Analisis Fenomena Qur’ani dan Krisis Ide dalam Proyek Peradaban Malek Bennabi: Filsafat dan Metodologi Kebangkitan Islam
I. Landasan Epistemologis dan Reaksi Intelektual Malek Bennabi: The Qur’anic Phenomenon (al-Zahīrah al-Qur’āniyyah)
Tulisan ini membahas secara mendalam karya fundament Malek Bennabi, The Qur’anic Phenomenon (TQP), dan bagaimana karya ini menjadi landasan metodologis untuk diagnosis sosialnya dalam The Problem of Ideas in the Muslim World (PIMW). Bennabi, seorang penulis dan filsuf Aljazair (1905–1973), dikenal karena analisisnya yang tajam mengenai kemunduran peradaban Muslim. Proyek intelektualnya yang komprehensif terbentuk di tengah pergulatan dunia Islam melawan sisa-sisa kolonialisme, berupaya menentukan faktor-faktor di balik keterbelakangan dan solusi kebangkitan.
I.A. Konteks Intelektual dan Reformulasi Mukjizat Al-Qur'an
The Qur’anic Phenomenon (TQP) bukan sekadar kajian teologis biasa; ia merupakan respons intelektual dan ilmiah yang pionir terhadap tantangan filosofis dan metodologis yang dihadapi agama, dan khususnya Islam, di era modern dan pascamodern. Karya ini secara fundamental berupaya merumuskan kembali keajaiban (mukjizat atau i'jaz) Al-Qur'an dalam konteks filosofis dan historis yang lebih luas, melampaui sekadar masalah internal umat Islam.
Tujuan praktis penulisan TQP dirumuskan secara ganda. Pertama, memberikan kesempatan bagi generasi muda Muslim Aljazair untuk merenungkan agama mereka secara serius dalam konteks pemikiran modern. Kedua, menyarankan reformasi yang tepat waktu dalam semangat penafsiran klasik. Bennabi menyadari bahwa di Aljazair, dan di negara-negara Arab lainnya, kebangkitan Muslim (renaissance) seringkali menerima ide-ide teknis dari budaya Barat, terutama melalui kebangkitan Mesir. Ide-ide teknis ini tidak hanya memengaruhi kehidupan material, tetapi secara halus juga memengaruhi kehidupan spiritual. Hal ini menimbulkan krisis di mana banyak kaum muda terpelajar menerima pemahaman agama dan dorongan spiritual mereka melalui tulisan-tulisan spesialis Eropa (orientalis), sebab sumber-sumber lokal dianggap kehilangan kekayaan kulturalnya.
I.B. Wahyu sebagai Fenomena Objektif dan Pendekatan Integral
Bennabi menggunakan pendekatan yang disebut Pendekatan Integral (al-Manhaj al-Tākāmuli) dalam menafsirkan Al-Qur'an. Inti dari metodologi ini adalah memosisikan wahyu Al-Qur'an sebagai Fenomena Objektif (al-Zahīrah al-Qur’āniyyah) yang melampaui semua konteks sejarah dan berbagai latar belakang sosio-kultural. Pendekatan ini adalah kerangka teoretis dan metodologis yang komprehensif, dibangun di atas prinsip kolaborasi kognitif (al-taẓāfur al-ma‘rifī) dan integrasi antar ilmu (al-takāmul bayn al-‘ulūm) dalam analisis fenomena sosial.
Respons Matang terhadap Orientalisme
Pendekatan integral ini merupakan respons yang matang dan otentik terhadap tantangan yang diajukan oleh pemikiran dan filsafat Barat, terutama Orientalisme, yang bertujuan menebar keraguan tentang kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi.
Orientalis sering kali menggunakan metode kritik historis dan filologis Barat untuk mereduksi Al-Qur'an menjadi produk sejarah semata. Bennabi secara metodologis memindahkan arena perdebatan ini. Dengan mendeklarasikan Al-Qur'an sebagai 'fenomena objektif', Bennabi secara efektif mengatakan bahwa jika wahyu adalah sebuah fenomena (seperti fenomena alam atau sosiologis) yang teramati dan menghasilkan dampak nyata—yaitu, melahirkan peradaban—maka ia harus dianalisis menggunakan kriteria rasional dan sosiologis, bukan sekadar filologis. Ini adalah langkah yang menentukan untuk mengubah subjek dari sekadar produk sejarah menjadi katalis peradaban universal.
