Analisis Frame Analysis Erving Goffman (1974): Struktur Realitas, Transformasi Pengalaman, dan Warisan Teoretis

Table of Contents

Frame Analysis: An Essay on the Organization of Experience Erving Goffman
Bagian I: Konteks Teoretis, Epistemologi, dan Definisi Dasar

1.1. Latar Belakang Intelektual dan Posisi Karya

Frame Analysis: An Essay on the Organization of Experience, yang diterbitkan pada tahun 1974, merupakan salah satu karya akhir dan paling ambisius dari sosiolog terkemuka Erving Goffman. Karya ini memiliki status yang agak berbeda dalam keseluruhan oeuvre Goffman dibandingkan dengan buku-bukunya yang lebih terkenal yang berfokus pada interaksi mikro, seperti The Presentation of Self in Everyday Life (1959) dan Interaction Ritual (1967).

Secara intelektual, Frame Analysis menandai pergeseran atau perluasan dalam fokus Goffman. Jika karya sebelumnya menekankan interaksi simbolik, ritual, dan manajemen kesan, Frame Analysis bertujuan untuk menyediakan infrastruktur struktural yang mendasari fenomena-fenomena tersebut. Proyek epistemologisnya adalah menjelaskan struktur organisasi, persepsi, dan kategorisasi yang menjadi fondasi tindakan manusia. Goffman membangun model yang sangat sistematis—yang sering digambarkan sebagai model "gramatikal"—yang mengupas bagaimana individu memahami dan memberi makna pada pengalaman mereka sehari-hari.

Goffman mengambil pendekatan induktif dalam menyusun buku ini, merumuskan pola-pola interpretif yang dapat menjelaskan perilaku yang diamati di berbagai latar dan konteks sosial. Metode analitis yang diusulkannya adalah untuk membaca potongan-potongan perilaku sosial yang dapat diidentifikasi, atau yang ia sebut sebagai strips, guna mengungkap frame-frame yang digunakan partisipan untuk memaknai perilaku tersebut. Dengan demikian, Goffman berupaya memahami mekanisme mendasar yang memungkinkan realitas sosial didefinisikan secara kultural.

1.2. Tesis Sentral: Frame sebagai Organisasi Pengalaman

Tesis sentral Frame Analysis adalah bahwa pengalaman manusia tidak diterima secara mentah-mentah, melainkan diatur dan disaring melalui "frame." Konsep frame adalah konsep abstraktif yang merujuk pada prinsip-prinsip organisasi yang mengatur peristiwa, terutama peristiwa sosial, dan bagaimana individu terlibat secara subjektif di dalamnya. Frame dapat dipahami sebagai definisi realitas yang ditentukan secara kultural (culturally determined definitions of reality) yang memungkinkan manusia membangun, mengorganisasi, dan membedakan antara semua kemungkinan makna pengalaman dalam situasi tertentu.

Frame berfungsi sebagai lensa kognitif-sosial. Mereka menyediakan "aturan dan prinsip" yang memandu pemahaman seseorang terhadap makna peristiwa yang dialami. Pertanyaan fundamental yang diajukan oleh frame adalah: "Apa yang sedang terjadi di sini?". Jawaban terhadap pertanyaan ini, menurut Goffman, hampir selalu merujuk pada frame yang sedang digunakan.

Karya ini dapat dilihat sebagai upaya Goffman untuk memetakan "perangkat keras" kognitif-sosial yang diperlukan untuk membangun interaksi sosial. Frame merupakan infrastruktur yang stabil di mana interaksi ritual, manajemen kesan, dan tatanan interaksi Goffman yang lain dapat berlangsung. Tanpa adanya struktur interpretasi yang stabil—yang disajikan oleh frame—perilaku sosial akan menjadi tidak koheren dan tak terduga.

