Sosiologi Islam Revolusioner Ali Shariati: Dialektika Tauhid, Sejarah, dan Pembebasan dalam On the Sociology of Islam
BAGIAN I: KONTEKS INTELEKTUAL DAN FONDASI METODOLOGIS
1.1. Ali Shariati: Biografi Intelektual Sang Ideolog Revolusioner
Ali Shariati Mazinani diakui sebagai seorang sosiolog, sejarawan, dan intelektual revolusioner Iran yang paling berpengaruh di abad ke-20. Latar belakang pendidikannya, yang mencakup Universitas Ferdowsi Mashhad dan gelar PhD dari Sorbonne, Paris (1963), membentuk fondasi pemikirannya yang unik. Di Paris, Shariati secara antusias mendalami filsafat dan pemikiran sosio-politik Barat, khususnya dipengaruhi oleh pemikir kritis seperti Karl Marx, Jean-Paul Sartre, Frantz Fanon, dan Louis Massignon.Karya On the Sociology of Islam muncul dari konteks pergolakan politik Iran pada era 1960-an dan 1970-an. Shariati, yang dijuluki sebagai "ideolog Revolusi Islam," menggunakan kuliah dan artikelnya untuk menyuntikkan pengaruh dinamis pada kaum muda Iran, khususnya melalui ceramah-ceramahnya di Hosseiniye Ershad, Teheran. Rezim Shah Pahlavi menganggapnya sebagai enfant terrible perifer—"Marxis Islami yang merepotkan" yang harus dibungkam. Sosiologi Shariati, yang sangat tercermin dalam karya ini, berfungsi sebagai upaya anti-kolonial untuk merumuskan kerangka ideologis yang otentik, bertujuan mengatasi stagnasi dan keterbelakangan masyarakat Muslim akibat dominasi Barat. Menggema seruan Frantz Fanon untuk "manusia baru," Shariati menyerukan "modernitas yang lebih manusiawi" yang menolak menjadi tiruan dari Eropa, Amerika Serikat, atau Uni Soviet.
Karya Shariati adalah sebuah ideologi perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang koheren, menggunakan terminologi dan konsep yang ditemukan dalam filosofi dan budaya Islam untuk menganalisis masyarakat kontemporer.
1.2. Pendekatan Metodologis: Islam sebagai Ideologi Pembebasan
Shariati memulai proyek sosiologisnya dengan kritik tajam terhadap kelemahan metodologi berpikir di tubuh umat Islam yang cenderung memisahkan agama dari realitas sosial. Ia berpendapat bahwa Islam harus dilihat dan dipahami melalui lensa ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan seperti sejarah, teologi, ekonomi, dan sosiologi, untuk merekonstruksinya menjadi ideologi yang orisinal, progresif, dan mampu membebaskan serta memberdayakan massa.Pembedaan kuncinya terletak pada penegasannya bahwa Islam adalah Ideologi (Mazhab Pemikiran dan Aksi), bukan sekadar budaya atau kumpulan ilmu. Jika Islam direduksi menjadi budaya, ia hanya menghasilkan kumpulan pemikiran teologis, historis, dan ritualistik yang terlepas dari tuntutan perubahan sosial. Sebaliknya, sebagai ideologi, Islam bertujuan mendirikan Ummah dan secara eksplisit menolak antagonisme kelas, aristokrasi, dan eksploitasi.
Shariati menolak sosiologi Barat yang menganut prinsip "ilmu untuk ilmu semata" (science for science's sake). Ia mengusulkan pendekatan Ilmu Pembimbing yang Berkomitmen pada Kebenaran (A guiding science committed to truth). Dalam pandangan ini, ilmuwan harus berkomitmen pada keyakinan setelah melakukan penelitian yang objektif, meniru misi kenabian untuk memandu masyarakat menuju keselamatan dan kemajuan.
