Analisis Kritis Black Feminist Thought Patricia Hill Collins: Epistemologi Pengetahuan, Kesadaran Kritis, dan Matriks Dominasi dalam Gerakan Pemberdayaan

Table of Contents

Tulisan ini menyajikan analisis komprehensif dan bernuansa mengenai karya fundamental Patricia Hill Collins, Black Feminist Thought: Knowledge, Consciousness, and the Politics of Empowerment. Karya ini tidak hanya memberikan kerangka interpretatif bagi tradisi intelektual perempuan Afrika-Amerika tetapi juga menetapkan landasan bagi analisis sosiologis modern tentang kekuasaan, penindasan, dan perlawanan. Analisis ini disusun untuk mendemonstrasikan arsitektur teoretis Collins, yang berpusat pada tiga pilar utama: Epistemologi Pengetahuan, Kesadaran Kritis, dan Matriks Dominasi sebagai kerangka politik pemberdayaan.

Bagian I: Pengantar Teoritis dan Konstruksi Awal Pemikiran Feminis Hitam (BFT)

1.1 Kontekstualisasi Historis dan Argumen Tesis Sentral Collins

Patricia Hill Collins (1990) menyajikan Black Feminist Thought (BFT) sebagai upaya untuk mensintesis dan melegitimasi tradisi intelektual yang kaya dan sering terabaikan, yang dikembangkan oleh perempuan Afrika-Amerika. Collins mengakui bahwa meskipun menghadapi beban ganda diskriminasi ras dan gender, perempuan Afrika-Amerika telah memproduksi warisan pemikiran yang signifikan. Lingkup analisisnya melampaui batasan akademis, mencakup pemikir feminis kulit hitam terkemuka seperti Angela Davis dan Audre Lorde, sekaligus memasukkan perspektif dari luar akademi, seperti penyanyi blues, penyair, dan orator yang divalidasi sebagai ahli oleh komunitas sehari-hari.

Argumen tesis sentral Collins menantang pemahaman konvensional tentang ketidaksetaraan. Collins mengemukakan bahwa BFT merekonseptualisasi hubungan sosial dominasi dan resistensi dengan merangkul paradigma di mana ras, kelas, dan gender tidak dilihat sebagai sistem penindasan yang terpisah atau terpisah-pisah, melainkan sebagai sistem penindasan yang saling mengunci (interlocking systems of oppression). Collins menekankan bahwa penindasan ini beroperasi sebagai sistem tunggal yang diciptakan secara historis, dan oleh karena itu, harus dipelajari secara simultan. Pendekatan ini merupakan kritik terhadap model sosiologi yang mengadopsi analisis "aditif," di mana penindasan dianggap hanya sebagai penjumlahan dari rasisme ditambah seksisme.

Paradigma sistem yang saling mengunci ini memiliki implikasi mendalam bagi analisis sosial. Jika penindasan bersifat terintegrasi, maka upaya untuk membongkar dominasi harus multidimensional. Collins menunjukkan bahwa pemikiran feminis kulit hitam memiliki potensi untuk mengungkapkan wawasan tentang proses dominasi yang lebih universal, yang terorganisir di sepanjang sumbu lain seperti agama, etnis, orientasi seksual, dan usia. Investigasi pengalaman spesifik perempuan kulit hitam menghasilkan pemahaman teoretis yang lebih utuh tentang bagaimana struktur kekuasaan bekerja secara keseluruhan.

1.2 Kritik Tiga Arah: Menciptakan Ruang Intelektual BFT

Pemikiran Feminis Hitam memperoleh kekuatan dan definisinya melalui penentuan posisi yang kritis terhadap dua gerakan sosial utama, yang secara historis gagal mencakup pengalaman hidup perempuan kulit hitam.

