Analisis Mendalam Buku Capitalism, Socialism, and Democracy (1942) Karya Joseph A. Schumpeter: Teori, Prediksi, dan Warisan Intelektual

Table of Contents

Buku Capitalism, Socialism, and Democracy (1942) Karya Joseph A. Schumpeter
I. Pendahuluan: Kerangka Teoretis dan Konteks Historis

Joseph A. Schumpeter (1883–1950) merupakan salah satu tokoh pemikir paling berpengaruh pada abad ke-20, dengan warisan intelektual yang melintasi batas-batas ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Posisi uniknya sebagai mantan Menteri Keuangan Austria, presiden bank swasta, dan profesor terkemuka di Universitas Harvard memberinya perspektif yang mendalam dan multidisiplin dalam menganalisis fenomena sosial. Dari semua karyanya yang monumental, Capitalism, Socialism, and Democracy (1942) dianggap sebagai karya yang paling terkenal, kontroversial, dan penting. Statusnya sebagai salah satu teks fondasional dalam ilmu sosial ditegaskan oleh fakta bahwa buku ini adalah buku ketiga yang paling banyak dikutip yang diterbitkan sebelum tahun 1950, hanya dikalahkan oleh Capital karya Karl Marx dan The Wealth of Nations karya Adam Smith.

Baca Juga: Uraian Komprehensif Buku Capital: A Critique of Political Economy Karya Karl Marx 

Tesis sentral yang diusung Schumpeter dalam buku ini adalah sebuah proposisi yang provokatif dan paradoksal: kapitalisme tidak akan runtuh karena kegagalan internal atau kontradiksi yang melekat—seperti yang diramalkan oleh Marx—melainkan justru karena kesuksesannya yang luar biasa. Ia berpendapat bahwa efisiensi dan inovasi yang menjadi inti dari sistem kapitalis akan menciptakan kekuatan-kekuatan sosiologis dan kelembagaan—terutama dari kelas intelektual dan birokrasi—yang pada akhirnya akan mengikis dan menghancurkan fondasi-fondasinya sendiri. Analisis ini, yang ditekankan Schumpeter sebagai evaluasi tren dan bukan advokasi politik, menyajikan pandangan yang suram namun ironis tentang masa depan kapitalisme.

Penerbitan buku ini pada tahun 1942 tidak dapat dilepaskan dari konteks historis yang penuh gejolak. Dunia pada saat itu sedang berada dalam bayang-bayang dua peristiwa global yang saling terkait: Depresi Besar dan Perang Dunia II. Depresi Besar, yang dimulai pada tahun 1929, telah memicu krisis ekonomi dan sosial yang masif, ditandai dengan pengangguran jutaan pekerja, kegagalan bank yang meluas, dan terhentinya produksi. Situasi ini memunculkan keraguan yang mendalam terhadap stabilitas dan kelangsungan hidup kapitalisme, sekaligus menguatkan daya tarik ideologi alternatif seperti sosialisme dan komunisme. Pada saat yang sama, dunia sedang terlibat dalam Perang Dunia II, sebuah konflik yang tidak hanya bersifat militer tetapi juga pertempuran ideologis antara kapitalisme, sosialisme, dan fasisme. Dalam lanskap ini, Schumpeter merasa terdorong untuk mengeksplorasi kelangsungan hidup relatif dari masing-masing sistem, menawarkan sebuah analisis yang tidak terikat pada sentimen politik, tetapi berdasarkan logika internal masing-masing sistem tersebut.

Untuk memaparkan argumennya yang kompleks, Schumpeter menyusun bukunya menjadi lima bagian utama, yang berfungsi sebagai alur narasi yang logis bagi pembaca.
Tabel 1: Struktur dan Tesis Pokok Capitalism, Socialism, and Democracy

Buku Capitalism, Socialism, and Democracy (1942) Karya Joseph A. Schumpeter
Struktur ini memungkinkan pembaca untuk mengikuti alur argumentasi Schumpeter, dimulai dengan analisis kritis terhadap Marx, kemudian bergerak ke dinamika internal kapitalisme, kelayakan sosialisme, hubungan antara sosialisme dan demokrasi, dan diakhiri dengan sketsa historis yang menempatkan semua ide ini dalam konteks nyata.