Pendekatan sosiologis Shariati, yang mengkaji fungsi dan peran agama dalam konteks sosial sejalan dengan pemikir Barat seperti Max Weber dan Emile Durkheim, menjadi sumber pemisahan signifikan antara dirinya dan ulama tradisional. Ketika ulama cenderung memfokuskan energi pada masalah furu'iyah (cabang syariah) dan ritual, sosiologi Shariati menuntut keterlibatan sosial-politik yang radikal, yang secara mendasar menantang otoritas status quo. Dengan demikian, Shariati menciptakan kerangka kerja di mana Islam menjadi alat analisis kritis dan katalis revolusi.
BAGIAN II: KERANGKA TEOLOGI SOSIAL: TAUHID DAN ANTROPOLOGI REVOLUSIONER
2.1. Tauhid sebagai Pandangan Dunia Sosiologis (Jahan Bini)
Inti dari sosiologi Islam Shariati adalah reinterpretasi doktrin Tauhid (Keesaan Tuhan) sebagai pandangan dunia sosiologis (Jahan Bini) yang menyeluruh. Tauhid didefinisikan secara holistik sebagai kesatuan universal antara Tuhan, manusia, dan alam semesta, yang menolak segala bentuk dualitas atau dikotomi.Implikasi sosiologis dari Tauhid sangat radikal: jika Tuhan itu Esa, maka masyarakat harus mencerminkan kesatuan tersebut. Oleh karena itu, struktur sosial yang didasarkan pada Tauhid secara inheren bersifat egaliter, menuntut penghapusan diskriminasi kelas, ras, dan antagonisme. Tauhid menjamin harmoni antara tuntutan individu dan kolektif, menciptakan keseimbangan antara individualisme dan kolektivisme.
Kontradiksi utama terhadap Tauhid adalah Shirk (politeisme atau menyekutukan Tuhan). Shariati memperluas makna shirk dari sekadar penyembahan berhala teologis menjadi patologi sosial. Secara sosiologis, shirk termanifestasi sebagai sistem eksploitasi, penindasan, despotisme, dan antagonisme kelas. Dengan mengaitkan ketidakadilan sosial dengan shirk, Shariati memberikan pembenaran moral dan transenden yang kuat untuk melawan struktur kekuasaan material (seperti rezim Shah atau kapitalisme), mengubah Tauhid yang semula statis menjadi prinsip dinamis yang menuntut aksi revolusioner.
2.2. Antropologi Eksistensial: Dialektika Roh dan Tanah
Shariati menggunakan kisah penciptaan manusia untuk membangun fondasi antropologi dualistik yang vital bagi pemikiran revolusionernya. Manusia dipandang sebagai makhluk bi-dimensional, diciptakan dari dua unsur yang saling berdialektika: Ruh Ilahi (dimensi transenden) dan Tanah Liat Putrid (dimensi materi/fisik). Jarak antara dua unsur ini adalah jarak antara dua infinitas. Oleh karena itu, manusia berada dalam kondisi eksistensial sebagai "bimbang" (hesitation) atau pendulum, memiliki kebebasan memilih (free will) untuk menentukan apakah ia akan didominasi oleh Ruh atau Tanah.Tujuan akhir manusia ideal adalah menjadi Khalifah Allah (Viceregent of God) di bumi. Untuk mencapai ini, manusia harus mengalahkan tarikan unsur materi/ego, mencapai kesadaran diri (Khud-Agabi), dan mengimplementasikan Tauhid sosial.
Konsep dualisme manusia ini merupakan penolakan langsung terhadap reduksionisme Barat. Shariati mengkritik Kapitalisme dan Komunisme karena keduanya, meskipun berbeda bentuk luar, mereduksi manusia menjadi sekadar "hewan ekonomi" yang kebutuhan dasarnya harus dipenuhi. Kapitalisme memuja kapital, sementara Marxisme mereduksi seluruh realitas sosial ke dalam basis ekonomi, mengabaikan dimensi transendental manusia. Dengan menekankan potensi spiritual dan otonomi individu (individual agency), Shariati menolak determinisme historis yang kaku dan menetapkan bahwa revolusi harus bersifat transenden, bukan hanya prosedural-materialistik seperti yang digagas Marx.