Kritik terhadap Feminisme Arus Utama:
Collins dan pemikir BFT lainnya mengkritik feminisme arus utama (yang secara dominan merupakan feminisme kulit putih) atas race and class blindness atau kebutaan terhadap ras dan kelas. Feminisme arus utama cenderung memprioritaskan isu-isu yang relevan dengan perempuan kulit putih kelas menengah dan sering gagal untuk mengakui bagaimana ras dan kelas berinteraksi dengan penindasan gender. Hal ini terlihat dari pengabaian terhadap tantangan ekonomi yang unik, eksploitasi tenaga kerja perempuan kulit hitam dalam pekerjaan domestik dan bergaji rendah, serta diskriminasi rasial yang mempengaruhi akses ke pendidikan dan kesehatan. Keterbatasan ini menghasilkan strategi feminis yang tidak lengkap dan parsial.

Kritik terhadap Nasionalisme Kulit Hitam:
Meskipun bertujuan untuk melawan supremasi kulit putih, gerakan Nasionalisme Kulit Hitam dan gerakan hak-hak sipil yang lebih luas dikritik karena meminggirkan perempuan dari posisi kepemimpinan dan secara internal membiarkan atau menormalisasi patriarki. BFT muncul sebagai respons yang memusatkan pengalaman perempuan kulit hitam, menantang sistem rasis dan seksis secara simultan.

Konsep "Outsider Within" (Orang Luar di Dalam):
Collins mengidentifikasi bahwa banyak intelektual perempuan kulit hitam menempati posisi sosiologis yang unik yang disebut Outsider Within. Marginalitas mereka dalam institusi dominan, seperti akademi, secara paradoks telah digunakan secara kreatif. Posisi ini memberikan sudut pandang (standpoint) khusus karena memungkinkan mereka untuk memiliki pemahaman mendalam tentang komunitas mereka sendiri sambil juga memiliki akses kritis ke "rahasia intim" masyarakat kulit putih. Posisi marginalitas yang merupakan efek dari penindasan struktural diubah menjadi sumber daya epistemologis yang menghasilkan pemikiran kritis. Hal ini menunjukkan bahwa BFT adalah hasil langsung dari kegagalan sistem dominan untuk mengintegrasikan perempuan kulit hitam secara setara, yang kemudian digunakan sebagai basis untuk membongkar sistem tersebut.

Bagian II: Pilar Epistemologis: Epistemologi Feminis Afro-sentris (Knowledge)

2.1 Konfrontasi Epistemologis dan Tantangan terhadap Validasi Kebenaran

Pilar Knowledge dalam BFT berfokus pada upaya untuk mendefinisikan ulang cara pengetahuan divalidasi dan "kebenaran" dinilai. Collins berpendapat bahwa pemberdayaan terbesar bagi kelompok subordinat datang dari penyingkapan cara-cara mengetahui yang baru, yang memungkinkan mereka untuk mendefinisikan realitas mereka sendiri. BFT secara eksplisit menantang proses validasi pengetahuan Eurosentris-Maskulinis yang abstrak, impersonal, dan sering memisahkan nalar dari emosi.

Epistemologi Feminis Afro-sentris yang diusulkan oleh Collins berpendapat bahwa klaim pengetahuan tentang perempuan kulit hitam harus disubstansiasi berdasarkan "perasaan perempuan kulit hitam tentang pengalaman mereka sendiri" (Black women's sense of our own experiences). Hal ini menciptakan ketegangan historis: sebelum tahun 1950, banyak cendekiawan perempuan kulit hitam yang bergelar tinggi dipaksa untuk mematuhi epistemologi Eurosentris-maskulinis meskipun bekerja untuk kepentingan komunitas mereka. Collins mengadvokasi Epistemologi Feminis Afro-sentris karena hal itu memungkinkan BFT untuk mengembangkan pemahaman teoretis yang diperkuat yang mampu mendekonstruksi analisis dominan yang didasarkan pada citra-citra pengontrol stereotip.