II. Bagian Kedua: Mekanisme Kehancuran Kapitalisme

Schumpeter berargumen bahwa kapitalisme adalah sistem yang dinamis, tidak pernah dalam keadaan statis, dan terus-menerus bergerak oleh kekuatan internal yang ia sebut "destruksi kreatif." Ini adalah jantung dari tesisnya tentang bagaimana kapitalisme akan menghancurkan dirinya sendiri.

Inti Dinamika: Teori Destruksi Kreatif (Creative Destruction)

Konsep "destruksi kreatif" (creative destruction), yang dipopulerkan oleh Schumpeter, adalah pilar utama dari pandangannya tentang dinamika kapitalisme. Schumpeter mendefinisikannya sebagai "proses mutasi industri yang tanpa henti merevolusi struktur ekonomi dari dalam, terus-menerus menghancurkan yang lama, terus-menerus menciptakan yang baru". Ia melihat proses ini sebagai "fakta esensial tentang kapitalisme" dan kekuatan pendorong di balik pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Schumpeter secara radikal membedakan pandangannya dari teori ekonomi neoklasik yang fokus pada persaingan harga statis. Baginya, persaingan yang sesungguhnya—yang mendorong kemajuan dan mengubah lanskap ekonomi—bukanlah persaingan dari margin keuntungan, tetapi "persaingan dari komoditas baru, teknologi baru, sumber pasokan baru, [dan] jenis organisasi baru" yang mengancam fondasi perusahaan-perusahaan yang sudah ada. Ia menggambarkan proses ini sebagai "badai abadi dari destruksi kreatif" yang memaksa perusahaan untuk terus berinovasi atau menghadapi keusangan.

Proses destruksi kreatif ini didorong oleh empat prinsip inti:

  • Inovasi: Ini adalah kekuatan pendorong utama. Inovasi melibatkan pengenalan ide-ide, produk, dan teknologi baru yang menggantikan yang sudah ada.
  • Kompetisi: Proses ini melibatkan persaingan ketat antara teknologi atau produk yang lama dengan yang baru. Untuk berhasil, yang baru harus terbukti lebih baik dan lebih efisien.
  • Kewirausahaan: Para wirausaha (entrepreneurs) adalah "agen perubahan" yang berani mengambil risiko untuk mengembangkan dan memperkenalkan produk dan teknologi disruptif ini.
  • Modal: Perubahan inovatif yang radikal sering kali membutuhkan investasi finansial yang besar. Perusahaan harus siap menanggung risiko finansial, sering kali dengan mencari modal ventura, untuk membiayai inisiatif ini.


Tabel berikut merangkum elemen-elemen inti dari teori Schumpeter tentang destruksi kreatif.
Tabel 2: Elemen-Elemen Inti Destruksi Kreatif Schumpeter

Buku Capitalism, Socialism, and Democracy (1942) Karya Joseph A. Schumpeter

Kapitalisme Menghancurkan Dirinya Sendiri

Schumpeter berargumen bahwa proses destruksi kreatif yang sukses ini pada akhirnya akan menyebabkan runtuhnya kapitalisme. Ia melihat "kehancuran dari dalam" ini terjadi karena dua mekanisme utama: hilangnya fungsi sosial wirausaha dan erosi fondasi sosiologis kapitalisme. Seiring dengan kematangan ekonomi, inovasi yang semula merupakan tindakan heroik seorang wirausaha visioner akan menjadi kegiatan yang terlembaga dan rutin, dilakukan oleh tim-tim spesialis di dalam perusahaan raksasa. Kondisi ini secara bertahap menyingkirkan peran dan motivasi wirausaha, menghilangkan sumber daya pendorong utama kemajuan dalam kapitalisme. Para manajer profesional yang menggantikan wirausaha memiliki mentalitas "pegawai yang digaji" dan bukan "pengusaha yang inovatif," sehingga mengurangi dorongan untuk inovasi radikal.

Di samping itu, Schumpeter berpendapat bahwa kesuksesan kapitalisme juga akan mengikis "tembok yang melindunginya." Keberhasilan ekonomi akan menyebabkan perubahan-perubahan dalam nilai-nilai sosial dan struktur institusi. Pola pikir yang rasional dan birokratis yang dominan dalam perusahaan-perusahaan besar akan menyebar ke seluruh masyarakat, mengurangi ruang bagi nilai-nilai non-rasional yang diperlukan untuk mempertahankan tatanan sosial yang stabil. Ia berpendapat bahwa hal ini akan melemahkan motivasi wirausaha untuk mengumpulkan kekayaan.

Peran Kelas Intelektual

Schumpeter menempatkan kelas intelektual pada posisi sentral dalam proses kehancuran kapitalisme. Ia mendefinisikan kelas ini sebagai orang-orang yang memiliki kapasitas untuk mengkritik masalah sosial tanpa bertanggung jawab langsung atas masalah tersebut dan yang dapat mengadvokasi kepentingan kelompok yang bukan bagian dari mereka. Secara ironis, Schumpeter berargumen bahwa kapitalisme, melalui peningkatan kesejahteraan dan akses ke pendidikan, menciptakan kelas intelektual yang besar dan berpendidikan tinggi.

Namun, kelas intelektual ini sering kali merasa tidak puas dengan sistem yang telah mengangkat mereka. Mereka mungkin menemukan kurangnya pekerjaan yang memuaskan dan mengalami pengangguran, meskipun hal-hal ini ironisnya diproduksi oleh sistem yang sama. Schumpeter menyatakan bahwa para intelektual ini kemudian mengorganisir ketidakpuasan tersebut menjadi sebuah kritik yang sistematis terhadap pasar bebas dan hak milik pribadi, mempercepat transisi ke sistem alternatif seperti sosialisme. Dalam pandangannya, permusuhan terhadap kapitalisme telah menjadi "persyaratan etiket diskusi" di kalangan intelektual. Dengan demikian, kapitalisme dihancurkan bukan oleh musuhnya dari luar, melainkan oleh kekuatan yang dilahirkan dari kesuksesannya sendiri.

III. Bagian Ketiga: Pandangan Schumpeter tentang Sosialisme

Meskipun Schumpeter tidak pernah mengadvokasi sosialisme, analisisnya tentang kelayakan sistem ini dalam Bagian III dari bukunya adalah salah satu bagian yang paling mengejutkan dan sering kali disalahpahami. Schumpeter menyatakan bahwa ia tidak menentang sosialisme atas dasar ketidakmungkinannya, melainkan karena ia menilai bahwa sistem tersebut tidak akan membawa keuntungan yang dibayangkan oleh para pendukungnya.

Kelayakan Sistem Sosialis

Schumpeter berani menentang pandangan para ekonom Mazhab Austria seperti Ludwig von Mises dan Friedrich Hayek, yang berargumen bahwa perencanaan ekonomi yang efisien dalam sosialisme adalah hal yang mustahil. Ia berpendapat bahwa sebuah otoritas perencanaan terpusat dapat bekerja secara logis. Dengan asumsi otoritas ini kompeten dan memiliki kendali atas alat-alat produksi, ia dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien sesuai dengan permintaan konsumen, mirip dengan bagaimana birokrasi korporasi besar mengelola produksinya.

Keunggulan yang Diklaim

Schumpeter mengklaim bahwa sosialisme bahkan dapat melampaui kapitalisme dalam hal efisiensi produktif tertentu. Ia berargumen bahwa dengan industri-industri yang dikelola oleh satu otoritas pusat, koordinasi akan menjadi lebih baik, mengurangi duplikasi dan pemborosan yang sering terjadi dalam ekonomi pasar. Ia juga berpandangan bahwa perencanaan terpusat dapat mengurangi ketidakpastian siklus bisnis dan mengatasi masalah pengangguran dan fluktuasi, menghasilkan sistem yang lebih stabil dan terkelola dengan baik.

