelf/2024/liberalarts-alfred-schutz.html
Wikipedia. (n.d.). Alfred Schütz. Diakses 17 September 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Alfred_Sch%C3%BCtz
Wikipedia. (n.d.). Alfred Schütz. Diakses 17 September 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Alfred_Sch%C3%BCtz#:~:text=In%20essence%2C%20Schutz%20and%20social,cultural%20structures%20created%20by%20their
%20Karya%20Alfred%20Schutz.png)




Post a Comment