2.2 Uraian Mendalam Empat Kriteria Validasi Pengetahuan

Collins mengidentifikasi empat kriteria utama yang menjadi ciri khas validasi pengetahuan Feminis Afro-sentris, yang beroperasi secara interaktif dan komunal:
1. Pengalaman Konkret sebagai Kriteria Makna (Concrete Experience as a Criterion of Meaning):
Pengetahuan yang sah harus berakar pada pengalaman material dan kehidupan sehari-hari. Ini adalah penolakan terhadap rasionalisme abstrak yang terlepas dari konteks. Dalam budaya Afrika-Amerika tradisional, intelektual seperti penyanyi blues, penyair, dan orator divalidasi sebagai ahli karena pengetahuan mereka teruji dan divalidasi oleh komunitas dalam realitas material mereka. Kriteria ini memberikan kekuasaan epistemologis bagi standpoint perempuan kulit hitam dengan menantang keabsahan ilmu yang tidak dialami.

2. Penggunaan Dialog dalam Menilai Klaim Pengetahuan (The Use of Dialogue in Assessing Knowledge Claims):
Klaim kebenaran harus diuji melalui diskusi komunal dan responsif, bukan melalui otoritas tunggal. Contoh penerapan kriteria ini dapat dilihat dalam format dialog yang terjadi dalam kebaktian gereja tradisional Afrika-Amerika, di mana nalar dan emosi digunakan sebagai komponen esensial dan saling terhubung dalam penilaian. Kriteria ini menolak model pengetahuan yang hierarkis dan mendorong akuntabilitas kolektif.

3. Etika Perhatian (The Ethic of Caring):
Dalam epistemologi ini, nilai etika ditempatkan sebagai inti dari proses validasi. Penyelidikan ilmiah dan sosial harus memiliki tujuan etis. Etika, emosi, dan nalar tidak saling tunduk tetapi saling terhubung. Kriteria ini menjamin bahwa pengetahuan tidak diproduksi untuk objektivitas yang terpisah atau eksploitasi, tetapi untuk perbaikan dan kemanusiaan. Tujuan BFT adalah bertindak, bukan hanya bertahan hidup, dan Etika Perhatian memastikan bahwa aksi ini berakar pada moralitas.

4. Etika Akuntabilitas Pribadi (The Ethic of Personal Accountability):
Agen pengetahuan harus menunjukkan komitmen untuk membela klaim pengetahuan mereka di dalam komunitas dan bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan. Hal ini menghubungkan pemikiran dan teori secara langsung dengan praksis. Collins melihat dunia sebagai tempat yang dinamis dan sedang dalam proses pembentukan, yang menuntut tanggung jawab individu untuk mewujudkan perubahan, meskipun transformasi sosial yang langgeng membutuhkan aksi kolektif.

Empat Kriteria Validasi Pengetahuan

Bagian III: Pilar Kesadaran: Citra Pengontrol dan Perjuangan untuk Definisi Diri (Consciousness)

3.1 Konstruksi Hegemonik dan Pemikiran Biner

Pilar Consciousness membahas bagaimana ideologi hegemoni—domain Matriks Dominasi—bekerja untuk menjustifikasi penindasan. Collins berpendapat bahwa kelompok dominan menggunakan Citra Pengontrol (Controlling Images) yang kuat untuk menyebarkan pesan yang salah tentang perempuan Afrika-Amerika. Citra-citra ini bertujuan untuk menyajikan rasisme, seksisme, dan kemiskinan sebagai hal yang alami, dan mengalihkan kesalahan atas penindasan dari struktur sosial kepada individu yang tertindas.

Sistem ideologis ini didasarkan pada pemikiran biner oposisional. Masyarakat dominan menegakkan cult of true womanhood, yang mengidentifikasi perempuan kulit putih kelas menengah dengan kemurnian dan domestisitas. Sebaliknya, perempuan kulit hitam dihadapkan pada stereotip yang menyimpang, yang secara sistematis merendahkan dan mendevaluasi mereka, sehingga membenarkan posisi marginal mereka.

