Pengertian Penalaran, Ciri, Tahap, Syarat, Metode serta Kesalahan Nalar

Pengertian Penalaran
A. Pengertian Penalaran

Sesuai dengan kodratnya, manusia dibekali dengan hasrat ingin tahu. Hasrat ingin tahu dalam diri manusia akan selalu memunculkan berbagai macam pertanyaan. Sebagai akibatnya, manusia juga selalu berusaha mencari jawaban terhadap pertanyaan yang muncul tadi. Hasrat ingin tahu tersebut akan terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan baru atau mampu memecahkan masalah sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Sementara itu, pengetahuan dan kemampuan memecahkan aneka masalah tersebut perlu diawali dengan kegiatan berpikir atau bernalar yang benar (memenuhi kaidah berpikir), dan kegiatan berpikir tentang sesuatu secara sungguh-sungguh dan logis inilah yang kemudian kita sebut penalaran.

Baca Juga: Logika: Pengertian, Dasar, dan Komponennya

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. Proses yang demikian tersebut disebut menalar. 

Baca Juga: Pengertian Generalisasi, Generalisasi Induktif, Prinsip, Jenis, dan Contohnya

B. Ciri-ciri Penalaran
1) Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
2) Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.

Secara detail penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
2) Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
3) Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.

C. Tahap-tahap Penalaran
Menurut John Dewey, proses penalaran manusia dilakukan melalui beberapa tahap berikut:
1) Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba.
2) Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan.
3) Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau teori.
4) Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan cara mengumpulkan bukti-bukti (data).
5) Menguatkan pembuktian tentang ide-ide tersebut dan menyimpulkan melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan.

D. Syarat-syarat Kebenaran dalam Penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. Jika seseorang melakukan penalaran untuk menemukan kebenaran, maka ia dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar berikut dapat terpenuhi.
1) Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2) Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

E. Metode dalam Menalar
1) Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Penalaran deduktif dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme yang terdiri dari unsur berikut:
 Dasar pemikiran utama (premis mayor)
 Dasar pemikiran kedua (premis minor)
 Kesimpulan

Contoh:
 Premis mayor: Semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.
 Premis minor: Bob adalah siswa kelas X SMA
Kesimpulan: Bob wajib mengikuti jam pelajaran Sosiologi

Baca Juga: Pengertian Metode Deduksi dan Contohnya

Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif:
Dalam penalaran deduktif terdapat 3 macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan entimen.
a. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
 Premis umum: Premis Mayor (My)
 Premis khusus:  remis Minor (Mn)
Premis simpulan: Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor. Berikut contoh silogisme Kategorial:
 My: Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
 Mn: Saya adalah mahasiswa
K: Saya lulusan SLTA

b. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Contohnya:
 My: Jika tidak ada makanan, manusia akan kelaparan.
 Mn: Makanan tidak ada.
K: Jadi, Manusia akan Kelaparan.

c. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contohnya:
 My: Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.
 Mn: Kakak saya berada di Bandung.
K: Jadi, Kakak saya tidak berada di Jakarta.

d. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Contoh:
 Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
 Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya

2) Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
 Bukti 1: logam 1 apabila dipanaskan akan memuai
 Bukti 2: logam 2 apabila dipanaskan akan memuai
 Bukti 3: logam 3 apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.

Baca Juga: Pengertian Metode Induksi (Induktif) dan Contohnya

Penalaran induktif dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.
a. Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum. Generalisasi merupakan pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain. Contohnya :
 Buah mangga berwarna hijau dan rasanya manis.
 Buah Jambu biji berwarna hijau dan rasanya manis.
Generalisasi: Semua buah berwarna hijau rasanya manis.
Pernyataan Semua buah berwarna hijau rasanya manis hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Contoh kesalahan dari generasilsasi tersebut: Buah kedondong juga berwarna hijau, namun rasanya asam.

b. Analogi adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Kita dapat menarik kesimpulan bahwa jika ada persamaan dalam berbagai bidang. Analogi mempunyai 4 fungsi, antara lain:
 Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
 Meramalkan kesamaan
 Menyingkapkan kekeliruan
 Klasifikasi
Contoh analogi: Manusia yang bijaksana dan berilmu tinggi adalah manusia yang tidak sombong. Oleh karena itu, bila kita memiliki kepandaian dan kelebihan, kita harus bersikap seperti padi yang semakin berisi, semakin merunduk.

c. Kausal adalah sebuah pernyataan yang timbul berkat adanya elemen-elemen yang memiliki hubungan atau keterkaitan. Jenis jenis hubungan kausal :
 Sebab- akibat. Contoh: Irwan tidak mengerjakan PI, sehingga ia tidak dapat lulus tahun ini
 Akibat-Sebab. Contoh: Motor temanku mogok, disebabkan kehabisan bensin
 Akibat-Akibat. Contoh: Kakak terjebak macet total dijalan, sehingga kakak beranggapan akan telat masuk kerja.

3) Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)
Metode berpikir dalam pendekatan ilmiah adalah penalaran yang menggabungkan cara berpikir deduktif dengan cara berpikir induktif. Dalam pendekatan ilmiah, penalaran disertai dengan suatu hipotesis. Misalkan seorang siswa yang apabila sebelum berangkat sekolah telah sarapan terlebih dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan kelaparan hingga jam pelajaran berakhir. Secara deduktif, akan disimpulkan bahwa setiap anak yang makan banyak tidak akan cepat lapar. Untuk menjawab kasus seperti ini, kita ajukan pertanyaan mengapa seorang siswa cepat lapar? Untuk itu, kita ajukan hipotesis bahwa siswa akan cepat lapar jika makanan yang dimakan kurang memenuhi standar gizi dan energi yang dihasilkan oleh makanan tersebut sedikit. Kemudian secara induktif  kita uji untuk mengetahui apakah hasil pengujian mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang diajukan tersebut.

Baca Juga: Pengertian Berpikir Ilmiah, Metode, dan Tahapannya

F. Salah Nalar
Pengertian Salah Nalar adalah bahwa gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat. Jenis-jenis salah nalar: 
1) Deduksi yang salah, terjadi bila simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi persyaratan. Contoh:
 Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
 Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.

2) Generalisasi terlalu luas yang disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah. Contoh:
 Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
 Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
 
3) Pemilihan terbatas pada dua alternatif, salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan jawaban yang ada. Contoh: Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.

4) Penyebab yang salah nalar, salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud. Contoh:
 Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
 Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.

5) Analogi yang salah, salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain. Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
 
6) Argumentasi bidik orang, salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya. Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhnya memiliki enam orang anak.
 
7) Meniru-niru yang sudah ada, salah nalar jenis ini berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan kalau orang lain melakukan hal itu. Contoh:
 Kita bisa melakukan korupsi karena pejabat pemerintah melakukannya.
 Anak SLTA saat mengerjakan ujian matematika dapat menggunakan kalkulator karena para profesor menggunakan kalkulator saat menjawab ujian matematika.


Dari berbagai sumber

Ket. klik warna biru untuk link

Download

Lihat Juga
1. Pengambilan sampel dari populasi tak-terhingga dan tak-jelas
2. Metode-metode dalam sosiologi
3. Manfaat penelitian sosiologis bagi pembangunan
4. Jenis-jenis penelitian sosial
5. Jenis-jenis metode penelitian sosiologi dan contohnya
6. Metode untuk ilmu-ilmu sosial
7.
Pengertian Metode Ilmiah, Unsur, Kriteria dan Langkah-langkahnya 

8. Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian, dan Teknik-teknik Desain Penelitian
9. Pengertian Hipotesis, Karakteristik, Fungsi, Tahap Perumusan dan Jenisnya 
10. Pengertian Data, Sumber, Jenis, Fungsi dan Metode Pengumpulan Data  
11. Pengertian Laporan Penelitian: Ciri, Jenis, Tujuan, Cara, Sistematika dan Contohnya
12. Pengertian Objektivitas dalam Ilmu Pengetahuan
13. Pengertian Skeptisisme, Skeptisisme dalam Ilmu Pengetahuan, dan Perbedaannya dengan Sikap Kritis dan Berpikir Negatif
14. Pengertian Variabel Penelitian, Jenis dan Hubungan antarvariabel
15. Pengertian Topik Penelitian, Unsur, Ciri, dan Cara Menentukannya
16. Pengertian Diskusi, Unsur, Prinsip, Tujuan, Manfaat, Langkah-langkah, Jenis dan Laporan Hasil Diskusi

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 4. Rancangan Penelitian Sosial (KTSP)
2. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 5. Pengumpulan Data dalam Penelitian (KTSP)
3. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 6. Pengolahan Data (KTSP)
4. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 7. Penulisan Laporan Penelitian (KTSP)
5. Materi Sosiologi Kelas X Bab 4.1 Rancangan Penelitian Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas X Bab 4.2 Rancangan Penelitian Sosial (Kurikulum Revisi 2016) 

7. Materi Sosiologi Kelas X Bab 5.1 Pengumpulan Data dalam Penelitian (Kurikulum Revisi 2016)
8. Materi Sosiologi Kelas X Bab 5.2 Pengumpulan Data dalam Penelitian (Kurikulum Revisi 2016)
 
9. Materi Sosiologi Kelas X Bab 6.1 Pengolahan dan Analisis Data (Kurikulum Revisi 2016)
10. Materi Sosiologi Kelas X Bab 6.2 Pengolahan dan Analisis Data (Kurikulum Revisi 2016) 

11. Materi Sosiologi Kelas X Bab 7.1 Laporan Penelitian (Kurikulum Revisi 2016)
12. Materi Sosiologi Kelas X Bab 7.2 Laporan Penelitian (Kurikulum Revisi 2016)

13. Materi Ujian Nasional Kompetensi Jenis Penelitian Sosial
14. Materi Ujian Nasional Kompetensi Langkah-Langkah Penelitian Sosial
15. Materi Ujian Nasional Kompetensi Metode Penelitian Sosial
16. Materi Ujian Nasional Kompetensi Manfaat Hasil Penelitian

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Penalaran, Ciri, Tahap, Syarat, Metode serta Kesalahan Nalar"