Bagian II: Struktur Realitas Literal: Kerangka Utama (Primary Frameworks)

Inti dari Frame Analysis terletak pada konsep Kerangka Utama (Primary Frameworks). Goffman mendefinisikan Kerangka Utama sebagai skema interpretatif yang memungkinkan penggunanya untuk menempatkan, mempersepsi, mengidentifikasi, dan memberi label pada sejumlah besar kejadian yang didefinisikan dalam terminologinya. Kerangka ini dianggap primer karena secara mendasar diterima begitu saja (taken for granted) oleh penggunanya, dan kegunaannya sebagai kerangka tidak bergantung pada kerangka-kerangka lain.

Goffman menyatakan bahwa terdapat dua perbedaan fungsional yang mendasar dalam Kerangka Utama yang membantu individu menafsirkan data pengalaman mereka agar dapat dipahami dalam konteks sosial yang lebih luas. Kedua kerangka ini membedakan sumber kausalitas peristiwa di dunia.

2.1. Diferensiasi Kausalitas: Kerangka Alamiah (Natural Frame)

Kerangka Alamiah mengidentifikasi peristiwa sebagai kejadian fisik yang tidak terarah (undirected), tanpa orientasi, tanpa animasi, tidak terpandu, dan "murni fisik". Peristiwa dalam kerangka ini dilihat sebagai hasil dari hukum alam, seperti fisika, kimia, dan biologi.

Dalam Kerangka Alamiah, peran dan aturan untuk perilaku yang berlaku bersifat deskriptif. Aturan-aturan ini hanya menjelaskan proses yang terjadi secara lebih kurang tak terhindarkan. Contoh faktual dari peristiwa yang diatur oleh Kerangka Alamiah meliputi cuaca, bencana alam, proses biopisik tak terduga dalam tubuh (misalnya, cedera akibat terpeleset), atau reaksi kimia yang terjadi tanpa intervensi sadar agen. Kerangka ini secara esensial melepaskan agen dari tanggung jawab moral karena kejadiannya bersifat impersonal dan mekanistik.

2.2. Kerangka Sosial (Social Frame): Perbuatan Terpandu (Guided Doings)

Sebaliknya, Kerangka Sosial memandang peristiwa sebagai kejadian yang didorong secara sosial (socially driven). Peristiwa dalam kerangka ini diatribusikan pada kehendak, tujuan, dan pilihan agen cerdas (sapient participants). Ini adalah "perbuatan terpandu" (guided doings) yang memiliki makna intensional.

Dalam Kerangka Sosial, peran dan aturan bersifat deskriptif dan preskriptif. Artinya, tidak hanya menjelaskan bagaimana orang bertindak, tetapi juga bagaimana orang seharusnya bertindak, dan pelanggaran terhadap aturan ini mengarah pada atribusi kesalahan atau sanksi sosial. Contoh faktual Kerangka Sosial mencakup ritual keagamaan, negosiasi bisnis, keputusan strategis, atau mengikuti norma lalu lintas; semua tindakan ini melibatkan pilihan dan akuntabilitas. Kerangka inilah yang menjadi basis bagi sistem etika, hukum, dan penghargaan sosial.

2.3. Tegangan Framing: Konflik atas Realitas dan Sumber Daya

Diferensiasi Goffman antara Kerangka Alamiah dan Sosial bukanlah sekadar klasifikasi akademis, melainkan titik awal untuk analisisnya mengenai konflik sosial dan etika. Terdapat ketegangan inheren di mana partisipasi dalam satu frame (misalnya, melihat manusia sebagai agen yang membuat pilihan) sering kali tampak saling eksklusif dengan partisipasi dalam frame lain (melihat manusia sebagai fenomena biofisik yang tak berdaya).

Perselisihan sosial fundamental seringkali adalah perselisihan mengenai atribusi kausalitas: apakah "apa yang terjadi di sini" adalah sesuatu yang terjadi pada kita (Alamiah, tanpa kesalahan) atau sesuatu yang kita lakukan (Sosial, dengan akuntabilitas). Keputusan framing ini secara fundamental menentukan siapa yang disalahkan, siapa yang bertanggung jawab, dan siapa yang berhak mendapatkan dukungan atau sumber daya.

Studi Kasus Faktual: Malingering dan Medikalisasi

Goffman menyoroti malingering (berpura-pura sakit) sebagai contoh klasik dari perebutan frame yang memperebutkan realitas. Individu yang malingering berusaha memaksakan Kerangka Alamiah (bahwa mereka sakit, sebagai kondisi tak terhindarkan) pada perilaku yang sebenarnya jatuh dalam Kerangka Sosial (sebagai pilihan untuk menghindari kewajiban, seperti sekolah atau pekerjaan). Pihak-pihak yang terlibat (orang tua, pendidik, dokter) akan diuntungkan atau dirugikan tergantung pada frame mana yang berhasil ditegakkan.

Implikasi klinis dari tegangan framing ini terlihat dalam trend medikalisasi psikopatologi. Penerapan Kerangka Alamiah (kerangka biomedis, yang memperlakukan psikopatologi sebagai "penyakit" atau fenomena biopisik) telah membantu alokasi sumber daya masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan mental, sebuah distribusi yang mungkin terhambat jika masalah tersebut tetap berada dalam Kerangka Sosial yang menyalahkan individu sebagai agen yang gagal membuat pilihan yang tepat.

Table I: Kerangka Utama (Primary Frameworks) dan Implikasi Sosial

Table Kerangka Utama (Primary Frameworks) dan Implikasi Sosial

Bagian III: Dinamika Frame: Keying (Penguncian) dan Fabrication (Fabrikasi)

Kerangka yang ditetapkan tidak bersifat statis. Goffman menjelaskan bahwa frame tunduk pada pengerjaan ulang (reworking) saat individu bergerak antara konteks interpretasi yang berbeda. Proses transformasi ini menghasilkan Kerangka Sekunder atau Turunan, yang mengorganisasi pengalaman untuk menciptakan bentuk realitas tersendiri. Goffman mengidentifikasi dua mekanisme utama yang memungkinkan pergerakan dan transformasi frame ini: Keying dan Fabrication.

3.1. Keying (Penguncian): Transformasi Kreatif yang Transparan

Keying didefinisikan sebagai aktivitas yang sudah memiliki makna dalam Kerangka Utama, tetapi kemudian ditransformasikan menjadi sesuatu yang berpola pada aktivitas aslinya, namun dipahami secara eksplisit sebagai sesuatu yang lain. Keying melibatkan pergeseran kode yang terbuka (open code shift).

Ini adalah proses yang relatif kreatif dan transparan. Kunci Keying adalah bahwa semua partisipan sadar bahwa realitas yang mereka alami adalah turunan, sebuah simulasi, atau modifikasi dari realitas literal yang mendasarinya. Keying mengandalkan "persetujuan kerja" (working consensus) di antara partisipan untuk menerima transformasi makna ini.

Contoh Keying mencakup berbagai kegiatan sosial yang terstruktur:
1. Olahraga dan Permainan: Permainan seperti sepak bola atau catur mengambil pola dasar konflik atau agresi (Kerangka Sosial primer) tetapi mengubah maknanya menjadi rekreasi, sportivitas, dan hiburan. Meskipun ada agresi fisik, dalam Keying frame olahraga, itu diterima sebagai bagian dari aturan yang disepakati.
2. Make Believe/Lakon: Pementasan teater adalah contoh Keying di mana aktor terlibat dalam aktivitas yang meniru kehidupan nyata (berbicara, bergerak, berinteraksi), tetapi semua pihak (aktor dan audiens) tahu bahwa tindakan tersebut telah dikunci dan ditransformasikan menjadi fiksi.
3. Latihan (Practice) dan Ritual: Latihan militer atau gladi bersih menggunakan pola tindakan nyata (misalnya, menembak atau operasi bedah) tetapi mengubah tujuan dasarnya menjadi eksperimen atau praktik, bukan hasil yang literal.

3.2. Fabrication (Fabrikasi): Transformasi Deceptif dan Manipulasi

Fabrication, di sisi lain, didasarkan pada penipuan (deceit). Fabrication terjadi ketika pergeseran kode makna tersembunyi, dan satu atau lebih pihak yang terlibat tidak menyadari bahwa telah terjadi transformasi frame.

Tujuan Fabrication adalah untuk memanipulasi pemahaman partisipan yang tidak tahu, sehingga mereka salah mengorientasikan diri mereka sendiri terhadap dunia. Tidak seperti Keying yang merupakan pelanggaran aturan yang disepakati dalam bingkai (misalnya, pelanggaran dalam permainan), Fabrication adalah pelanggaran terhadap konsensus tentang apa yang sedang terjadi di tempat pertama.

Contoh Faktual Fabrication:

1. Penipuan dan Manajemen Kesan Manipulatif: Fabrication sering terkait dengan praktik penipuan yang disengaja dalam interaksi sosial, termasuk manajemen kesan yang bertujuan untuk menyesatkan atau penipuan yang disengaja dalam hubungan personal. Ini adalah upaya aktif individu untuk bekerja melawan kapasitasnya sendiri untuk framing yang efektif atau menghalangi orang lain untuk berorientasi secara realistis terhadap dunia.
2. Mimpi: Goffman menganalisis mimpi sebagai bentuk fabrikasi internal. Meskipun mimpi terasa nyata bagi si pemimpi, ia adalah "realitas" yang diproduksi secara kognitif yang tidak diakui sebagai realitas literal yang sedang dialami.
3. Misinformasi: Dalam konteks yang lebih luas, Fabrication mencakup manipulasi naratif di mana informasi disajikan sedemikian rupa untuk menciptakan frame yang salah, yang kini menjadi tantangan besar seiring dengan meluasnya misinformation.

Pembeda antara Keying dan Fabrication sangat penting. Keying adalah mekanisme yang memungkinkan kebebasan budaya dan ritual yang sah, didukung oleh kesadaran bersama. Fabrication, sebaliknya, merupakan pelanggaran yang secara aktif merusak tatanan interaksi dan konsensus kerja, menjadikannya masalah moral dan sosial yang substansial.

Table II: Mekanisme Transformasi Frame: Keying vs. Fabrication

Table Mekanisme Transformasi Frame: Keying vs. Fabrication

Bagian IV: Warisan Intelektual dan Conceptual Drift dalam Ilmu Sosial

Dampak Frame Analysis melampaui sosiologi interaksional dan telah menyebar luas ke spektrum ilmu sosial, terutama dalam studi komunikasi, politik, dan ekonomi. Kontribusi Goffman memberikan kosakata dan kerangka kerja untuk menganalisis bagaimana informasi dikontekstualisasikan.

4.1. Frame Analysis dan Ilmu Komunikasi

Dalam studi komunikasi dan media, teori framing telah menjadi salah satu pendekatan teoritis utama. Konsep framing di sini terkait erat dengan tradisi agenda setting, namun memperluas cakupan penelitian. Jika agenda setting tingkat pertama memberi tahu audiens apa yang harus dipikirkan (topik), teori framing (sering disebut agenda setting tingkat kedua) berfokus pada esensi masalah dan memberi tahu audiens bagaimana memikirkan isu tersebut.

Media menggunakan frame sebagai abstraksi untuk mengorganisasi dan menstruktur makna pesan. Frame memengaruhi persepsi audiens dan dapat memandu mereka menuju kesimpulan yang disukai, seringkali dengan menyoroti aspek realitas tertentu sambil menyembunyikan aspek lainnya. Contoh teknik framing yang digunakan secara sadar meliputi penggunaan metafora, cerita, jargon, slogan, dan kontras.

Contoh Faktual Framing Politik

Penerapan framing dalam politik sangat menonjol. Analisis pesan kampanye dapat menunjukkan bahwa pembingkaian isu, seperti layanan kesehatan, sebagai "krisis" versus "peluang" akan memicu respons emosional dan elektoral yang berbeda dari pemilih. Selain itu, menekankan rencana ekonomi seorang kandidat dapat menarik pemilih yang peduli terhadap stabilitas finansial, sementara menyoroti cerita pribadi dapat beresonansi dengan mereka yang mencari otentisitas. Frame media yang simpatik terhadap protes dapat mendorong empati, sementara fokus pada kekerasan dapat memicu ketakutan.

4.2. Dampak Lintas Disiplin

Kerangka analisis Goffman memiliki aplikabilitas yang luar biasa luas:

  • Ekonomi Perilaku dan Psikologi Sosial: Penelitian Daniel Kahneman dan Amos Tversky, yang memenangkan Hadiah Nobel, menemukan dasar konseptual dalam ide Goffman, khususnya mengenai bagaimana pembingkaian masalah memengaruhi pengambilan keputusan.
  • Gerakan Sosial: Konsep framing diadopsi dan digunakan untuk menjelaskan proses di balik gerakan sosial, mentransformasi metode etnografi umum Goffman menjadi alat yang lebih spesifik untuk memahami dinamika gerakan aktivis.
  • Studi Khusus: Kerangka konseptual ini telah digunakan untuk menganalisis fenomena yang sangat berbeda, termasuk kecelakaan pejalan kaki, ketenangan di arsip akademis, penipuan dalam hubungan, analisis pornografi, hingga wacana senjata nuklir ("bomb talk")—semuanya karena fleksibilitas kerangka tersebut dalam mengorganisasi persepsi pengalaman.

4.3. Conceptual Drift: Kontradiksi Intensionalitas

Meskipun aplikasinya luas, sebagian besar penelitian framing modern telah mengalami pergeseran konseptual (conceptual drift) yang menjauh dari formulasi asli Goffman. Perbedaan mendasar terletak pada peran intensionalitas.

Goffman pada dasarnya melihat frame sebagai struktur organisasi yang melekat pada peristiwa dan kognisi. Frame adalah infrastruktur yang menentukan makna, seringkali tanpa disadari oleh aktor yang menggunakannya.

Sebaliknya, sebagian besar penelitian framing dalam komunikasi dan ilmu politik kontemporer, terutama yang berkaitan dengan media dan politik, cenderung melihat framing sebagai alat retoris yang sengaja dipilih dan digunakan oleh aktor komunikasi untuk memengaruhi audiens. Pergeseran fokus dari "organisasi pengalaman" (Goffman) menjadi "strategi komunikasi sadar" (aplikasi modern) berarti konsep tersebut telah direduksi dari teori sosiologis fundamental menjadi metodologi retoris. Meskipun aplikasinya dalam mendeteksi misinformasi dan propaganda sangat relevan, pergeseran ini mengabaikan komitmen Goffman terhadap sifat struktural frame yang non-psikologis.

Bagian V: Evaluasi Kritis dan Pembelaan Teoretis Goffman

5.1. Kontroversi Strukturalis-Interaksionis

Saat publikasinya, Frame Analysis memicu kontroversi yang mengejutkan bagi seorang peneliti sekelas Goffman. Debat ini pada dasarnya berpusat pada pertanyaan mengenai pilihan teoretis: fokus pada tindakan individu (interaksionisme) versus fokus pada struktur yang mendasari tindakan tersebut (strukturalisme).

Kritik yang paling menonjol datang dari Norman K. Denzin dan Charles M. Keller, yang melontarkan serangan radikal terhadap buku tersebut. Mereka menuduh Goffman beralih menjadi terlalu "strukturalis" dan tidak memadai secara "interaksionis". Menurut Denzin dan Keller, Frame Analysis mengabaikan interaksi, subjektivitas, dan peran diri (self). Mereka menyatakan bahwa:

  • Frame-frame yang diusulkan Goffman adalah "bentuk beku" (frozen forms).
  • Konsep realitasnya kabur dan ilusi.
  • Transformasinya tidak memiliki proses atau penyebab di baliknya.
  • Aktor Goffman hanyalah monads (unit tunggal) yang melihat dunia dengan satu frame, dan "tidak ada interaksi dalam Frame Analysis".