Analisis Schumpeter tentang sosialisme ini bukanlah sebuah dukungan, tetapi lebih merupakan sebuah eksperimen intelektual. Ia menyajikan argumen yang secara logis solid tentang kelayakan teknis sosialisme, tetapi pada saat yang sama, ia secara halus menunjukkan bahwa sistem tersebut mungkin tidak memiliki dinamisme dan kekuatan inovatif yang mendorong kemajuan dalam kapitalisme. Ia menyajikan argumen ini dalam cara yang dirancang untuk mengatasi "perlawanan dogmatis" dari para intelektual, dengan menunjukkan bahwa perdebatan bukanlah tentang kelayakan, melainkan tentang kualitas dan konsekuensi dari setiap sistem. Intinya, meskipun sistem terpusat dapat efisien dalam mengelola apa yang sudah ada, ia mungkin tidak memiliki kekuatan untuk menciptakan destruksi kreatif yang menjadi pendorong utama kemajuan jangka panjang.

IV. Bagian Ketiga: Demokrasi sebagai Metode Politik

Dalam bagian bukunya yang paling kontroversial, Schumpeter secara radikal mendefinisikan ulang demokrasi, menolak pandangan idealis yang populer dan mengusulkan model yang lebih pragmatis dan realistis.

Teori Demokrasi Kompetitif

Schumpeter menolak "doktrin klasik demokrasi" yang menyatakan bahwa demokrasi adalah mekanisme untuk merealisasikan "kehendak rakyat" atau "kebaikan bersama". Ia berargumen bahwa gagasan "kehendak rakyat" semacam itu tidak ada dan tidak dapat divalidasi secara rasional karena individu-individu sering kali tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam urusan politik. Sebaliknya, ia menawarkan definisi "prosedural" atau "elitis" yang terkenal.

Baginya, "metode demokratis adalah pengaturan kelembagaan untuk sampai pada keputusan politik di mana individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan melalui perjuangan kompetitif untuk mendapatkan suara rakyat". Demokrasi, oleh karena itu, bukanlah sistem pemerintahan "oleh rakyat," melainkan "oleh politisi" yang bersaing untuk mendapatkan suara rakyat, sama seperti pengusaha bersaing untuk mendapatkan keuntungan.

Skeptisisme terhadap Rasionalitas Warga Negara

Pondasi dari teori demokrasi Schumpeter adalah keraguannya terhadap "rasionalitas sadar" (conscious rationality) warga negara dalam urusan politik. Ia membedakan antara keputusan pribadi yang diambil dalam kehidupan sehari-hari—seperti urusan keluarga atau bisnis—di mana individu memiliki kompetensi dan hubungan langsung dengan konsekuensinya, dengan keputusan politik yang jauh dari kepentingan pribadi mereka. Dalam urusan politik, ia berpendapat bahwa rasionalitas sadar cenderung rendah, dan pemilih lebih rentan terhadap pesan-pesan yang irasional, persuasi, dan "iklan politik" yang didasarkan pada emosi daripada logika.

Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, ia melihat demokrasi sebagai sistem yang didasarkan pada delegasi, di mana pemimpin—yang diasumsikan memiliki kompetensi khusus dalam politik—memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan. Ia bahkan mengakui bahwa para pemimpin ini memiliki kemampuan untuk "membentuk dan, dalam batas-batas yang sangat luas, bahkan menciptakan kehendak rakyat" melalui kemampuan persuasif mereka.

Tabel berikut menyoroti perbedaan antara pandangan Schumpeter dan pandangan klasik tentang demokrasi.

Tabel 3: Kontras Demokrasi Klasik vs. Demokrasi Kompetitif Schumpeter

Buku Capitalism, Socialism, and Democracy (1942) Karya Joseph A. Schumpeter

V. Bagian Keempat: Perbandingan, Warisan, dan Relevansi Kontemporer

Perbandingan dengan Karl Marx dan Adam Smith

Schumpeter menempatkan dirinya dalam dialog langsung dengan Karl Marx dan Adam Smith, dua raksasa pemikiran ekonomi. Ia menemukan kesamaan mendasar dengan Marx dalam pendekatan metodologisnya, yang disebut "interpretasi ekonomi sejarah". Baik Marx maupun Schumpeter memandang masyarakat sebagai sebuah organisme yang terus-menerus berubah, dan keduanya berusaha menjelaskan bagaimana perubahan ini berasal dari dorongan internal sistem itu sendiri.