Bennabi secara spesifik menanggapi tuduhan Orientalis terkemuka. Ia menjawab Margelyouth (seorang orientalis Inggris) dan rekan-rekannya yang menganggap Al-Qur'an sebagai hasil karya Nabi Muhammad, salinan, atau dipengaruhi oleh Taurat dan Injil. Bahkan, Bennabi secara tidak langsung menolak filologi Christoph Luxenberg, yang jauh kemudian menuduh bahwa Al-Qur'an pada mulanya ditulis dalam bahasa Aram, bukan Arab. Dengan meletakkan dasar filosofis yang kokoh, Bennabi berhasil memberikan respons yang mendalam terhadap tantangan-tantangan filsafat dan pemikiran Barat dalam memandang Al-Qur'an.
I.C. Elemen Fenomena Qur'ani dan Dampak Revolusioner
Untuk memahami bagaimana wahyu berfungsi sebagai katalis, Bennabi menguraikan elemen-elemen Fenomena Qur'ani:
1. Kajian Fenomena Keagamaan dan Gerakan Kenabian: Bennabi mencermati bahwa hati nurani manusia menghadapi masalah metafisik secara teratur pada setiap fase evolusinya, sebuah observasi yang menyebabkan para sosiolog mengarakterisasi manusia sebagai "hewan yang pada dasarnya religius". TQP menempatkan mukjizat Al-Qur'an dalam konteks Gerakan Kenabian yang lebih luas. Gerakan ini adalah mekanisme spiritual yang menggerakkan transformasi sosial dan historis di tengah masyarakat pra-peradaban.
2. Aspek Sastra dan Filologi Revolusioner: Bennabi menganalisis dampak Al-Qur'an terhadap bahasa Arab. Ia mencatat bagaimana Al-Qur'an mengadaptasi bentuk sajak bebas (blank verse), membebaskan diri dari metrum dan pola rima Arab tradisional. Fenomena filologis ini dianggap Bennabi unik dalam sejarah bahasa. Ia berpendapat bahwa kemunculan Al-Qur'an bukan sekadar evolusi progresif bagi bahasa Arab, melainkan sebuah ledakan revolusioner (revolutionary explosion).
Dalam satu lompatan, bahasa Arab bertransformasi dari dialek primitif yang terbatas pada ekspresi puisi suku (budaya Jahiliyyah) menjadi bahasa yang terorganisir secara teknis untuk membawa pemikiran budaya dan peradaban baru. Transformasi ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an tidak hanya menyediakan sistem nilai spiritual, tetapi juga menciptakan infrastruktur kognitif yang diperlukan. Jika bahasa adalah wadah pemikiran, transformasi bahasa Arab oleh Al-Qur'an menandai penciptaan alat linguistik dan konseptual yang sanggup menampung Ide Agama universal (Ide Terkesan) dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk membangun Peradaban. Dengan demikian, TQP membuktikan bahwa wahyu adalah katalis, baik secara spiritual maupun fisik (linguistik).
II. Analisis Sosiologis Peradaban: Kerangka $P = T + M + I$ dan Masalah Ide
Metodologi integral yang ditetapkan dalam TQP digunakan Bennabi untuk mendiagnosis kemunduran dunia Muslim. Diagnosis ini terutama diuraikan dalam karya selanjutnya, The Problem of Ideas in the Muslim World (PIMW), yang membahas keterkaitan antara ide dan lingkungan kulturalnya.
II.A. Falsafah Peradaban: Dinamika Organik
Malek Bennabi memandang peradaban (Hadārah) sebagai produk dari unsur-unsur yang integral dan dinamis, yang menolak definisi materialistik semata. Ia membedakan Hadārah dari Madanah (modernisasi), yang sering kali disalahpahami sebagai kemajuan ekonomi atau teknologi belaka. Bennabi menekankan bahwa unsur moral dan spiritual adalah yang paling krusial. Disintegrasi sistem moral atau kemunduran dalam skala nilai akan membawa masyarakat pada krisis, meskipun aspek materialnya terjamin.