Kritikus juga berpendapat bahwa Goffman terlalu cepat mengesampingkan Kerangka Utama demi Kerangka Turunan (termasuk kerangka teater), yang mereka anggap sebagai "aspek perifer dari pengalaman sehari-hari". Mereka melihat karya ini sebagai pengkhianatan terhadap paradigma interpretif yang diwarisi dari pemikir seperti Mead dan Weber.

5.2. Respon dan Klarifikasi Teoretis Goffman

Goffman, yang biasanya enggan terlibat dalam kontroversi, menerbitkan tanggapan yang tegas dan rinci, menunjukkan betapa pentingnya ia memandang Frame Analysis sebagai pencapaian teoretis. Ia menyatakan, "Sangat sedikit yang saya setujui dalam esai D&K dan tidak ada yang saya anggap berjasa".

Poin kunci pembelaan Goffman adalah penolakannya untuk disamakan dengan strukturalisme gaya Prancis. Ia mengklarifikasi bahwa orientasinya pada analisis bentuk dan transformasi berasal dari analisis tradisional sistem kekerabatan dan teori bentuk.

Yang paling penting, Goffman memperjelas perbedaan antara pandangannya dan pandangan psikologis tentang framing (misalnya, Bateson). Goffman menegaskan bahwa Bateson mengidentifikasi framing sebagai proses psikologis, sedangkan ia melihat frame melekat dalam organisasi peristiwa dan kognisi (inhering in the organization of events and cognition). Dengan ini, Goffman mempertahankan komitmen sosiologisnya: frame adalah struktur objektif yang mengatur realitas, bukan sekadar filter subjektif atau niat psikologis aktor.

Respons Goffman ini berfungsi sebagai sintesis teoretis. Frame Analysis adalah upaya untuk menyediakan "kode" struktural yang mengatur fenomena mikro-sosiologis yang telah ia amati sepanjang kariernya. Dengan menegaskan bahwa frame melekat pada peristiwa, ia mencari pondasi yang stabil untuk tatanan interaksi sosial yang melampaui kehendak psikologis individu, sembari menghindari determinisme strukturalisme murni.

5.3. Otokritik dan Ambiguitas Terminologis

Meskipun membela tesis sentralnya, Goffman mengakui beberapa kelemahan dalam eksekusi bukunya. Ia mengkritik, khususnya, fakta bahwa buku tersebut terlalu banyak berfokus pada fiksi dan artikel surat kabar (banyak analisis didasarkan pada laporan berita ringkasan dari San Francisco Chronicle) dan bahwa ia tidak memberikan cukup perhatian pada Kerangka Utama dan pergeseran dari satu frame ke frame lainnya. Selain itu, ia mengakui adanya ambiguitas terminologis dalam beberapa konsep yang digunakan.

Table III: Warisan Framing: Goffman vs. Aplikasi Modern

Table Warisan Framing: Goffman vs. Aplikasi Modern

Kesimpulan: Relevansi Abadi Frame Analysis

Frame Analysis: An Essay on the Organization of Experience karya Erving Goffman adalah karya seminal yang menempatkan sosiologi pada persimpangan epistemologi dan kognisi sosial. Buku ini adalah studi induktif yang mendalam tentang bagaimana manusia mengorganisasi realitas yang mereka alami.

Goffman berhasil menyediakan kerangka kerja sistematis untuk menjelaskan cara kita mendefinisikan realitas literal melalui Kerangka Utama (Alamiah dan Sosial), yang membedakan antara kausalitas impersonal dan kausalitas intensional. Perbedaan ini, seperti yang ditunjukkan dalam kasus malingering dan medikalisasi, bukan hanya perbedaan teoretis, tetapi penentu mendasar atribusi moral dan alokasi sumber daya dalam masyarakat.

Lebih lanjut, Goffman mengartikulasikan dinamika frame melalui Keying dan Fabrication. Keying memungkinkan pelibatan budaya dalam fiksi dan ritual yang sah, didasarkan pada konsensus bersama, sementara Fabrication berfungsi sebagai konsep utama untuk memahami penipuan dan manipulasi—sebuah konsep yang relevansinya semakin meningkat dalam konteks disinformasi digital saat ini.

