Teori Labeling Edwin M. Lemert dan Relevansinya dalam Konteks Kontemporer
Latar Belakang Edwin M. Lemert
Edwin M. Lemert (1912–1996) adalah seorang sosiolog Amerika Serikat yang terkenal dengan kajian tentang penyimpangan sosial. Ia menempuh pendidikan sarjana di Miami University (gelar Sosiologi, 1934) dan doktoral di Ohio State University (1939) dengan spesialisasi sosiologi dan antropologi. Karier akademisnya mencakup posisi profesor di beberapa universitas, termasuk Kent State, Western Michigan, dan yang terpenting di University of California. Lemert dikenal sebagai salah satu tokoh kunci dalam pengembangan teori penyimpangan dan teori pelabelan (labeling theory) – khususnya melalui karya terkenalnya Social Pathology (1951) dan Human Deviance, Social Problems, and Social Control (1967) yang berdampak luas dalam kriminologi dan sosiologi.
Konsep Dasar Teori Labeling
Teori labeling menekankan bahwa penyimpangan bukanlah sifat inheren suatu tindakan, melainkan hasil dari proses pelabelan sosial. Dalam pandangan ini, masyarakat atau kelompok mayoritas memberikan cap atau label negatif kepada individu yang dianggap melanggar norma, lalu memperlakukan orang tersebut sesuai label tersebut. Akibatnya, identitas diri individu akan terpengaruh oleh label tersebut (fenomena self-fulfilling prophecy). Secara umum, konsep pokok teori ini meliputi:
1. Interaksi simbolik:
Teori ini berakar pada paradigma interaksionisme simbolik, di mana makna dan identitas terbentuk melalui interaksi sosial (komunikasi bahasa dan simbol).
2. Konstruksi sosial penyimpangan:
Tindakan penyimpang baru menjadi “menyimpang” setelah masyarakat memberinya definisi negatif atau label. Artinya, suatu perilaku tidak otomatis dikategorikan sebagai penyimpangan tanpa reaksi sosial.
3. Stigma dan identitas:
Label negatif (stigma) yang diberikan masyarakat dapat mengubah konsep diri individu. Misalnya, seorang yang dicap “mantan pecandu” mungkin mulai melihat dirinya sesuai cap tersebut.
Penyimpangan Primer dan Sekunder
Lemert membedakan dua jenis penyimpangan dalam proses pelabelan: penyimpangan primer dan sekunder.1. Penyimpangan primer:
Merupakan tindakan awal menyimpang yang sering kali bersifat sementara atau situasional dan hanya berdampak kecil pada status sosial pelaku. Pada tahap ini individu belum memandang dirinya sebagai penyimpang dan pelanggaran norma dianggap ringan, misalnya remaja yang sesekali menyontek ujian atau mencuri kecil-kecilan. Pelaku umumnya mempertahankan konsep diri konvensional meski telah melakukan kesalahan.
2. Penyimpangan sekunder:
Terjadi setelah individu mendapat reaksi sosial dan pelabelan dari orang lain terhadap tindakan primer-nya. Karena label tersebut, pelaku mulai menginternalisasi identitas penyimpang baru. Tindakan melanggar norma kemudian dipertahankan atau diperkuat sebagai bagian dari jati diri baru.
Dengan kata lain, saat masyarakat menyematkan cap seperti “kriminal” atau “nakal”, individu tersebut dapat menerima cap itu dan meneruskan atau memperdalam perilaku menyimpangnya. Proses inilah yang menurut Lemert memperkuat penyimpangan dan membentuk karier menyimpang seseorang.
Penerapan dalam Kriminologi dan Sosiologi
Dalam kriminologi, teori labeling diterapkan untuk memahami proses pembentukan identitas kriminal dan dinamika residivisme. Teori ini menjelaskan bahwa reaksi hukuman atau stigma sosial justru dapat memperkuat status kriminal seseorang. Misalnya, seorang mantan narapidana yang sering disebut “penjahat” oleh pihak berwenang dan masyarakat cenderung sulit lepas dari label itu, sehingga peluang berperilaku menyimpang kembali meningkat. Implikasi praktisnya, teori ini menginspirasi kebijakan hukum alternatif seperti diversion, rehabilitasi, dan pendekatan keadilan restoratif yang berusaha menghindari pelabelan berlebihan. Dengan mengurangi stigma, pelaku diharapkan dapat kembali berintegrasi tanpa terperangkap peran menyimpang.
Dalam sosiologi, labeling theory termasuk aliran interaksionisme simbolik yang menyorot konstruksi sosial atas deviasi. Teori ini banyak dipakai untuk menganalisis stigma dalam berbagai konteks: stigma gangguan jiwa (teori labeling oleh Scheff), stigma peran gender atau orientasi seksual, hingga pelabelan etnis dan kelas sosial. Contohnya, Howard S. Becker mengembangkan teori ini untuk menjelaskan bagaimana norma dibuat oleh kelompok berkuasa dan penerapannya bisa menciptakan golongan “keluar” (outsiders).
Secara keseluruhan, teori labeling memfokuskan perhatian pada reaksi sosial terhadap deviasi dan dampaknya pada individu, bukan pada motivasi internal pelaku. Pendekatan ini berbeda dengan teori penyebab kriminalitas lain yang menekankan faktor ekonomi, psikologis, atau genetik; labeling menegaskan peran konstruksi sosial atas makna devian.
Contoh Penerapan Teori Labeling
• Pelabelan mantan narapidana narkoba: Menurut kajian akademik, individu yang diberi label “mantan pecandu narkoba” sering mengalami stigma berat dari masyarakat. Label negatif ini mempengaruhi citra diri dan interaksi sosial mereka (misalnya kesulitan mencari pekerjaan), sehingga dapat mendorong keterlibatan kembali dalam praktik menyimpang sebagai reaksi atas cap tersebut.• Remaja dicap “pencuri” atau “nakal”: Seorang remaja yang kedapatan mencuri ringan mungkin awalnya menganggap tindakannya insidental. Namun jika terus-terusan diberi cap “pencuri” oleh guru, polisi, atau lingkungan, pelajar itu mungkin mulai menegaskan perilaku pencuriannya karena meyakini cap tersebut. Kasus ilustratif (dari SozTheo) menunjukkan bahwa setelah label “pencuri” melekat, remaja cenderung bergabung dengan kelompok menyimpang dan melanjutkan pencurian secara rutin.
• Pelabelan di lembaga pendidikan atau medis: Misalnya, anak yang diberi label “bodoh” di sekolah bisa mengalami penurunan motivasi belajar karena keyakinan bahwa ia memang tidak mampu, atau orang dengan diagnosis gangguan mental tertentu dicap “gila” sehingga sulit mendapatkan dukungan sosial. (Meskipun contoh ini umum diketahui, fokus utamanya adalah pelabelan sosial yang sejalan dengan temuan Lemert.)
Kritik dan Keterbatasan Teori Labeling
Teori labeling memiliki sejumlah kritik utama. Pertama, teori ini kurang menjelaskan penyebab awal (motif atau faktor struktural) terjadinya penyimpangan primer. Dengan kata lain, teori ini lebih menyorot reaksi sosial daripada akar penyebab perilaku menyimpang sehingga disebut mengabaikan faktor individu atau konteks ekonomi/biologis. Kedua, teori ini sulit diterapkan pada jenis kejahatan tertentu; misalnya pelaku kejahatan terencana atau tersembunyi (seperti korupsi tingkat tinggi) yang mungkin tidak pernah terlabel secara jelas. Beberapa sarjana radikal bahkan mempertanyakan keberadaan deviasi primer itu sendiri, dengan argumen bahwa semua perilaku sesungguhnya sudah dimaknai secara sosial sejak awal (deviasi murni terbangun melalui definisi).
Secara kritis, teori labeling juga dianggap over-simplification jika digunakan sendirian, karena realitas kriminalitas sering melibatkan kompleksitas motivasi dan struktur sosial yang melampaui sekadar proses pelabelan.
Relevansi dalam Konteks Kontemporer
Meskipun berkembang sejak pertengahan abad ke-20, teori labeling tetap relevan dalam kajian sosial modern. Dalam kriminologi masa kini, distingsi primer-sekunder Lemert masih dijadikan kerangka utama untuk memahami karier kriminal dan peran stigma hukum. Banyak kebijakan keadilan kontemporer (seperti rehabilitasi berbasis komunitas dan restorative justice) juga berakar pada pemikiran labeling: mengurangi pelabelan negatif diharapkan menekan angka residivisme. Dalam sosiologi, konsep labeling berkembang lebih luas: misalnya teori reintegrative shaming oleh John Braithwaite (1989) yang menekankan penghapusan stigma (shaming bersifat memulihkan) didasarkan pada premis labeling. Selain itu, di era media sosial dan digital, fenomena “cancel culture” atau pemberitaan stigma massal menunjukkan bahwa pelabelan publik masih sangat menentukan citra individu/kelompok. Dengan demikian, walau teori ini pernah dikritik, banyak peneliti dan pembuat kebijakan saat ini tetap mengacu pada teori Lemert untuk menganalisis efek stigma, diskriminasi, dan strategi pengurangan pelabelan dalam masyarakat.
Daftar Pustaka:
-
Britannica. (n.d.). Labeling theory. In Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/topic/labeling-theory
-
Lemert, E. M. (1951). Social pathology: A systematic approach to the theory of sociopathic behavior. McGraw-Hill.
-
Lemert, E. M. (1967). Human deviance, social problems, and social control. Prentice-Hall.
-
SozTheo. (n.d.). Labelling: Primary and secondary deviance (Lemert). In SozTheo: Theories of crime. https://soztheo.com/theories-of-crime/interactionist-labeling/labelling-primary-and-secondary-deviance-lemert/
-
Wikipedia. (n.d.-a). Edwin Lemert. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Edwin_Lemert
-
Wikipedia. (n.d.-b). Labeling theory. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Labeling_theory
Yanti, D. (2022). Teori labeling Edwin M. Lemert dan relevansinya terhadap perilaku menyimpang di masyarakat. Ikraith-Humaniora, 6(2), 45–56. https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/article/download/3966/3007/

Post a Comment