Namun, perbedaan antara keduanya adalah kunci. Marx meramalkan kehancuran kapitalisme dari kegagalannya, yang disebabkan oleh kontradiksi kelas dan eksploitasi. Sebaliknya, Schumpeter meramalkan kehancuran kapitalisme dari kesuksesannya sendiri, di mana birokratisasi dan hilangnya peran wirausaha akan mengikis sistem dari dalam. Perbedaan mendasar lainnya adalah peran individu: Marx memandang individu sebagai produk dari proses sosial, sementara Schumpeter menekankan peran agen individu yang luar biasa—wirausaha—sebagai penggerak utama perubahan.

Ketika dibandingkan dengan Adam Smith, Schumpeter juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pertumbuhan "Smithian" didasarkan pada pertukaran, kepercayaan, dan hukum—sebuah "permainan antar individu" yang menciptakan kemajuan evolusioner yang mulus. Sebaliknya, pertumbuhan "Schumpeterian" didasarkan pada inovasi dan destruksi kreatif—sebuah "permainan melawan alam" yang bergejolak dan revolusioner. Schumpeter bahkan mengkritik pandangan Smith yang ia anggap terlalu "sederhana" dan tidak sepenuhnya memahami dinamika kompleks inovasi yang ia identifikasi. Posisi Schumpeter adalah unik, mengambil metodologi dinamis Marx tetapi membuang determinisme kelasnya, dan mengadopsi fokus pasar bebas Smith tetapi menambahkan elemen revolusioner dari destruksi kreatif.

Tabel 4: Perbandingan Konsep Kunci: Schumpeter vs. Marx vs. Smith

Buku Capitalism, Socialism, and Democracy (1942) Karya Joseph A. Schumpeter

Evaluasi Prediksi Pasca-1942

Meskipun Capitalism, Socialism, and Democracy tetap menjadi karya yang sangat relevan, banyak analis berpendapat bahwa beberapa prediksi spesifik Schumpeter tentang transisi ke sosialisme tidak sepenuhnya terwujud. Salah satu kritik utama adalah bahwa ia tidak mengantisipasi dua peristiwa besar pasca-1942: runtuhnya sosialisme di Eropa Timur pada akhir abad ke-20 dan bangkitnya inovasi yang didorong oleh teknologi di dunia Barat sejak tahun 1980-an. Kebangkitan inovasi ini, terutama dengan munculnya internet, justru memperkuat peran kewirausahaan, yang bertentangan dengan ramalan Schumpeter bahwa inovasi akan menjadi birokratis dan terkonsentrasi.

Namun, konsepnya yang paling fundamental, destruksi kreatif, terbukti sangat relevan dan bahkan menjadi "pusat pemikiran modern tentang bagaimana ekonomi berevolusi". Internet adalah contoh klasik dari destruksi kreatif: ia menghancurkan model bisnis lama (seperti toko ritel fisik, agen perjalanan, dan percetakan media) sambil menciptakan industri, produk, dan pekerjaan baru.

Selain itu, beberapa ekonom terkemuka, seperti peraih Nobel Edmund Phelps, berpendapat bahwa Schumpeter mungkin benar tentang ramalan korporatismenya. Mereka melihat meningkatnya dominasi perusahaan-perusahaan besar yang bekerja sama dengan kebijakan-kebijakan negara sebagai bentuk dari "kehancuran kapitalisme pasar bebas" yang diramalkan Schumpeter, meskipun tidak dalam bentuk sosialisme sentralistik. Argumen ini menunjukkan bahwa Schumpeter mungkin tidak salah tentang trennya, tetapi hanya salah dalam penamaan hasil akhirnya.

VI. Kesimpulan

Dalam Capitalism, Socialism, and Democracy, Joseph Schumpeter menyajikan sebuah analisis yang kaya dan bernuansa tentang dinamika kekuatan-kekuatan yang membentuk masyarakat modern. Tesis utamanya—bahwa kapitalisme akan dihancurkan oleh kesuksesannya sendiri—menawarkan sebuah kontras yang menarik terhadap ramalan Marx yang lebih deterministik. Schumpeter melihat kapitalisme sebagai sistem yang didorong oleh badai destruksi kreatif yang tanpa henti, sebuah proses yang menghasilkan kemajuan material yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, ia berpendapat bahwa proses ini pada akhirnya akan menciptakan kekuatan sosiologis, terutama dalam bentuk kelas intelektual dan birokrasi, yang akan mengikis fondasi nilai-nilai dan institusi yang melindunginya.

Meskipun prediksi spesifik Schumpeter tentang transisi ke sosialisme sentralistik tidak terwujud sepenuhnya, warisan bukunya tetap abadi. Wawasannya tentang dinamika kapitalisme yang didorong oleh inovasi, peran kompleks kelas intelektual, dan redefinisi demokrasi sebagai sebuah metode kompetitif, tetap sangat relevan. Konsep destruksi kreatifnya telah menjadi landasan dalam studi ekonomi, bisnis, dan inovasi, memberikan kerangka kerja untuk memahami transformasi yang didorong oleh teknologi, dari kereta api hingga internet. Buku ini bukan hanya sebuah ramalan, melainkan sebuah analisis mendalam tentang kekuatan-kekuatan evolusioner yang membentuk ekonomi dan masyarakat kita, menjadikannya teks yang esensial untuk memahami dunia modern.

Sumber Referensi: 

Adam Brown. (n.d.). Summary of Schumpeter: Capitalism, socialism, and democracy. https://www.adambrown.info

AIPI. (n.d.). Diskusi publik seri 1: Meninjau ulang demokrasi Indonesia era reformasi. https://www.aipi.or.id

AnjirInside. (n.d.). Demokrasi adalah: Pengertian, sejarah, ciri-ciri dan prinsip dasarnya. https://anjirmuara.baritokualakab.go.id

Cambridge University Press. (n.d.). Schumpeter's assessment of Adam Smith and The Wealth of Nations: Why he got it wrong. Journal of the History of Economic Thought. https://www.cambridge.org

Cato Institute. (n.d.). A celebrated and puzzling book. https://www.cato.org

Columbia International Affairs Online. (n.d.). 03 Muller Pg239–268. https://ciaotest.cc.columbia.edu

EBSCO. (n.d.). Joseph Schumpeter | Research starters. https://www.ebsco.com

Econlib. (n.d.). Joseph Alois Schumpeter. https://www.econlib.org

Investopedia. (n.d.-a). Who was Joseph Schumpeter, and what was he known for? https://www.investopedia.com

Investopedia. (n.d.-b). Understanding creative destruction: Driving innovation and growth. https://www.investopedia.com

Kompas. (n.d.). Bagaimana dunia bangkit melawan krisis – Tutur visual. https://interaktif.kompas.id

Media Neliti. (n.d.). Depresi 1930-an dan dampaknya terhadap Hindia Belanda. https://media.neliti.com

Paul Hünermund. (n.d.). Smithian vs. Schumpeterian growth. https://p-hunermund.com

PubMed Central. (n.d.). Schumpeter's picture of economic and political institutions in the light of a cognitive approach to human behavior. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov

ResearchGate. (n.d.). Marx and Schumpeter: A comparison of their theories. https://www.researchgate.net

Repository LPPM Universitas Lampung. (n.d.). Analisis kebijakan publik. https://repository.lppm.unila.ac.id

Repository UMY. (n.d.). Bab II Tinjauan teori: Demokrasi. https://repository.umy.ac.id

Rudy C. Tarumingkeng. (n.d.). Joseph Alois Schumpeter (1883–1950). https://www.rudyct.com

Schumpeter, J. A. (1942). Capitalism, socialism, and democracy. Harper & Brothers. https://www.taylorfrancis.com

Schumpeter, J. A. (2008). Capitalism, socialism, and democracy. Abingdon, UK: Routledge. (Original work published 1942)

Scribd. (n.d.). Teori Schumpeter. https://id.scribd.com

Taylor & Francis. (n.d.-a). Capitalism, socialism, and democracy | Joseph A. Schumpeter, Joseph Stiglitz (Ed.). https://www.taylorfrancis.com

Taylor & Francis. (n.d.-b). Capitalism, socialism, and democracy | Joseph A. Schumpeter. https://www.taylorfrancis.com

Tirto.id. (n.d.). Krisis malaise: Depresi besar yang pernah menghancurkan Amerika. https://www.tirto.id

Wikipedia. (n.d.-a). Capitalism, socialism and democracy. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org

Wikipedia. (n.d.-b). Creative destruction. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org

Wikipedia. (n.d.-c). Criticism of capitalism. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment