Soal Model AKM Sosiologi Kelas XI (Fase F) Bab 3. 4 Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka)

Stimulus 1
Bacalah teks berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2.

Teori Konflik Sosial Menurut Max Weber
Interaksi sosial yang melibatkan hubungan antarindividu dalam masyarakat akan memunculkan dampak asosiatif dan disosiatif. Dampak asosiatif akan membuat hubungan mereka lebih erat. Sebaliknya, dampak disosiatif menjadikan hubungan makin renggang.

Renggangnya hubungan interaksi tersebut dapat memunculkan konflik sosial. Penyebab utamanya adalah perbedaan di tengah masyarakat dengan beragam pemicunya, seperti perbedaan budaya, ketidaksamaan kepentingan, perubahan sosial yang terlampau cepat, hingga perbedaan pemikiran antarindividu.

Salah satu pakar yang meneliti mengenai konflik sosial adalah Max Weber. Menurut Weber, konflik muncul dari keberadaan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Setiap stratifikasi tersebut merupakan posisi yang pantas diperjuangkan manusia dan kelompoknya. Hubungan sosial menjadi sarana untuk mendapatkan posisi tinggi di dalam masyarakat.

Dalam teori konfliknya, Weber mengemukakan bahwa kekuasaan memiliki arti penting untuk setiap tipe hubungan sosial. Kekuasaan menjadi penggerak dinamika sosial yang menempatkan individu atau kelompok pada posisi yang dapat dimobilisasi atau memobilisasi. Akibat dari kekuasaan dan kepentingannya, secara bersamaan dapat memunculkan konflik. Konflik sosial ini umumnya terjadi akibat kombinasi kepentingan dari setiap struktur sosial yang memunculkan dinamika konflik.

Teori yang disampaikan Weber tidak membahas teori konflik secara spesifik. Weber berusaha melakukan analisis kaitan gerakan sosial dengan konflik. Baginya, gerakan sosial bisa memunculkan konflik seperti yang dialami masyarakat pada masa Revolusi Prancis.

Max Weber menyanggah pendapat teori konflik Karl Marx terkait materialisme historis yang hanya menekankan perhatian pada satu sisi kelas. Menurut Weber, diperlukan penyeimbang dengan juga menekankan peranan faktor gagasan yang menjadi penyebab perubahan sejarah. Weber memusatkan perhatian dengan memahami pertumbuhan sistem kapitalisme rasional di dunia Barat dalam skala besar. Sebaliknya sistem kapitalisme justru tidak mengalami banyak perkembangan di Timur dan tidak disukai.

Sumber: Diolah dari artikel "Teori Konflik Sosial Menurut Max Weber dan Pengertiannya", tirto.id dengan penyesuaian

Soal 1
Berdasarkan Stimulus 1, berilah tanda centang (✔) pada setiap pernyataan yang sesuai dengan stimulus.

Soal Model AKM Sosiologi Kelas XI
Soal 2
Berdasarkan Stimulus 1, jodohkan pernyataan pada Kolom A dengan jawaban pada Kolom B yang sesuai.
Soal Model AKM Sosiologi Kelas XI
Stimulus 2
Bacalah teks berikut untuk menjawab soal nomor 3-6.

Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Kaum Perempuan
Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap, dan perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran reproduksi, dan peran sosial kemasyarakatan.

Kata gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta perilaku yang tertanam lewat proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Ada perbedaan secara biologis antara perempuan dan laki-laki, tetapi kebudayaan menafsirkan perbedaan biologis tersebut sebagai seperangkat tuntutan sosial tentang kepantasan dalam berperilaku, dan pada gilirannya dikaitkan dengan hak-hak, sumber daya, dan kuasa. Kendati tuntutan ini bervariasi di setiap masyarakat, tetapi terdapat beberapa kemiripan yang mencolok. Misalnya, hampir semua kelompok masyarakat menyerahkan tanggung jawab perawatan anak pada perempuan, sedangkan tugas kemiliteran diberikan pada laki-laki.

Sebagaimana halnya ras, etnis, dan kelas, gender adalah sebuah kategori sosial yang sangat menentukan jalan hidup seseorang dan partisipasinya dalam masyarakat dan ekonomi. Tidak semua masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan ras atau etnis, tetapi hampir semua masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan gender, antara lain dalam bentuk kesenjangan dan perbedaan, dalam tingkatan yang berbeda-beda. Kesenjangan gender dalam kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan partisipasi politik terjadi di mana-mana. Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling berat akibat ketidaksetaraan yang terjadi. Sering kali dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah ketidakadilan ini. Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah secara drastis karena kebijakan dan perubahan sosial ekonomi.

Baca Juga: Kesetaraan Gender (Gender Equality): Pengertian, Ciri, Bentuk, Tujuan, Manfaat, Dampak, dan Contohnya

Pada dasarnya ketidaksetaraan itu merugikan semua orang. Oleh sebab itu, kesetaraan gender merupakan persoalan pokok suatu tujuan pembangunan yang memiliki nilai tersendiri. Kesetaraan gender merujuk kepada suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif. Dengan demikian, mempromosikan kesetaraan gender adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam rangka untuk memberdayakan masyarakat (semua orang)—perempuan dan laki-laki—untuk mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Pembangunan ekonomi membuka banyak jalan untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam jangka panjang. Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan memiliki makna yang penting karena setelah diadopsi maka akan dijadikan acuan secara global dan nasional sehingga agenda pembangunan menjadi lebih fokus. Setiap butir tujuan tersebut menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, baik tua maupun muda.

Sasaran global yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
• Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan di mana pun.
• Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang publik dan pribadi, termasuk perdagangan manusia dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya.
• Menghilangkan semua praktik berbahaya, seperti pernikahan anak, pernikahan dini dan paksa, serta sunat perempuan.
• Menjamin partisipasi penuh dan efektif serta kesempatan yang sama bagi perempuan untuk memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat.
• Menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi, serta hak reproduksi.

Sumber: Diolah dari artikel "Mencapai Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Kaum Perempuan," kemenpppa.go.id dengan penyesuaian

Soal 3
Berdasarkan Stimulus 2, tuliskan sasaran global yang ingin dicapai dalam kesetaraan gender dan pemberdayaan kaum perempuan.

Soal 4
Berdasarkan Stimulus 2, pilih dan berilah tanda centang (✔) pada setiap pernyataan yang sesuai dengan stimulus.

Soal Model AKM Sosiologi Kelas XI
Soal 5
Berdasarkan Stimulus 2, manakah di antara pernyataan berikut yang Benar dan Salah? Berilah tanda centang (✔) pada kolom yang tepat.

Soal Model AKM Sosiologi Kelas XI
Download

Pembahasan

Lihat Juga

Soal Model AKM Sosiologi Kelas XI (Fase F) Bab 3. 1 Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka)

Soal Model AKM Sosiologi Kelas XI (Fase F) Bab 3. 2 Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka) 

Soal Model AKM Sosiologi Kelas XI (Fase F) Bab 3. 3 Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka) 

Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 3: Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka)
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Soal Model AKM Sosiologi Kelas XI (Fase F) Bab 3. 4 Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka)"