Unsur-unsur Organik Peradaban: Persamaan $P = T + M + I$
Bennabi merumuskan peradaban melalui persamaan fungsional tripartit yang dimediasi oleh sebuah katalis:
$$P = T + M + I$$
Di mana:
- $T$ adalah Manusia (al-Insān), sebagai pelaku sejarah dan subjek moral.
- $M$ adalah Tanah (al-Turāb), yang mencakup sumber daya material dan lingkungan sosiologis/geografis.
- $I$ adalah Waktu (al-Waqt), dimensi historis, energi sosial, dan momentum peradaban.
- $P$ adalah Ide Agama (al-Fikrah al-Dīniyyah), yang berfungsi sebagai Reaktor Vital (al-Mufā'il al-Ḥayawi) yang mengintegrasikan ketiga elemen material tersebut.
Bennabi menekankan peran Ide Spiritual atau Agama sebagai fondasi etika dan nilai kolektif yang menggerakkan perubahan dan meluncurkan masyarakat pra-peradaban ke dalam sejarah.
Persamaan Bennabi pada dasarnya menjelaskan sebuah mekanisme konversi energi. $T$, $M$, dan $I$ adalah bahan mentah yang secara inheren netral; mereka hanya menjadi peradaban ketika diaktifkan oleh $P$. TQP membuktikan bahwa Wahyu Qur'ani adalah katalis yang unik dan revolusioner. Krisis peradaban Muslim—yang Bennabi sebut kebangkrutan peradaban (civilizational bankruptcy) —terjadi ketika katalis ($P$) mati atau menjadi inert. Akibatnya, bahan mentah Manusia, Tanah, dan Waktu hanya menghasilkan produk tanpa struktur peradaban yang berjiwa.
Tabel 1: Struktur Organik Peradaban Malek Bennabi ($P = T + M + I$)
II.B. Diagnosis Krisis: Inti dari The Problem of Ideas in the Muslim World
Setelah menetapkan hukum universal peradaban (lahir, tumbuh, stagnasi, disintegrasi), Bennabi menerapkannya untuk menganalisis dunia Muslim kontemporer. Ia menyimpulkan bahwa umat berada dalam fase Pasca-Muwaḥḥidūn (Pasca-Peradaban), suatu kondisi stagnasi yang ditandai oleh kurangnya semangat kreativitas dan kegagalan dalam menghasilkan ide-ide baru yang efisien.
Tesis sentral PIMW adalah bahwa masalah dunia Muslim bersifat peradaban dan budaya, berakar pada hubungan erat antara ide dan lingkungan kulturalnya. Lingkungan kultural inilah yang menentukan apakah sebuah ide akan menjadi efisien (hidup), mati (dead), atau mematikan (deadly). Bennabi menyatakan dengan tegas: "Kekayaan suatu masyarakat tidak diukur dari jumlah hal yang dimilikinya, tetapi dari jumlah ide yang dikandungnya".
Tipologi Ide dan Patologi Konsumsi Pasif
Bennabi membagi ide menjadi dua kategori yang menjelaskan dinamika internal peradaban:
1. Impressed Ideas (Ide Terkesan): Ini adalah kategori yang paling mendasar, berasal dari filosofi universal yang menjadi kerangka berpikir umum bagi seluruh konteks sosial. Ide Terkesan mengarahkan pada nilai dan etika, dan berfungsi untuk Mentransformasi Manusia secara internal. Wahyu Qur'ani (TQP) adalah sumber utama Ide Terkesan yang efisien.
2. Expressed Ideas (Ide Terekspresikan): Ini adalah ide-ide spesifik atau inovasi tertentu (seperti teknologi, sistem politik, atau seni) yang lahir dari plasma Ide Terkesan yang efisien. Ide Terekspresikan berfungsi untuk Mentransformasi Objek atau aspek material kehidupan.
Patologi dunia Muslim Pasca-Muwaḥḥidūn adalah kegagalan filter kultural. Masyarakat dalam fase ini dicirikan oleh ketergantungan pasif, di mana mereka mencoba mengatasi krisis dengan mengimpor barang/produk siap pakai (ready-made objects) dan Ide Terekspresikan (seperti teknologi atau sistem pendidikan sekuler parsial) dari Barat. Impor ini dilakukan tanpa memperhatikan prasyarat kultural, yaitu ketiadaan Ide Terkesan yang efisien dan dinamis.
Ide yang efisien menjadi Ide Mati ketika ia kehilangan makna operasionalnya dan hanya diulang secara ritualistik. Akibatnya, masyarakat Pasca-Muwaḥḥidūn hanya mampu meniru, bukan berkreasi, dan menghasilkan pinjaman kosmetik alih-alih transformasi otentik. Bennabi menyimpulkan, "Kita tidak membuat sejarah dengan mengikuti jejak orang lain di sepanjang jalan yang telah dipukuli".
Tabel 2: Tipologi Ide dan Kondisi Kultural Menurut Malek Bennabi
III. Jalan Keluar dari Stagnasi: Reformasi Metodologi Berpikir dan Pendidikan
Untuk keluar dari stagnasi dan sindrom Pasca-Muwaḥḥidūn, Bennabi mengarahkan solusi pada regenerasi Manusia ($T$) dan reaktivasi Ide ($P$) melalui reformasi pendidikan dan metodologi berpikir.
III.A. Prasyarat Kebangkitan: Mengubah Manusia Pasca-Muwaḥḥidūn
Solusi Bennabi bersifat Man-centered. Fokus utama adalah mengubah individu Pasca-Muwaḥḥidūn yang pasif menjadi subjek sejarah yang kreatif dan merasa diberdayakan. Peradaban tidak dapat dimulai tanpa mengubah bahan mentah manusia. Masyarakat perlu menjadi lingkungan di mana individu merasa industri dan kreativitas mereka akan menemukan penghargaan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material.
Meskipun diagnosisnya tajam mengenai krisis peradaban, Bennabi mempertahankan optimisme yang kuat, yang berakar pada keyakinan penuh pada Islam sebagai panduan utama bagi kemanusiaan. Ia menekankan bahwa kebangkitan harus datang dari dalam dan tidak dapat dicapai melalui peniruan mentah-mentah atau imitasi Barat.
III.B. Peran Sentral Pendidikan sebagai Katalisator Peradaban
Bagi Bennabi, pendidikan adalah faktor sentral yang memastikan aktualisasi proyek peradaban; ia adalah prasyarat yang harus mendahului pembangunan peradaban. Jika pendidikan tidak didekati dari perspektif peradaban, keberadaannya akan kehilangan signifikansi dan justifikasi keberlanjutannya.
Kritik terhadap Sistem Pendidikan Kolonial dan Sekuler
Bennabi sangat kritis terhadap sistem pendidikan yang diadopsi oleh banyak negara Muslim, terutama yang merupakan warisan kolonial atau bersifat sekuler parsial. Ia melihat bahwa sistem ini terlalu fokus pada aspek kognitif dan keterampilan kerja (Expressed Ideas), tetapi gagal memberikan perhatian yang memadai terhadap nilai, etika, dan tujuan hidup (Impressed Ideas).
Ketergantungan terhadap sistem kolonial ini menanamkan inferioritas pada umat, menjauhkan mereka dari nilai-nilai keislaman, dan membentuk cara berpikir yang konsumtif serta pasif, yang memperkuat mentalitas terjajah. Hal ini pada akhirnya menyebabkan krisis identitas di kalangan generasi muda Muslim yang kehilangan arah.
Visi Pendidikan Holistik
Bennabi menganjurkan pendidikan yang holistik dan integratif, yang bertujuan memenuhi semua kebutuhan kepribadian individu dan masyarakat secara simultan. Pendidikan holistik yang ia gagas adalah upaya untuk memutus rantai mentalitas terjajah dan mengembalikan umat Islam pada jati diri otentiknya, sejalan dengan nilai-nilai wahyu.
III.C. Metodologi Berpikir Transformatif
Solusi untuk stagnasi tidak hanya terletak pada perubahan kurikulum, tetapi pada reformasi metodologi berpikir secara mendalam. Ini adalah upaya untuk menginternalisasi metodologi integral dari TQP ke dalam proses edukasi individu.
1. Trifungsi Guru: Pilar reformasi pendidikan adalah guru atau pendidik. Seorang guru tidak hanya harus bertindak sebagai penyampai informasi, tetapi harus melaksanakan trifungsi secara bersamaan: sebagai mu'allim (pengajar ilmu), murabbi (pendidik moral), dan mursyid (pembimbing spiritual).
2. Pembentukan Intelektual Kreatif: Reformasi metodologis menuntut pergeseran dari hafalan pasif menuju pemikiran yang kreatif dan mandiri. Ini berarti memadukan warisan keilmuan Islam klasik dengan metode ilmiah kontemporer, semuanya dalam kerangka nilai-nilai wahyu. Reformasi ini sejalan dengan konsep ijtihad epistemologis yang disiratkan sebagai keharusan untuk membaca ulang konsep ilmu dalam Islam agar dapat menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan esensi nilai.
Reformasi pendidikan, dengan fokus pada metodologi berpikir yang transformatif, merupakan realisasi praktis dari prinsip The Qur’anic Phenomenon di tingkat individu. Dengan mendidik individu secara holistik dan menanamkan Impressed Ideas (etika dan nilai) melalui guru yang ideal, masyarakat dapat meregenerasi Reaktor Vital ($P$) di dalam diri setiap orang. Proses ini akan memungkinkan munculnya Ide Hidup/Efisien, yang pada gilirannya akan mendorong kemajuan otentik, alih-alih hanya sekadar meminjam Ide Terekspresikan yang materialistik dari luar.
IV. Kesimpulan dan Signifikansi Abadi Pemikiran Bennabi
Pemikiran Malek Bennabi menawarkan kerangka peradaban yang koheren, di mana The Qur’anic Phenomenon dan The Problem of Ideas in the Muslim World saling melengkapi dan terhubung secara kausal.
- The Qur’anic Phenomenon (al-Zahīrah al-Qur’āniyyah) berfungsi sebagai fondasi epistemologis dan metodologis, membuktikan bahwa Ide Agama (Islam) adalah kekuatan katalis ($P$) yang unik dan revolusioner yang mampu meluncurkan peradaban dengan menyediakan infrastruktur kognitif (bahasa Arab yang terorganisir) dan Ide Terkesan (sistem nilai universal).
- The Problem of Ideas in the Muslim World (Le Problème des idées dans le monde musulman) berfungsi sebagai diagnosis sosiologis yang menjelaskan mengapa katalis ini mati (Ide Mati) dalam masyarakat Pasca-Muwaḥḥidūn, yaitu karena krisis moral dan intelektual yang berujung pada kegagalan memproduksi Impressed Ideas sendiri dan ketergantungan pada konsumsi pasif ide-ide luar.
Model Bennabi memiliki signifikansi abadi karena menolak dikotomi antara aspek material dan spiritual dalam pembangunan peradaban. Pendekatan integralnya, yang menggabungkan sejarah, sosiologi, filsafat, dan teologi, merupakan salah satu respons intelektual yang paling matang dan orisinal dari pemikir Muslim terhadap tantangan peradaban Barat.
Penekanan Bennabi pada reformasi manusia dan metodologi berpikir—melalui pendidikan holistik dan trifungsi guru—alih-alih sekadar berfokus pada produk teknologi atau politik, tetap relevan sebagai kritik mendalam terhadap proyek modernisasi di dunia Islam yang seringkali hanya menghasilkan pinjaman kosmetik tanpa transformasi jiwa peradaban yang sesungguhnya. Kebangkitan yang otentik, menurut Bennabi, harus dimulai dari pembentukan kembali subjek yang diberdayakan, yang Ide Terkesannya hidup dan efisien, sehingga mampu menghasilkan sejarahnya sendiri, bukan sekadar mengulang sejarah orang lain.
Sumber Referensi:
American Journal of Islam and Society. (2025, Oktober 21). The problems of ideas in the Muslim world: By Malik Bennabi, trans. and annotated by Mohamed Tahir al-Messawi, Budaya Ilmu Sdn. Bhd., Malaysia: Dar al-Hadara. Diakses dari https://www.ajis.org/index.php/ajiss/article/view/2147
Bennabi, M. (2008). The Qur’anic phenomenon: An essay of a theory on the Qur’an. Kuala Lumpur: Islamic Book Trust.
(Edisi terbaru dalam bahasa Inggris, ISBN 9789839154252)
Bennabi, M. (n.d.). The problem of ideas in the Muslim world (Latest ed.). Lyon, France: Éditions Tawhid.
(Edisi terbaru, ISBN 9782848623856; diperkirakan 2015–2018)
Book Nomad. (2025, Oktober 21). Extract: Le problème des idées dans le monde musulman de Malek Bennabi. Diakses dari https://booknomadpodcast.com/reviews/finished-probleme-idees-bennabi/
Esma Saadou. (2025, Oktober 21). Society and social relations in the thought of Malek Bennabi. ASJP. Diakses dari https://asjp.cerist.dz/en/downArticle/491/7/2/263837
Husnan. (2025, Oktober 21). Fenomena al-Qur'an: Tafsir integral Malik Bennabi. Refleksi – E-Journal UIN Jakarta. Diakses dari https://journal2.uinjkt.ac.id/index.php/refleksi/article/view/37821
International Islamic University Malaysia (IIUM). (2025, Oktober 21). The Qur’anic phenomenon. Diakses dari https://www.iium.edu.my/deed/articles/phenomenon.html
Jurnal IAID Darussalam. (2025, Oktober 21). Pandangan Malik Bennabi tentang pendidikan sebagai... Diakses dari https://jurnal.iaidarussalam.ac.id/index.php/tarbiyah/article/download/243/144/464
Lumbung Pustaka UNY. (2025, Oktober 21). Mozaik, Vol. V, No.1, Januari 2010. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/50782/1/Mozaik%20Vol.%20V%2C%20No.1%2C%20Januari%202010.pdf
Malek Bennabi. (2025, Oktober 21). Wikipedia. Diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/Malek_Bennabi
Malek Bennabi and the study of the Qur’an. (2025, Oktober 21). Al-Fikr al-Islāmī al-‘Ālamī Journal (CITJ). Diakses dari https://citj.org/index.php/citj/article/view/5755
Rahman, R. A. (2025, Oktober 21). Malik Bennabi’s new theory of education for the contemporary Muslim world. Diakses dari https://rosfazila.wordpress.com/tag/malik-bennabis-new-theory-of-education-for-the-contemporary-muslim-world/
Refleksi – E-Journal UIN Jakarta. (2025, Oktober 21). Fenomena al-Qur'an: Tafsir integral Malik Bennabi. Diakses dari https://journal.uinjkt.ac.id/refleksi/article/view/37821
ResearchGate. (2025, Oktober 21). Fenomena al-Qur'an: Tafsir integral Malik Bennabi. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/382992814_Fenomena_al-Qur'an_Tafsir_Integral_Malik_Bennabi
ResearchGate. (2025, Oktober 21). Tinjauan tentang falsafah dan perspektif Malik Bennabi tentang peradaban [Bennabi's perspective and philosophy on civilization]. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/340999918_TINJAUAN_TENTANG_FALSAFAH_DAN_PERSPEKTIF_MALIK_BENNABI_TENTANG_PERADABAN_BENNABI'S_PERSPECTIVE_AND_PHILOSOPHY_ON_CIVILIZATION
Semantic Scholar. (2025, Oktober 21). Transforming the Post-Muwaḥḥiddūn man: Malik Bennabi's critique of the contemporary Muslim society. Diakses dari https://pdfs.semanticscholar.org/e868/4e712b6c61f4d34a39b31a6880989839f822.pdf
YouTube. (2025, Oktober 21). Giants of Islamic Civilization: Malek Bennabi. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=KshmGRLIlHs
OJS.co.id. (2025, Oktober 21). Konsep pendidikan holistik Malik Bennabi: Solusi krisis identitas Muslim dan reaktualisasi tujuan pendidikan Islam di era globalisasi. Diakses dari https://ojs.co.id/1/index.php/pai/article/download/3202/3867/6809
OJS Daarul Huda. (2025, Oktober 21). Tantangan dan peluang pendidikan Islam dalam konteks modern. Diakses dari https://ojs.daarulhuda.or.id/index.php/Socius/article/download/1931/2089
AbeBooks. (2025, Oktober 21). The Qur’anic phenomenon - Bennabi, Malik; El-Mesawi, Mohamed Tahir. Diakses dari https://www.abebooks.com/9789839154252/Quranic-Phenomenon-Bennabi-Malik-El-Mesawi-9839154257/plp



Post a Comment