Berikut adalah kerangka pandangan dunia sosiologi Islam Shariati:
Table 1: Kerangka Pandangan Dunia Sosiologi Islam Shariati
BAGIAN III: DIALEKTIKA SOSIOLOGI DAN FILSAFAT SEJARAH
3.1. Filsafat Sejarah: Dialektika Qabil dan Habil
Bagian sentral dalam sosiologi Shariati adalah filsafat sejarahnya, yang digali dari kisah Qabil (Kain) dan Habil (Habel). Kisah ini direinterpretasi sebagai fondasi bagi Dialektika Sosiologi (Dialektik-e Tarikhi), yang memandang sejarah manusia sebagai konflik dialektis yang abadi.Qabil melambangkan Kutub Mustakbirin (orang-orang sombong/penindas). Persembahannya berupa gandum mewakili tahap sejarah di mana kepemilikan pribadi telah terbentuk dan berkembang, mencerminkan manifestasi awal paham kapitalis dan eksploitasi. Qabil adalah simbol penindasan struktural.
Habil melambangkan Kutub Mustadh'afin (kaum tertindas/lemah). Persembahannya berupa unta mewakili tahap penggembalaan, di mana sistem monopoli dan kepemilikan pribadi belum ada, sebuah kondisi yang Shariati sebut sebagai "sosialisme purba". Habil adalah simbol keadilan yang selalu ditindas.
Menurut Shariati, sejarah adalah arena pertarungan antara dua ideologi yang terwujud dalam dua kelas sosial ini. Ini bukan semata-mata konflik kelas materialistik seperti Marxisme, melainkan pertarungan ontologis antara ideologi yang didasarkan pada Tauhid (keadilan) melawan ideologi yang didasarkan pada Shirk (eksploitasi). Dengan kerangka ini, Shariati berhasil menjembatani analisis kelas sosialis dengan kerangka spiritual Islam, memberikan basis analisis yang kuat bagi gerakan revolusioner.
3.2. Kritik Terhadap Marxisme dan Kapitalisme
Ali Shariati menempatkan Islam sebagai mazhab pertengahan yang menawarkan alternatif ketiga terhadap komunisme dan kapitalisme. Ia dikenal karena kemampuannya untuk "meng-Islamkan Sosialisme dan mensosialisasikan Islam", sebuah sintesis yang berani.Kritik terhadap Marxisme: Meskipun Shariati sangat dipengaruhi oleh Marx dan mengadopsi konsep seperti dialektika sejarah, ia secara tegas menolak fondasi Marxisme—materialisme dan atheisme. Ia mengkritik Marxisme sebagai 'ideologi tanpa jiwa' (soulless ideology) karena mengabaikan dimensi transendental dan spiritual manusia. Shariati berpendapat bahwa revolusi Islam didorong oleh kesadaran kritis dan agama, bukan semata-mata oleh determinisme basis ekonomi.
Kritik terhadap Kapitalisme: Shariati melihat liberalisme Barat dengan sistem kapitalisnya sebagai "racun berbisa bagi kemanusiaan". Dalam sistem ini, kapital menjadi kriteria nilai, dan kerja—manifestasi tertinggi kemanusiaan—diletakkan di bawah kekuasaan kapital, menghasilkan alienasi.
Tawaran Sosialisme Humanis: Shariati mengusulkan visi yang disebut "Sosialisme Humanis," yang mengkritik sosialisme negara yang memuja negara atau partai. Baginya, sosialisme Islam harus melengkapi kebebasan dan keadilan sosial dengan spiritualitas modern. Shariati menggunakan kekuatan analitis Marxisme untuk menghidupkan kembali teks-teks Islam, memastikan bahwa gerakan pembebasan memiliki dasar spiritual yang kokoh yang tidak dapat direduksi menjadi faktor-faktor material belaka.