Meskipun kontroversi yang dipicu oleh kritik Denzin dan Keller menuduh Goffman bergerak terlalu jauh ke ranah strukturalisme, tanggapan Goffman menegaskan bahwa frame harus dilihat sebagai struktur yang melekat pada peristiwa itu sendiri. Ini menegaskan bahwa Frame Analysis adalah upaya untuk menyediakan kode tata bahasa sosiologis yang koheren bagi tatanan interaksi mikro yang telah ia jelajahi selama kariernya.

Warisan Frame Analysis bertahan bukan hanya sebagai teori sosiologis, tetapi sebagai fondasi konseptual yang memengaruhi bidang-bidang mulai dari ekonomi perilaku (Kahneman dan Tversky) hingga studi komunikasi massa. Meskipun aplikasi modern seringkali menyederhanakan frame menjadi alat retorika yang intensional—sebuah conceptual drift yang menjauh dari niat struktural Goffman—konsep-konsepnya (frame, strip, keying, fabrication) tetap menjadi alat penting bagi analis yang ingin memahami bagaimana struktur interpretasi membentuk persepsi dan perilaku manusia di dunia yang kompleks dan terkadang menipu.

Referensi:

A Behavior Analytic Translation of Erving Goffman's Frame Analysis. (2025). Digital Commons @ DU. Diakses 3 Desember 2025, dari https://digitalcommons.du.edu/capstone_masters/355/

A Behavior Analytic Translation of Erving Goffman's Frame Analysis. (2025). Digital Commons @ DU. Diakses 3 Desember 2025, dari https://digitalcommons.du.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1355&context=capstone_masters

Britannica. (2025). Frame analysis | Social Theory & Interactionism. Diakses 3 Desember 2025, dari https://www.britannica.com/topic/frame-analysis

Chi, T. (2025). A Behavior Analytic Translation of Erving Goffman's Frame Analysis. Diakses 3 Desember 2025, dari https://digitalcommons.du.edu/capstone_masters/355/

Framing analysis example in media research. (2025). Insight7. Diakses 3 Desember 2025, dari https://insight7.io/framing-analysis-example-in-media-research/

Framing and the health policy process: A scoping review. (2016). PubMed Central (PMC). Diakses 3 Desember 2025, dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4916318/

Framing Social Interaction: Continuities and Cracks in Goffman's Frame Analysis. (2025). Lund University Publications. Diakses 3 Desember 2025, dari https://lup.lub.lu.se/search/files/74985595/Framing_Social_Interaction.pdf

Framing Theory. (2025). Mass Communication Theory. Diakses 3 Desember 2025, dari https://masscommtheory.com/theory-overviews/framing-theory/

Goffman, E. (1986). Frame analysis: An essay on the organization of experience (Reprint ed.). Northeastern University Press.

Goffman Frame Analysis | PDF. (2025). Scribd. Diakses 3 Desember 2025, dari https://www.scribd.com/document/821353055/Goffman-Frame-Analysis

Goffman's primary framework. (2025). tis.so. Diakses 3 Desember 2025, dari https://tis.so/goffmans-primary-framework

Hill, D. C. (2014). Goffman & Bomb Talk. Diakses 3 Desember 2025, dari https://digitalcommons.unl.edu/context/sociologyfacpub/article/1322/viewcontent/Hill_DC_2014_Goffman___Bomb_Talk.pdf

NB Consulting. (2025). Frame Analysis. Diakses 3 Desember 2025, dari https://www.bechervaise.com/page/FrameAnalysis/

The reception of Erving Goffman's Frame Analysis in the United States. (2019). Cairn.info. Diakses 3 Desember 2025, dari https://shs.cairn.info/journal-revue-francaise-de-sociologie-2019-2-page-225?lang=en

Verdict. (2025). Framing what is true in a world of misinformation? Diakses 3 Desember 2025, dari https://www.verdict.co.uk/framing-what-is-true-in-a-world-of-misinformation/

Wikipedia. (2025). Frame analysis. Diakses 3 Desember 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Frame_analysis

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment