Eksplorasi Komprehensif Isi Buku The Presentation of Self in Everyday Life karya Erving Goffman: Analisis, Teori, dan Konteks Sosial
1. Pengantar: Mendefinisikan Realitas Sosial melalui Teater
Erving Goffman, seorang sosiolog, psikolog sosial, dan penulis kelahiran Kanada, dianggap oleh beberapa kalangan sebagai "sosiolog Amerika paling berpengaruh di abad kedua puluh". Karyanya yang monumental, The Presentation of Self in Everyday Life, pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 di Skotlandia dan kemudian pada tahun 1959 di Amerika Serikat, diakui sebagai kontribusi signifikan terhadap pemahaman tentang bagaimana individu membangun realitas sosial dalam interaksi sehari-hari.
Sebagai produk dari Mazhab Chicago (Chicago School), pendekatan Goffman berakar pada interaksionisme simbolik, yang menekankan analisis kualitatif terhadap detail-detail interaksi sosial. Buku ini merupakan karya pertama yang menjadikan interaksi tatap muka sebagai subjek studi sosiologis yang serius, sebuah pendekatan yang pada masanya dianggap tidak konvensional. Gagasan-gagasan inti dari buku ini, yang kemudian memberinya MacIver Award dari American Sociological Association pada tahun 1961, berasal dari disertasi doktoralnya, Communication Conduct in an Island Community.
Inti dari karya Goffman ini adalah penggunaan metafora teater, yang dikenal sebagai pendekatan dramaturgis, untuk menganalisis interaksi sosial manusia. Dalam kerangka ini, kehidupan sosial dilihat sebagai sebuah panggung, di mana individu adalah "aktor" yang tampil di hadapan "audiens". Tujuannya adalah untuk mengendalikan atau mengelola kesan yang dibentuk oleh orang lain terhadap mereka, sebuah proses yang ia sebut impression management. Dengan mengubah atau menyesuaikan latar, penampilan, dan tingkah laku mereka, para individu berusaha membujuk audiens agar menerima "definisi situasi" yang mereka inginkan.
Analisis Goffman yang berfokus pada detail-detail interaksi mikro ini memiliki implikasi yang jauh lebih besar. Ia menunjukkan bahwa tatanan normatif dan struktur sosial yang lebih luas tidaklah statis, melainkan terus-menerus diciptakan dan dipertahankan melalui tindakan-tindakan kecil dan berulang dari setiap individu. Dengan memeriksa "kegiatan konvensional yang tampaknya tidak signifikan dan tidak terlihat," Goffman menemukan prinsip-prinsip sosial fundamental yang tertanam dalam rutinitas.
Pendekatan ini menawarkan sebuah pemahaman yang dinamis tentang masyarakat, di mana realitas sosial bukanlah entitas tetap yang besar, tetapi sebuah fenomena yang hidup dan terus "diciptakan kembali" melalui setiap interaksi. Alih-alih melihat struktur sosial sebagai entitas di atas individu, Goffman menunjukkan bagaimana struktur tersebut diwujudkan dan diperkuat pada tingkat paling dasar dari interaksi tatap muka.
2. Kerangka Konseptual Dramaturgis: Panggung dan Pertunjukan Kehidupan Sehari-hari
2.1. Panggung Depan (Front Stage) dan Panggung Belakang (Back Stage): Geografi Interaksi Sosial
Dalam analisis dramaturgisnya, Goffman membagi ruang sosial menjadi wilayah-wilayah yang ia sebut sebagai "panggung." Konsep utama dari pembagian ini adalah Panggung Depan (Front Stage) dan Panggung Belakang (Back Stage), yang mendefinisikan batas-batas interaksi sosial. Panggung depan adalah area publik di mana individu atau sekelompok individu—yang ia sebut "tim"—tampil di hadapan audiens. Di sinilah individu secara sadar mengelola kesan yang ingin mereka sampaikan, menyoroti aspek-aspek positif dari diri mereka dan impresi yang mereka inginkan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan citra yang ideal dan sesuai dengan norma-norma sosial, moral, dan hukum yang berlaku.
Sebaliknya, panggung belakang adalah wilayah pribadi dan tersembunyi, di mana individu dapat melepaskan peran sosial mereka dan berperilaku lebih spontan dan otentik. Ini adalah ruang di mana mereka dapat bersantai, menghilangkan ketegangan, dan melepaskan "topeng" yang mereka kenakan di depan umum. Di panggung belakang, individu juga dapat mempersiapkan pertunjukan mereka atau bahkan menunjukkan perilaku yang secara sadar bertentangan dengan impresi yang mereka ciptakan di panggung depan. Panggung belakang juga berfungsi sebagai tempat di mana konflik dan perbedaan pendapat antar anggota tim dapat diselesaikan tanpa merusak kredibilitas pertunjukan di depan audiens.
2.2. Elemen-Elemen Pertunjukan: 'Front' (Pencitraan Diri)
Untuk menampilkan pertunjukan yang meyakinkan di panggung depan, individu menggunakan apa yang Goffman sebut sebagai 'front'. 'Front' adalah bagian dari pertunjukan individu yang berfungsi secara konsisten untuk mendefinisikan situasi bagi para pengamat. 'Front' terdiri dari tiga komponen utama yang terstandarisasi, yang digunakan baik secara sengaja maupun tidak disengaja oleh individu.
- Latar (Setting): Ini adalah lingkungan fisik di mana pertunjukan berlangsung, termasuk perabot, dekorasi, dan tata letak fisik. Latar belakang ini berfungsi sebagai 'pemandangan' yang mendukung pertunjukan dan biasanya bersifat statis atau tetap. Misalnya, dekorasi yang teratur di sebuah kantor dapat membantu menciptakan impresi profesionalisme bagi seorang manajer.
- Penampilan (Appearance): Penampilan mengacu pada sinyal-sinyal visual yang mengkomunikasikan status sosial individu. Ini mencakup aspek-aspek seperti pakaian, riasan, dan atribut fisik lainnya yang menunjukkan peran sementara, misalnya antara suasana kerja dan santai.
- Sikap (Manner): Sikap adalah cara individu bertindak atau bertingkah laku yang menunjukkan peran interaksi yang kemungkinan besar akan ia ambil dalam suatu situasi. Misalnya, seorang individu yang menampilkan sikap hormat dan patuh di hadapan atasan mengisyaratkan bahwa ia akan berperan sebagai bawahan yang baik. Goffman mencatat bahwa biasanya ada koherensi antara penampilan dan sikap, meskipun terkadang keduanya bisa tidak selaras.
2.3. Peran Sosial dan Manajemen Kesan (Impression Management)
Dalam teori Goffman, interaksi sosial dipahami melalui analogi peran teater. Status sosial (status) seseorang dianalogikan sebagai bagian dalam sebuah drama, sementara peran sosial (social role) bertindak sebagai naskah, yang menyediakan dialog dan tindakan yang sesuai untuk karakter tersebut. Setiap individu memiliki berbagai peran sosial—seperti sebagai anak, sahabat, atau karyawan—dan mereka beradaptasi dengan peran-peran ini untuk memenuhi harapan yang melekat padanya.
Tujuan utama dari semua pertunjukan ini adalah impression management (manajemen kesan), yaitu upaya sadar individu untuk mengontrol bagaimana orang lain memandang mereka. Proses ini melibatkan berbagai strategi untuk menciptakan kesan yang diinginkan, seperti idealisasi, mistifikasi, dan promosi diri. Idealisasi adalah upaya individu untuk menampilkan versi "ideal" dari dirinya, yang lebih konsisten dengan norma-norma sosial. Mistifikasi adalah strategi untuk menciptakan rasa kagum dengan menjaga jarak sosial dan mengurangi kontak. Sementara itu, promosi diri (self-promotion) adalah upaya aktif untuk menciptakan citra diri yang kredibel di benak orang lain, yang sangat relevan dalam situasi seperti wawancara kerja atau pidato.
Dalam pandangan Goffman, konsep "diri sejati" yang konvensional tidaklah relevan. Goffman berpendapat bahwa "diri adalah efek dramatis yang muncul dari adegan langsung yang disajikan". Individu tidak membawa "diri" sejati, tetapi sebaliknya, "diri" harus diwujudkan secara dramatis dalam setiap interaksi. Bahkan, persona atau peran dapat dikaitkan dengan individu meskipun ia tidak memiliki keyakinan pada pertunjukan tersebut. Ini menunjukkan bahwa Goffman memandang identitas sebagai hasil dari konstruksi sosial, bukan sebagai esensi internal yang statis. Bagi Goffman, yang terpenting adalah tarian interaksi itu sendiri, bukan motivasi batin yang tidak dapat diamati.
3. Interaksi dan Keteraturan Sosial: Tarian Pertunjukan Bersama
3.1. Tim dan Koordinasi Pertunjukan
Goffman memperluas konsep pertunjukan individu ke tingkat kelompok dengan memperkenalkan gagasan "tim". Sebuah tim adalah sekelompok individu yang bekerja sama dalam sebuah pertunjukan untuk mencapai tujuan yang disepakati. Kerja sama ini bisa terwujud dalam perilaku yang serupa atau dengan setiap individu mengambil peran yang berbeda namun saling melengkapi.
Dalam sebuah tim, setiap individu merasakan tekanan yang kuat untuk menyesuaikan diri dengan "front" yang diinginkan di hadapan audiens. Ini karena penyimpangan dari satu anggota dapat merusak kredibilitas seluruh pertunjukan kolektif. Oleh karena itu, ketidaksepakatan atau konflik ideologis biasanya diselesaikan di panggung belakang, di mana perubahan dapat dilakukan tanpa ancaman merusak tujuan tim atau karakter individu di mata audiens. Pemeliharaan front setiap individu sangat penting untuk meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan.
3.2. Praktik Perlindungan dan Perbaikan
Kegagalan pertunjukan dapat mengancam tatanan sosial. Untuk mencegah atau memperbaiki kegagalan ini, Goffman mengidentifikasi dua jenis praktik utama: praktik defensif dan praktik protektif.
a. Praktik Defensif (Defensive Practices): Ini adalah strategi yang digunakan oleh aktor untuk melindungi pertunjukannya sendiri sebelum dan selama interaksi. Praktik ini mencakup:
- Loyalitas Dramaturgis (Dramaturgical Loyalty): Upaya untuk menjaga anggota tim tetap loyal pada tim dan pertunjukannya.
- Disiplin Dramaturgis (Dramaturgical Discipline): Dedikasi pada peran tanpa kehilangan diri, yang memerlukan kontrol diri dan latihan yang memadai.
- Kehati-hatian Dramaturgis (Dramaturgical Circumspention): Meminimalkan risiko dengan mempersiapkan diri untuk masalah yang mungkin terjadi, seperti memilih audiens yang tepat dan menghindari situasi yang bisa menimbulkan kesalahan.
b. Praktik Protektif (Protective Practices): Ini adalah upaya yang dilakukan oleh audiens untuk menyelamatkan impresi orang lain. Goffman menyebutnya sebagai "menyelamatkan wajah" (face-work), di mana individu dapat berpura-pura tidak melihat kegagalan pertunjukan orang lain demi menjaga perdamaian dan tatanan interaksi.
Ketika pertunjukan gagal, mekanisme "tindakan korektif" (corrective action) digunakan sebagai ritual untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada interaksi. Ini termasuk permintaan maaf (apology) atas tindakan yang salah dan janji untuk bertingkah laku yang lebih baik di masa depan.
Mekanisme-mekanisme ini menunjukkan bahwa interaksi sosial lebih dari sekadar tarian untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Menjaga wajah seseorang bukanlah tindakan egosentris, melainkan sebuah kewajiban moral yang menjaga kohesi sosial. Menurut Goffman, tatanan interaksi adalah hal yang fundamental, dan individu berupaya untuk mempertahankan citra diri mereka karena hal tersebut juga merupakan tindakan "penyelamatan terhadap harga dirinya dan masyarakat di mana ia menjadi bagian di dalamnya". Ini adalah sebuah wawasan yang menyentuh tema-tema sosiologi makro, menunjukkan bahwa tindakan-tindakan mikro sehari-hari adalah fondasi yang menjamin keberlangsungan masyarakat.
4. Diskusi Kritis dan Relevansi Modern
4.1. Debat Mikro vs. Makro dan Kekuasaan
The Presentation of Self in Everyday Life adalah karya sosiologi mikro yang berfokus pada interaksi tatap muka. Namun, fokus ini juga menjadi sumber kritik utama terhadap Goffman. Kritikus seperti Alvin Gouldner berpendapat bahwa Goffman mengabaikan struktur sosial yang lebih luas, seperti kekuasaan, stratifikasi, dan sejarah. Mereka melihat karyanya sebagai "sosiologi co-presence" yang tidak tertarik pada kekuasaan dan hierarki, sehingga menghasilkan citra kehidupan sosial yang apolitis. Gouldner mengkritik Goffman karena menciptakan gambaran individu yang "terlepas dari struktur sosial" dan tidak peduli dengan sistem.
Meskipun demikian, ada pandangan lain yang menentang kritik ini. Beberapa analis berpendapat bahwa Goffman tidak mengabaikan kekuasaan, melainkan menawarkan perspektif yang berbeda tentangnya. Alih-alih melihat kekuasaan sebagai struktur yang kaku, Goffman menunjukkan bagaimana kekuasaan dan status tidak hanya dimiliki, tetapi juga "dilakukan" atau diwujudkan melalui pertunjukan sehari-hari. Sebagai contoh, "idealisasi" dalam presentasi diri—di mana individu menyesuaikan diri dengan norma-norma strata sosial yang lebih tinggi—menunjukkan bagaimana stratifikasi sosial direproduksi dan diperkuat pada tingkat mikro. Dengan demikian, teorinya tidak sepenuhnya apolitis, tetapi memberikan wawasan unik tentang bagaimana dinamika kekuasaan diwujudkan dalam interaksi interpersonal.
4.2. Kritik Lain dan Konsep "Diri Sejati"
Beberapa kritikus, termasuk mereka yang beraliran feminis dan Marxis, melihat ada kekurangan dalam teori Goffman. Kritik feminis, misalnya, dapat menyoroti bagaimana norma-norma peran sosial dalam teori Goffman mungkin mereproduksi ketidaksetaraan gender, meskipun sumber yang tersedia tidak secara eksplisit membahas kritik ini terhadap karya Goffman. Sementara itu, kritik Marxis dapat berpendapat bahwa teori Goffman gagal menjelaskan bagaimana interaksi individu dipengaruhi oleh struktur ekonomi yang lebih besar dan pertarungan kelas.
Selain itu, ada kritik yang berfokus pada pengabaian Goffman terhadap motivasi batin individu dan konsep "diri sejati". Namun, Goffman sendiri tampaknya menyadari keterbatasan ini. Ia berpendapat bahwa "diri sejati" hanya dapat sepenuhnya didefinisikan dalam tindakan sukarela dan konsekuensial yang tidak sepenuhnya tersedia dalam kehidupan sehari-hari. Ini menjelaskan mengapa individu tertarik pada kegiatan yang melibatkan risiko, seperti perjudian atau mendaki gunung, karena di sanalah karakter moral sejati terungkap. Pandangan ini menunjukkan bahwa Goffman tidak sepenuhnya menolak gagasan "diri sejati," tetapi mengidentifikasi bahwa ruang lingkupnya terbatas di luar "pertunjukan" sehari-hari.
4.3. Dari Panggung Teater ke Panggung Digital: Analisis Media Sosial
Terlepas dari kritik yang ada, teori dramaturgi Goffman tetap sangat relevan dan dapat diterapkan untuk menganalisis fenomena modern, terutama interaksi di media sosial. Era digital telah menciptakan "panggung" baru di mana individu mengelola impresi mereka dengan cara yang sangat terlihat. Penelitian menunjukkan bahwa konsep panggung depan dan panggung belakang sangat sesuai untuk menganalisis perilaku di media sosial.
- Panggung Depan vs. Panggung Belakang: Di media sosial (panggung depan), individu cenderung menampilkan citra diri yang ideal dan sempurna. Mereka mengkurasi unggahan, foto, dan status untuk menciptakan persona yang diinginkan. Sebaliknya, di kehidupan nyata atau pribadi (panggung belakang), individu merasa lebih bebas untuk menunjukkan identitas yang lebih otentik dan santai.
- Contoh Penerapan:
o Carissa dan Larissa: Sebuah studi menunjukkan bagaimana dua individu menunjukkan manajemen kesan yang berbeda. Carissa menggunakan media sosial untuk mengikuti tren agar mendapatkan validasi, sementara Larissa lebih selektif dan menjaga privasinya.
o Ayu Mozha Dewi Prameswari: Kasus ini adalah contoh klasik dari idealisasi dan promosi diri, di mana Ayu menampilkan citra diri yang glamor dan sempurna di media sosial meskipun realitas ekonominya berbeda.
o Kaysan Rahman: Ia menggunakan media sosial sebagai panggung depan untuk mengekspresikan emosi, sementara di kehidupan nyata, ia lebih tertutup.
Penerapan teori Goffman dalam konteks media sosial menyoroti dampak-dampak penting, seperti tekanan untuk mempertahankan citra yang sempurna, kecemasan yang muncul dari perbandingan sosial, dan potensi cyberbullying. Ini menegaskan bahwa wawasan Goffman tentang pertunjukan dan manajemen kesan tetap relevan dan penting untuk memahami dinamika identitas dan interaksi di era digital.
5. Kesimpulan: Warisan Abadi Teori Dramaturgi
The Presentation of Self in Everyday Life adalah sebuah karya yang mendefinisikan ulang cara kita memahami interaksi sosial. Melalui metafora teater, Erving Goffman berhasil membedah mekanisme rumit di balik setiap pertemuan tatap muka, dari peran yang kita mainkan hingga upaya sadar dan tidak sadar kita untuk mengelola kesan. Kontribusi utamanya bukan hanya pada detail konsep-konsepnya—seperti panggung depan, panggung belakang, front, dan manajemen kesan—tetapi juga pada argumen dasarnya bahwa "diri" adalah sebuah efek yang diciptakan melalui pertunjukan sosial.
Meskipun mendapat kritik karena fokusnya pada tingkat mikro dan dianggap mengabaikan struktur kekuasaan, teori Goffman secara tak terduga memberikan pemahaman yang unik tentang bagaimana hierarki dan norma sosial diwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Analisisnya tentang tatanan interaksi dan ritual yang menjaga "wajah" menunjukkan bahwa menjaga citra diri adalah sebuah kewajiban moral yang fundamental untuk menjaga kohesi masyarakat.
Hingga saat ini, warisan Goffman terus hidup, tidak hanya di dunia akademis tetapi juga dalam pemahaman kita tentang realitas sehari-hari. Teorinya menyediakan kerangka kerja yang kuat dan fleksibel untuk menganalisis fenomena baru, seperti interaksi di media sosial, di mana pertunjukan diri menjadi semakin penting dan kompleks. Dengan demikian, The Presentation of Self in Everyday Life bukan hanya sebuah buku sosiologi, tetapi sebuah lensa yang mengubah cara kita memandang diri sendiri dan dunia sosial di sekitar kita.
Lihat Juga:
Analisis Mendalam Buku Encounters: Two Studies in the Sociology of Interaction (1961) Karya Erving Goffman
Karya yang dikutip
asanet.org. (n.d.). Erving Manual Goffman. American Sociological Association. Diakses September 26, 2025, dari https://www.asanet.org
balaibahasakalteng.kemdikbud.go.id. (n.d.). Feminisme dalam sastra. Balai Bahasa Kalimantan Tengah. Diakses September 26, 2025, dari https://balaibahasakalteng.kemdikbud.go.id
bec.ucla.edu. (n.d.). The Goffman legacy. UCLA Center for Behavior, Evolution, and Culture. Diakses September 26, 2025, dari https://www.bec.ucla.edu
books.google.com. (n.d.). The presentation of self in everyday life – Erving Goffman. Google Books. Diakses September 26, 2025, dari https://books.google.com
ejournal.uin-suka.ac.id. (n.d.). Kritik teori hukum feminis terhadap UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan: Suatu upaya dalam menegakkan keadilan HAM kaum perempuan. E-Journal UIN Sunan Kalijaga. Diakses September 26, 2025, dari https://ejournal.uin-suka.ac.id
ejournal.undiksha.ac.id. (n.d.). Interaksi sosial dalam media sosial ditinjau dari teori .... E-Journal Universitas Pendidikan Ganesha. Diakses September 26, 2025, dari https://ejournal.undiksha.ac.id
en.wikipedia.org. (n.d.). Dramaturgy (sociology). In Wikipedia. Diakses September 26, 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Dramaturgy_(sociology)
en.wikipedia.org. (n.d.). Erving Goffman. In Wikipedia. Diakses September 26, 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Erving_Goffman
en.wikipedia.org. (n.d.). Impression management. In Wikipedia. Diakses September 26, 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Impression_management
en.wikipedia.org. (n.d.). The presentation of self in everyday life. In Wikipedia. Diakses September 26, 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/The_Presentation_of_Self_in_Everyday_Life
Goffman, E. (1956). The presentation of self in everyday life. Edinburgh: University of Edinburgh, Social Sciences Research Centre.
Goffman, E. (1959). The presentation of self in everyday life. New York, NY: Anchor Books, Doubleday. (Original work published 1956)
kompasiana.com. (n.d.). Dramaturgi (Erving Goffman). Kompasiana. Diakses September 26, 2025, dari https://www.kompasiana.com
kumparan.com. (n.d.). Mengenal teori dramaturgi, seni menjalani panggung kehidupan. Kumparan. Diakses September 26, 2025, dari https://kumparan.com
open.ncl.ac.uk. (n.d.). Self-presentation theory – TheoryHub: Academic theories reviews for research and T&L. Newcastle University. Diakses September 26, 2025, dari https://open.ncl.ac.uk
quizlet.com. (n.d.). Goffman flashcards. Quizlet. Diakses September 26, 2025, dari https://quizlet.com
repository.uksw.edu. (n.d.). Bab II Ritual interaksi perspektif Erving Goffman. Universitas Kristen Satya Wacana Repository. Diakses September 26, 2025, dari https://repository.uksw.edu
repository.uksw.edu. (n.d.). Bab II Tinjauan pustaka: Definisi dramaturgi. Universitas Kristen Satya Wacana Repository. Diakses September 26, 2025, dari https://repository.uksw.edu
salford-repository.worktribe.com. (n.d.). Chapter 1: Misgivings about Goffman. University of Salford Repository. Diakses September 26, 2025, dari https://salford-repository.worktribe.com
sjsu.edu. (n.d.). Erving Goffman. San José State University. Diakses September 26, 2025, dari https://www.sjsu.edu
web.pdx.edu. (n.d.). Erving Goffman’s The presentation of self in everyday life. Portland State University. Diakses September 26, 2025, dari https://web.pdx.edu


Post a Comment