Tabel 2: Perbandingan Dialektika Sejarah: Shariati vs. Marxisme
BAGIAN IV: UMMAH, REVOLUSI, DAN KRITIK TERHADAP STAGNATION
4.1. Visi Masyarakat Ideal: Ummah dan Imamah
Visi sosiologis Shariati berpuncak pada konsep Ummah sebagai masyarakat ideal, yaitu komunitas Tauhid yang bergerak kolektif menuju tujuan yang sama. Konsep Ummah ini melampaui konsep negara-bangsa modern, karena ia adalah manifestasi misi Islam untuk membangun tatanan sosial yang adil dan menolak sistem kelas, aristokrasi, dan despotisme.Terkait dengan kepemimpinan, konsep Imamah adalah super-struktur kepemimpinan yang ideal dalam Ummah. Imamah menyerukan penolakan terhadap despotisme, kekuasaan individu, oligarki, atau kediktatoran keluarga/kelas. Secara teoritis, Shariati menolak metode tradisional pemilihan/pengangkatan kepemimpinan (termasuk pemilihan demokratis ala Barat) jika kekuasaan itu diberikan "dari atas," menekankan bahwa legitimasi ideal harus berasal dari rasionalitas publik dan kehendak kolektif rakyat.
4.2. Teologi Pembebasan dan Perjuangan Mustadh'afin
Seluruh sosiologi Shariati berfungsi sebagai Teologi Pembebasan, yang secara eksplisit memosisikan Islam sebagai ideologi emansipatif yang berpihak kepada kaum tertindas (mustadh'afin). Ia mengutuk keras bentuk Islam yang telah menyimpang menjadi "agama orang mati" (religion of the dead). Bentuk penyimpangan ini hanya berfokus pada ritual, doa, dan masalah akhirat, mengabaikan diskriminasi dan eksploitasi di dunia nyata. Agama yang pasif dan kental dengan status quo ini sangat disukai oleh penguasa zalim untuk menjaga kekuasaan mereka tetap aman. Shariati menuntut agar Islam sejati kembali aktif menciptakan keadilan sosial dan kepedulian terhadap kelompok yang lemah dan tertindas.4.3. Analisis Sosiologi Politik Syiah: Syiah Merah vs. Syiah Hitam
Salah satu instrumen analisis sosiologi politik Shariati yang paling berpengaruh adalah dikotomi Syiah Merah dan Syiah Hitam. Ini adalah alat sosiologis untuk mengkritik dan mencabut legitimasi rezim politik dan keagamaan yang berkuasa.Syiah Merah (Alawi Shi'ism / Syiah Kesyahidan): Ini adalah bentuk Islam Syiah yang murni, revolusioner, dan berorientasi pada aksi. Ia berfokus pada keadilan sosial, menolak ritual penyembahan berhala, dan menentang ulama mapan. Syiah Merah adalah ideologi kesyahidan (Shahadat) yang menuntut perjuangan tanpa henti.
Syiah Hitam (Safavid Shi'ism / Syiah Konservatif): Ini adalah bentuk agama yang menyimpang, yang didominasi oleh monarki (sejak era Safawi) dan ulama mapan. Syiah Hitam bersifat konservatif, menekankan ritual dan filantropi pasif, dan berfungsi sebagai Din-i Dewlati (agama negara) yang secara organik terhubung dengan kemewahan kekuasaan dan mendukung status quo.
Dengan menciptakan dikotomi ini, Shariati berhasil memobilisasi energi spiritual Syiah (seperti tradisi Kesyahidan Husain) menjadi energi politik revolusioner yang menggerakkan massa.
Tabel 3: Dualitas Syi'ah dalam Analisis Sosiologi Politik Shariati
4.4. Agen Perubahan: Peran Raushan Fikr (Intelektual Tercerahkan)
Dalam kerangka revolusi Shariati, transformasi masyarakat memerlukan agen. Agen ini adalah Raushan Fikr atau intelektual tercerahkan. Raushan Fikr didefinisikan sebagai ilmuwan yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab moral untuk menghasilkan lompatan besar dalam ilmu pengetahuan. Mereka harus memiliki karakter anti-status quo, anti-konsumeristik, dan memimpin gerakan untuk mengubah kebuntuan filosofis.Shariati memposisikan Raushan Fikr untuk mengisi kekosongan kepemimpinan yang ditinggalkan oleh ulama tradisional yang dianggap telah gagal atau "menjual agama mereka kepada kelas penguasa". Tugas mereka adalah memobilisasi massa (mustadh'afin) dan menyebarkan ideologi pembebasan.
BAGIAN V: LEGASI DAN TINJAUAN KRITIS ATAS SOSIOLOGI ISLAM SHARIATI
5.1. Legasi dan Kontribusi Terhadap Perubahan Sosial
Ali Shariati memainkan peran utama dalam mengartikulasikan wacana perubahan sosial dan politik radikal yang diilhami oleh agama di Iran selama tahun 1960-an dan 1970-an. Pemikirannya berhasil membangun ideologi Islam revolusioner yang menjadi basis kesadaran kolektif massa, bertindak sebagai jembatan ideologis yang menghubungkan kelompok sekuler-nasionalis, Marxis-Komunis, dan Fundamentalis Islam, serta membuka jalan bagi Revolusi Iran 1979. Hingga kini, karya-karyanya terus dicetak ulang dan dipelajari dengan antusias di Iran.Secara akademis, Shariati berkontribusi besar dalam memperkenalkan dan mengembangkan disiplin Sosiologi Islam. Ia mensosiologikan konsep-konsep inti Islam, seperti tauhid, shirk, dan al-Nas, mengubahnya menjadi kerangka analisis sosiologi komparatif. Lebih lanjut, gagasannya dianggap relevan secara universal bagi kebangkitan Dunia Ketiga dan perjuangan pembebasan dari cengkeraman kolonialisme.
5.2. Kritik dan Batasan Teoritis
Pemikiran Shariati tidak lepas dari kritik. Salah satu kritik utama adalah tuduhan penyederhanaan sejarah (simplifikasi teoritis). Dikotomi yang ia gunakan, seperti Qabil dan Habil atau Syiah Merah dan Syiah Hitam, dianggap menyederhanakan kompleksitas historis untuk mencapai tujuan ideologis mobilisasi massa.Selain itu, ia sering dilabeli sebagai "Marxis Islami". Meskipun Shariati dengan gigih menolak reduksionisme materialis dan atheisme Marx, penolakannya yang tuntas terhadap Marxisme masih menjadi bahan perdebatan. Keunikan Shariati terletak pada upayanya menyulam kritik sosialis radikal ke dalam doktrin inti agama, meskipun sintesis ini menciptakan ketegangan teoritis.
Perlu dicatat pula bahwa On the Sociology of Islam, sebagai kompilasi kuliah, menyajikan serangkaian "konsep segar" sosiologi Islam, namun tidak diklaim olehnya sendiri sebagai skema sosiologi yang tersistematisasi secara formal.
5.3. Kesimpulan: Sosiologi Islam sebagai Teologi Pembebasan Transenden
Shariati, melalui On the Sociology of Islam, berhasil merekonstruksi Islam menjadi ideologi progresif yang berakar pada Tauhid sosial. Ia menuntut agar umat Islam kembali kepada Tauhid sebagai pandangan dunia holistik yang menolak eksploitasi dan diskriminasi (Shirk), yang termanifestasi dalam perjuangan abadi kaum Mustadh'afin (Habil) melawan Mustakbirin (Qabil).
Ironi terbesar dalam warisan Shariati adalah bahwa Syiah Merah yang revolusioner dan anti-ulama mapan yang ia perjuangkan, pada akhirnya tidak sepenuhnya menjadi fondasi Republik Islam Iran pasca-1979. Sebaliknya, ide-ide revolusionernya sering kali dikalahkan oleh hierarki keagamaan konservatif yang ia kritik (Syiah Hitam). Oleh karena itu, On the Sociology of Islam berdiri sebagai manifesto yang menuntut umat Islam untuk mengimplementasikan Teologi Pembebasan Transenden, sebuah seruan untuk perjuangan berkelanjutan melawan stagnasi dan otoritarianisme, baik yang berasal dari Barat maupun dari internal umat Islam sendiri.
Referensi
“Against frozen dogmatic beliefs”: An analysis of Ali Shariati’s revolutionary thought. (2025, Oktober 18). Riset-IAID: Tajdid Journal. Diakses dari https://riset-iaid.net/index.php/tajdid/article/view/437
A. Pendahuluan pada tataran normatif, studi Islam nampaknya masih banyak terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat memihak. (2025, Oktober 18). Yurisprudentia: Jurnal UIN Syahada. Diakses dari https://jurnal.uinsyahada.ac.id/index.php/yurisprudentia/article/download/668/583
Ali Shariati. (2025, Oktober 18). Wikipedia. Diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/Ali_Shariati
Ali Shariati, forgotten sociologist of Islam. (2025, Oktober 18). Global Dialogue: Magazine of the International Sociological Association. Diakses dari https://globaldialogue.isa-sociology.org/articles/ali-shariati-forgotten-sociologist-of-islam
Ali Shariati: Tokoh sosiologi Islam revolusioner (2). (2025, Oktober 18). GEOTIMES. Diakses dari https://geotimes.id/opini/ali-shariati-tokoh-sosiologi-islam-revolusioner-2/
Ali Syariati menurut Dato Dr. Ahmad Farouk Musa. (2025, Oktober 18). Riset Sadra. Diakses dari https://riset.sadra.ac.id/ali-syariati-menurut-dato-dr-ahmad-farouk-musa/
Bab III biografi dan pemikiran Ali Syariati. (2025, Oktober 18). Eprints Universitas Muhammadiyah Metro. Diakses dari https://eprints.ummetro.ac.id/853/4/BAB%20III.pdf
DIALEKTIKA SOSIOLOGI: Suatu kajian atas filsafat sosial Ali Shariati. (2025, Oktober 18). Repo Driyarkara. Diakses dari http://repo.driyarkara.ac.id/654/1/subhi.pdf
HUMANISTIK DAN TEOLOGI PEMBEBASAN ALI SYARIATI (Telaah atas pemikiran Ali Syariati dan kontribusinya terhadap kajian Islam kontemporer). (2025, Oktober 18). Al-Fikra: Jurnal Ilmu Keislaman, UIN Suska Riau. Diakses dari https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/viewFile/11737/7227
Islam dan pemberontakan terhadap status quo: Telaah atas pemikiran teologi sosial Ali Syariati. (2025, Oktober 18). OAJI. Diakses dari https://oaji.net/pdf.html?n=2016/1792-1456985547.pdf
JISA - Jurnal UINSU. (2025, Oktober 18). Diakses dari https://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/JISA/article/download/23311/10489
Jejak langkah Dr. Ali Syariati: Sebuah biografi perjuangan. (2025, Oktober 18). Selak Blog. Diakses dari http://selak.blogspot.com/2010/02/jejak-langkah-dr-ali-syariati-sebuah.html
Marxism and other Western fallacies. (2025, Oktober 18). Columbia Law School Blogs. Diakses dari https://blogs.law.columbia.edu/nietzsche1313/files/2016/12/Shariati-Marxism-and-other-Western-fallacies.pdf
Mohammad Subhi-Ibrahim: Dialektika sosiologi Ali Shari’ati. (2025, Oktober 18). Ummah Online. Diakses dari https://ummahonline.wordpress.com/2009/09/24/mohammad-subhi-ibrahim-di-tangan-shariati-segalanya-hidup/
On the sociology of Islam. (2025, Oktober 18). Columbia Law School Blogs. Diakses dari https://blogs.law.columbia.edu/nietzsche1313/files/2016/12/ali-shariati-on-the-sociology-of-islam.doc
On the sociology of Islam. (2025, Oktober 18). Islamic Book Trust Online Bookstore. Diakses dari https://ibtbooks.com/shop/on-the-sociology-of-islam/
On the sociology of Islam: Lectures by Ali Shariati. (2025, Oktober 18). Goodreads. Diakses dari https://www.goodreads.com/book/show/49640.On_the_Sociology_of_Islam
On the sociology of Islam: Lectures by Ali Shariati. (2025, Oktober 18). ICIT Digital Library. Diakses dari https://www.icit-digital.org/books/on-the-sociology-of-islam-lectures-by-ali-shariati
On the sociology of Islam: Lectures. (2025, Oktober 18). Internet Archive. Diakses dari https://archive.org/details/onsociologyofisl0000shar