3.2 Analisis Mendalam Lima Citra Pengontrol dan Implikasi Faktualnya

Collins menguraikan lima citra pengontrol utama yang beroperasi pada persimpangan ras, gender, kelas, dan seksualitas, yang semuanya berfungsi untuk mempertahankan status quo dan eksploitasi.
1. The Mammy:
Citra Mammy beroperasi di pusat persimpangan penindasan. Peran ini berfungsi ganda: ia mengajarkan penundukan diri pada keputihan kepada anak-anak kulit hitam, sementara secara bersamaan menolak seksualitas perempuan kulit hitam, menjadikannya 'aman' sebagai ibu pengganti bagi anak-anak kulit putih. Secara ekonomi, citra Mammy menjustifikasi upah rendah bagi perempuan kulit hitam dalam pekerjaan layanan dan perawatan, mengaitkan ideologi peran pengasuhan dengan eksploitasi tenaga kerja.

2. The Jezebel (Pelacur/Hiperseksual):
Citra Jezebel—pelacur atau wanita agresif secara seksual—dianggap sentral karena upaya untuk mengontrol seksualitas perempuan kulit hitam berada di inti penindasan. Citra ini, yang berakar pada perbudakan, merasionalisasi serangan seksual oleh laki-laki kulit putih terhadap perempuan budak. Fungsi lainnya adalah menormalkan pemikiran biner oposisional terkait seksualitas, mencap perempuan kulit hitam sebagai "simbol rasial dan gender dari seksualitas menyimpang".

3. The Matriarch:
Citra Matriarch menyalahkan perempuan kulit hitam yang memimpin rumah tangga tunggal atas disfungsi keluarga dan kemiskinan di komunitas kulit hitam. Citra ini secara efektif mengalihkan fokus dari rasisme dan ketidaksetaraan struktural sebagai penyebab kemiskinan.

4. The Welfare Mother (Ibu Kesejahteraan):
Citra ini menargetkan ibu-ibu kulit hitam kelas pekerja miskin, menyalahkan mereka atas masalah sosial yang lebih luas dalam masyarakat kapitalis. Collins mencatat bahwa citra ini berakar pada perbudakan, di mana perempuan kulit hitam dilihat sebagai breeders untuk tenaga kerja. Secara ideologis, Welfare Mother membenarkan kebijakan kesejahteraan yang ditargetkan dan pembatasan fertilitas perempuan kulit hitam.

Penting untuk dicatat bahwa respons terhadap citra pengontrol ini beragam, dipengaruhi oleh kelas sosial, orientasi seksual, dan faktor-faktor lain. Meskipun Sojourner Truth dapat melawan citra ini dengan pernyataan "Ain't I a Woman?", perempuan lain dapat menginternalisasi stereotip tersebut. Perjuangan melawan citra hegemoni bukan hanya protes, tetapi tindakan ontologis: pemberdayaan membutuhkan penegasan self-definition dan penciptaan kesadaran kritis yang baru tentang makna keperempuanan kulit hitam.

Bagian IV: Pilar Politik Pemberdayaan: Matriks Dominasi (Matrix of Domination)

4.1 Konstruksi Matriks Dominasi (MoD)

Matrix of Domination (MoD) adalah kerangka kerja sosiologis yang menjelaskan bagaimana pola hak istimewa dan marginalisasi yang saling mengunci diorganisir dalam institusi sosial dan pada tingkat komunitas. MoD menekankan bahwa individu menavigasi tingkat penindasan dan hak istimewa yang berbeda berdasarkan kombinasi unik kategori sosial mereka (misalnya, menjadi kaya dapat memberikan hak istimewa yang mengurangi dampak penindasan rasial atau gender).

MoD mengacu pada organisasi kekuasaan secara keseluruhan dalam masyarakat. Fitur MoD adalah bahwa ia memiliki susunan sistem penindasan yang saling berpotongan (ras, gender, kelas) yang bersifat historis dan sosial spesifik. Sistem-sistem ini diorganisir dan dipertahankan melalui empat domain kekuasaan yang saling terkait, yang memberikan model terperinci tentang bagaimana struktur dominasi secara keseluruhan bekerja.

4.2 Analisis Empat Domain Kekuasaan yang Mengorganisir Dominasi

Empat domain kekuasaan MoD berfungsi untuk menjelaskan bagaimana kekuasaan disebarkan dari tingkat makro hingga mikro:
1. Domain Struktural (Structural Domain):
Domain ini terdiri dari institusi sosial fundamental yang menetapkan parameter kekuasaan (hukum, ekonomi, politik). Domain struktural adalah yang paling lambat berubah, seringkali hanya tunduk pada gerakan sosial berskala besar. Sebagai contoh faktual, pembatasan hak pilih legal bagi warga kulit hitam sebelum tahun 1870, dan realisasi penuh hak pilih baru terjadi setelah Voting Rights Act 1965, merupakan manifestasi dari kekuasaan domain struktural yang kaku.

2. Domain Disipliner (Disciplinary Domain):
Domain disipliner mengelola penindasan melalui organisasi birokratis. Dengan dipengaruhi oleh teori Weber dan Foucault, domain ini mengontrol perilaku melalui rutinisasi, rasionalisasi, dan pengawasan. Efek rasisme dan seksisme sering disamarkan di bawah kedok "efisiensi" dan "perlakuan yang sama" dalam protokol organisasi. Contoh kontemporer mencakup siswa berkulit berwarna yang didisiplinkan secara tidak proporsional di sekolah dan klien berpenghasilan rendah yang dinilai "tidak patuh" karena hambatan struktural seperti kekurangan transportasi.

3. Domain Hegemonik (Hegemonic Domain):
Domain hegemoni membenarkan praktik dominasi melalui ideologi dan sistem kepercayaan. Citra Pengontrol berada di domain ini, di mana ide-ide yang dikembangkan oleh kelompok dominan melegitimasi penindasan. Domain ini menciptakan kesadaran yang terdistorsi yang membuat orang percaya bahwa penindasan adalah hal yang alami.

4. Domain Interpersonal (Interpersonal Domain):
Domain interpersonal adalah titik di mana kekuasaan termanifestasi dalam interaksi sehari-hari. Di tingkat ini, individu merasakan efek gabungan dari penindasan struktural, disipliner, dan hegemoni. Diskriminasi harian dan mikroagresi adalah contoh manifestasi dari MoD di tingkat interpersonal.

Keempat domain ini harus dianalisis secara terintegrasi. Ideologi hegemoni membenarkan pembatasan struktural, yang kemudian dikelola melalui birokrasi disipliner, dan manifestasi akhirnya dialami pada tingkat interpersonal. Collins menyajikan model sosiologis yang sepenuhnya terintegrasi untuk menjelaskan bagaimana penindasan diorganisir, bukan sekadar dirasakan.

Bagian V: Strategi Pemberdayaan dan Transformasi Sosial

5.1 Dari Kesadaran ke Aksi Kolektif

Collins menekankan bahwa tujuan BFT melampaui sekadar kelangsungan hidup atau penyesuaian diri; tujuannya adalah kepemilikan dan akuntabilitas terhadap dunia yang sedang dibentuk. BFT menunjukkan bahwa, betapapun suramnya situasi, selalu ada pilihan dan kekuatan untuk bertindak. Collins mendorong mereka yang menghadapi dominasi untuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman hidup sebagai alat untuk menavigasi dan menantang struktur opresif.

Meskipun pemberdayaan pribadi—menciptakan kesadaran kritis—adalah kunci, Collins secara eksplisit menyatakan bahwa hanya aksi kolektif yang dapat secara efektif menghasilkan transformasi sosial yang langgeng pada institusi politik dan ekonomi. Perubahan yang berkelanjutan membutuhkan kerja sama kolektif dan pembangunan kesadaran melintasi garis kelas.