Pemikiran Ali Syari’ati tentang revolusi dalam perspektif filsafat sosial dan relevansinya dengan perubahan sosial di Indonesia. (2025, Oktober 18). ETD Universitas Gadjah Mada. Diakses dari https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/65934
PERTENTANGAN SOSIAL DALAM PEMIKIRAN ALI SHARIATI. (2025, Oktober 18). UIN Sunan Gunung Djati Digital Library. Diakses dari https://digilib.uinsgd.ac.id/15594/1/PERTENTANGAN%20SOSIAL%20DALAM%20PEMIKIRAN%20ALI%20SHARIATI.pdf
Perubahan sosial dalam pandangan Ali Syari’ati. (2025, Oktober 18). Konfrontasi Journal. Diakses dari https://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2/article/download/31/40
(PDF) Ali Shariati and crafting a collective revolutionary Islamic identity for women: A socio-historical perspective. (2025, Oktober 18). ResearchGate. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/375133708_Ali_Shariati_and_Crafting_a_Collective_Revolutionary_Islamic_Identity_for_Women_A_Socio-Historical_Perspective
(PDF) Ali Shariati: Islamizing socialism and socializing Islam. (2025, Oktober 18). ResearchGate. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/354064887_Ali_Shariati_Islamizing_Socialism_and_Socializing_Islam
(PDF) Islam dan Marxisme dari perspektif Ali Shariati. (2025, Oktober 18). ResearchGate. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/391133488_ISLAM_DAN_MARXISME_DARI_PERSPEKTIF_ALI_SHARIATI
(PDF) Understanding sociology of Islam: A theoretical discourse with reference to Ibn Khaldun, Dr. Ali Shariati, Weber, Gellner and Geertz. (2025, Oktober 18). ResearchGate. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/332173811_Understanding_Sociology_of_Islam_A_Theoretical_Discourse_With_Reference_to_Ibn_Khaldun_Dr_Ali_Shariati_Weber_Gellner_and_Greetz
Problematika kaum mustadh'afin dalam perspektif Ali Syari'ati. (2025, Oktober 18). Digilib UIN Sunan Kalijaga. Diakses dari https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56859/1/19205010023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
Relevansi pemikiran sosiologi Islam Ali Syariati dengan problematika pendidikan Islam di Indonesia. (2025, Oktober 18). ResearchGate. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/328656367_Relevansi_Pemikiran_Sosiologi_Islam_Ali_Syariati_dengan_Problematika_Pendidikan_Islam_di_Indonesia
Relevansi teologi pembebasan Ali Syari’ati dalam mengatasi kemiskinan umat Islam di Indonesia. (2025, Oktober 18). STFSP Journal. Diakses dari https://journal.stfsp.ac.id/index.php/media/article/download/493/168/2065
Shariati, A. (1979). On the sociology of Islam (H. Algar, Trans.). Mizan Press. (Original work published 1971)
Shariati, A. (2015). On the sociology of Islam (H. Algar, Trans.). BookBaby. (Original work published 1971)
Sociology – Ali Shariati. (2025, Oktober 18). Shariati.com. Diakses dari https://www.shariati.com/english/islam/islam3.html
SOSIOLOGI ISLAM: Suatu kajian. (2025, Oktober 18). UM Journal. Diakses dari https://ejournal.um.edu.my/index.php/JUD/article/download/2981/1127/8435
138 pemikiran dan perjuangan Ali Syari’ati. (2025, Oktober 18). Jurnal Institut Agama Islam Gorontalo. Diakses dari https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/download/68/51
Ali Shari’ati’s revolutionary Islamic thought and its relevance to the contemporary socio-political transformation. (2025, Oktober 18). ResearchGate. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/322140255_Ali_Shari'ati's_revolutionary_Islamic_thought_and_its_relevance_to_the_contemporary_socio-political_transformation
25 Bab III pembahasan konsep Islam revolusi dalam pemikiran Ali Syariati. (2025, Oktober 18). UIN Sunan Ampel Repository. Diakses dari http://digilib.uinsa.ac.id/880/6/Bab%203.pdf




Post a Comment