5.2 Strategi Pemberdayaan yang Ditargetkan

Untuk mencapai transformasi sosial, Collins mengusulkan strategi resistensi yang secara eksplisit menargetkan masing-masing dari empat domain kekuasaan Matriks Dominasi:
1. Melawan Domain Struktural:
Strategi pemberdayaan di sini adalah transformasi institusi sosial. Ini membutuhkan penolakan terhadap retorika netralitas gender atau colorblind dan sebaliknya, menuntut pengakuan eksplisit tentang bagaimana sistem menghasilkan hasil yang berbeda berdasarkan status sosial seseorang. Transformasi struktural menuntut perubahan undang-undang dan kebijakan yang mendasar.

2. Melawan Domain Disipliner:
Resistensi terhadap praktik pengelolaan dan pengendalian harus muncul dari dalam organisasi itu sendiri. Hal ini melibatkan penantangan terhadap protokol birokrasi yang merasionalisasi dan menyembunyikan penindasan.

3. Melawan Domain Hegemonik:
Pemberdayaan terjadi melalui penegasan definisi diri yang tegas dan penciptaan kesadaran kritis yang dinamis. Strategi ini melibatkan generasi ide-ide yang secara aktif menginspirasi ketidakpercayaan dan pembongkaran ideologi rasis dan seksis tentang keperempuanan kulit hitam.

4. Melawan Domain Interpersonal:
Pemberdayaan dalam domain ini melibatkan tindakan sadar untuk mengubah hubungan sehari-hari. Ini memerlukan pengadopsian imajinasi sosiologis yang memberdayakan individu, memastikan bahwa pengetahuan digunakan untuk mengangkat kelompok marginal, bukan untuk mengeksploitasi, mengkomodifikasi, atau mengobjektifikasi mereka.

Collins mendefinisikan pemberdayaan bukan sebagai titik akhir, melainkan sebagai proses yang menuntut intervensi simultan di semua domain. Kegagalan untuk menantang ideologi hegemoni, misalnya, akan memungkinkan citra pengontrol untuk terus menopang dan membenarkan pembatasan struktural dan birokratis.

Bagian VI: Kesimpulan: Warisan Abadi dan Relevansi BFT

Karya Patricia Hill Collins, Black Feminist Thought, adalah kontribusi penting bagi teori sosial dengan menciptakan kerangka kerja terpadu untuk memahami hubungan antara ras, kelas, dan gender. Collins berhasil mengubah konsep penindasan yang saling mengunci dari deskripsi pengalaman menjadi alat analitis sosiologis yang disebut Matriks Dominasi.

Kontribusi kuncinya adalah integrasi tiga pilar yang saling mendukung: Epistemologi Feminis Afro-sentris melegitimasi pengetahuan berbasis pengalaman dan komunitas; analisis Kesadaran Kritis mengidentifikasi senjata ideologis utama penindasan (Citra Pengontrol); dan Matriks Dominasi menyediakan pemetaan organisasi kekuasaan di tingkat struktural, disipliner, hegemoni, dan interpersonal.

BFT dan MoD memiliki relevansi yang tak lekang oleh waktu dalam menganalisis ketidaksetaraan kontemporer, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi secara global. Prinsip bahwa investigasi penindasan pada satu kelompok dapat mengungkapkan proses dominasi yang lebih universal memastikan bahwa BFT terus memberdayakan kelompok subordinat, tanpa memandang sumbu dominasi (ras, usia, orientasi seksual, atau etnis). Dengan menyediakan strategi perlawanan yang ditargetkan di setiap domain kekuasaan, Collins memberikan cetak biru yang kokoh untuk perubahan, menekankan bahwa transformasi sosial yang berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui tindakan kolektif dan pengembangan kesadaran kritis yang dinamis.

Referensi:

5 Controlling Images that Affect Black Women - Blackfeminisms.com. (2025). Blackfeminisms. Diakses 12 Desember 2025, dari https://blackfeminisms.com/controlling-images/

Black feminism - Wikipedia. (2025). Wikipedia. Diakses 12 Desember 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Black_feminism

Black Feminist Thought: Black women's emerging power as agents of knowledge - CUNY Academic Works. (2025). CUNY Academic Works. Diakses 12 Desember 2025, dari https://academicworks.cuny.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1077&context=bm_oers

Black Feminist Thought: Knowledge, Consciousness, and the Politics of Empowerment. (2025). Harvard Kennedy School Library. Diakses 12 Desember 2025, dari https://www.hks.harvard.edu/faculty-research/library-research-services/collections/diversity-inclusion-belonging/black-feminist

Black Feminist Thought: Knowledge, Consciousness, and the Politics of Empowerment. (2025). Google Books. Diakses 12 Desember 2025, dari https://books.google.com/books/about/Black_Feminist_Thought.html?id=cdtYsU3zR14C

Collins, P. H. (2022). Black feminist thought: 30th anniversary edition. Routledge.

Challenging controlling images, oppression, poverty and other structural constraints: Survival strategies among African American women in distressed households - PubMed Central. (2025). PubMed Central. Diakses 12 Desember 2025, dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3613152/

Collins, Patricia Hill. Black Feminist Thought in the Matrix of Domination. (2025). Hartford Web Publishing. Diakses 12 Desember 2025, dari http://www.hartford-hwp.com/archives/45a/252.html

Collins, Patricia Hill. “Defining Black Feminist Thought.” (2025). Old Capitol Books. Diakses 12 Desember 2025, dari https://oldcapitolbooks.com/wp-content/uploads/2019/04/patricia-hill-collins-defining-black-feminist-thought.pdf

Critiques of mainstream feminism | History of Black Women in America Class Notes. (2025). Fiveable. Diakses 12 Desember 2025, dari https://fiveable.me/history-black-women-in-america/unit-6/critiques-mainstream-feminism/study-guide/DwyaH2VwLjzgTRQp

Learning from the Outsider Within: The Sociological Significance of Black Feminist Thought. (2025). Oxford Academic. Diakses 12 Desember 2025, dari https://academic.oup.com/socpro/article-pdf/33/6/s14/4565137/socpro33-0s14.pdf

“Mammies, Matriarchs, and other Controlling Images” Chapter 4 Black Feminist Thought. (2025). Boston University. Diakses 12 Desember 2025, dari https://www.bu.edu/shaw/files/2020/12/Mammes-Matriarchs-and-other-Controlling-Images_Chapter-4-Black-Femminist-Though.pdf

Matrix of domination - Wikipedia. (2025). Wikipedia. Diakses 12 Desember 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Matrix_of_domination

Matrix of Domination | Research Starters - EBSCO. (2025). EBSCO. Diakses 12 Desember 2025, dari https://www.ebsco.com/research-starters/political-science/matrix-domination

The Matrix of Domination and the Four Domains of Power. (2025). Blackfeminisms. Diakses 12 Desember 2025, dari https://blackfeminisms.com/matrix/

The Social Construction of Black Feminist Thought - Institute for Advanced Study. (2025). Institute for Advanced Study. Diakses 12 Desember 2025, dari https://www.ias.edu/sites/default/files/sss/pdfs/Crisis-and-Critique-2018-19/collins_black_feminism.pdf

Toward an Afrocentric Feminist Epistemology - World Wide Web. (2025). Woldww.net. Diakses 12 Desember 2025, dari https://www.woldww.net/classes/Principles_of_Inquiry/Collins-AfrocFemEpistemology+.htm

What is the Matrix of Domination? - Agents of Change. (2025). Agents of Change. Diakses 12 Desember 2025, dari https://agentsofchangeprep.com/blog/what-is-the-matrix-of-domination/

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment