Analisis Buku How to Observe Morals and Manners (1838) Karya Harriet Martineau: Kajian Awal Metodologi Sosiologi
I. Kontekstualisasi Historis dan Signifikansi Akademik
A. Harriet Martineau: Sosiolog Perempuan Pionir dan Konteks Abad ke-19
Harriet Martineau (1802-1876) diakui secara retrospektif sebagai sosiolog perempuan besar pertama dan salah satu sarjana pertama yang secara eksplisit merumuskan metodologi penelitian sosial. Karyanya, yang diterbitkan pada tahun 1838, lahir dari periode aktivitas intelektual yang intens, ditandai oleh pergeseran dalam epistemologi pribadinya—dari keyakinan religius awal menuju penolakan terhadap sistem metafisika, mengedepankan empirisme sebagai landasan studi kondisi sosial. Martineau, yang harus mencari nafkah melalui penulisan karena keterbatasan struktural bagi perempuan di abad ke-19 (termasuk dilarangnya akses ke pendidikan tinggi formal), didorong untuk mengembangkan pendekatan yang sangat praktis dan berbasis data.
Martineau menulis How to Observe setelah melakukan tur lapangan intensif selama dua tahun di Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk menghasilkan analisis yang lebih mendalam dan struktural dibandingkan laporan perjalanan yang populer pada masanya. Ia menyatakan rasa lelahnya terhadap laporan-laporan dangkal yang hanya membawa pulang detail-detail remeh (floundering among the details) seperti yang dilakukan oleh penulis lain seperti Hall dan Trollope. Martineau bertekad untuk menciptakan sebuah instrumen yang memungkinkan pengamat menggali prinsip-prinsip moral yang mendasari tatanan sosial, bukan sekadar mencatat tingkah laku permukaan.
B. How to Observe sebagai Traktat Metodologi Sosiologi Sistematis Pertama
Buku ini merupakan traktat substantif dan sistematis pertama mengenai metodologi penelitian sosiologis, menjadikannya penanda perintisan (pioneering benchmark) bagi semua teks metodologi berikutnya dalam sosiologi. Martineau menyadari bahwa studi sistem sosial adalah disiplin ilmiah yang terpisah, yang ia namakan "ilmu moral dan tingkah laku" (the science of morals and manners).
Kontribusi Martineau sering dianggap "pra-klasik" karena ia menguji konsep-konsep inti sosiologi struktural jauh sebelum Durkheim, Weber, atau Marx memformalkan studi tersebut. Dalam karyanya, Martineau membahas secara mendalam mengenai kelas sosial, bentuk-bentuk agama, jenis-jenis bunuh diri, karakter nasional, hubungan domestik, status perempuan, kenakalan remaja (delinkuensi), dan interelasi yang rumit antara institusi sosial dengan individu.
Konteks pribadinya sebagai seorang pengamat yang terpinggirkan secara struktural (wanita) dan memiliki hambatan pendengaran yang parah (membutuhkan terompet telinga untuk mendengar jelas) memperkuat dorongannya menuju empirisme keras. Karena ia tidak dapat sepenuhnya mengandalkan wacana verbal atau terlibat dalam diskusi akademik yang didominasi laki-laki, metodologinya secara implisit mendahulukan observasi objektif terhadap 'hal-hal' (things)—artefak, institusi, dan tindakan non-verbal—daripada kata-kata yang diucapkan. Pendekatan ini merupakan respons praktis dan epistemologis terhadap keterbatasan yang dialaminya, menghasilkan kerangka kerja yang sangat bergantung pada interpretasi representasi kolektif daripada klaim lisan.
II. Landasan Epistemologis: Morals, Manners, dan Prinsip Pengujian Absolut
Bagian inti dari pemikiran Martineau dalam buku ini adalah bagaimana pengamat harus mendekati definisi dan hubungan antara moralitas dan tingkah laku, serta kerangka etis universal yang harus digunakan sebagai kriteria pengujian.
A. Inseparabilitas Konsep Inti: Moral dan Tingkah Laku (Morals and Manners)
Martineau menekankan bahwa manners (tingkah laku) tidak dapat dipisahkan dari morals (moralitas). Jika dipisahkan, tingkah laku akan kehilangan maknanya.
1. Moral (Moralitas): Martineau mendefinisikan moralitas sebagai prinsip-prinsip mendasar yang mengarahkan masyarakat. Pengamat harus berusaha mengidentifikasi kondisi dan ruang lingkup landasan moral ini.
2. Manners (Tingkah Laku): Ini adalah manifestasi permukaan, atau hubungan sosial yang terpola (patterned social relationships). Tingkah laku adalah cerminan dari moralitas yang lebih dalam. Martineau memperingatkan bahwa pengamat yang hanya melaporkan tingkah laku secara eksklusif tidak layak disebut filsuf.
Pandangan Martineau berbeda dengan beberapa filsuf sebelumnya, seperti Mary Wollstonecraft, yang berpendapat bahwa tingkah laku yang korup dapat membuat moralitas menjadi nama kosong. Bagi Martineau, tingkah laku harus dianalisis sebagai ekspresi konkret dari prinsip moral yang beroperasi, baik secara eksplisit maupun implisit, dalam masyarakat.
B. Kritik Martineau terhadap Bias dan Kebutuhan akan Prinsip Mutlak
Martineau menyarankan agar pengamat mempraktikkan relativisme kultural dengan mengamati masyarakat lokal berdasarkan istilah mereka sendiri. Ia dengan keras memperingatkan agar pengamat melepaskan prasangka (preconceptions) dan menghindari pembuatan generalisasi yang tergesa-gesa (hasty generalizations) berdasarkan pengalaman yang terbatas.
Namun, Martineau menolak relativisme moral total. Ia berpendapat bahwa menguji moral dan tingkah laku satu masyarakat dengan merujuk pada praktik masyarakat lain (testing one people by another) hanya akan menyebabkan pengamat bergerak dalam segmen yang sangat kecil dari lingkaran kebenaran (very small segment of a circle).
C. Prinsip Pengujian Mutlak: Kebahagiaan Manusia (Human Happiness)
Untuk mencapai pandangan yang benar (to see things as they are), Martineau menetapkan bahwa pengamat harus menguji moral dan tingkah laku suatu bangsa dengan merujuk pada "hal-hal esensial bagi kebahagiaan manusia" (essentials of human happiness). Prinsip ini berfungsi sebagai titik pusat kebenaran yang tinggi dan luas.
Prinsip kebahagiaan universal ini berfungsi sebagai dasar etika dan epistemologis karyanya. Martineau percaya bahwa dorongan menuju kebahagiaan manusia adalah apa yang membentuk moral dan tingkah laku dalam masyarakat. Dengan menggunakan kriteria ini, Martineau menetapkan landasan bagi sosiologi yang melampaui deskripsi semata; ia menciptakan kerangka kerja yang kritis dan progresif. Hal ini memungkinkan pengamat untuk secara ilmiah mengukur sejauh mana struktur sosial—terlepas dari klaim moral verbal mereka—berhasil dalam memaksimalkan kesejahteraan umum, dan memberikan dasar etika untuk mengkritik institusi (seperti perbudakan atau diskriminasi gender) yang gagal dalam standar universal tersebut. Martineau membawa rigor yang diparalelkan dengan ilmu fisika ke dalam studi sosial, menuntut persiapan intelektual yang ketat.
III. Syarat-Syarat Mutlak bagi Pengamat (The Requisites for Observation)
Bagian sentral dari metodologi Martineau adalah persiapan diri pengamat. Martineau berargumen bahwa ada dua pihak dalam pekerjaan observasi—pengamat dan yang diobservasi. Jika pikiran pengamat (instrumen) berada dalam kondisi buruk, produk (observasi) juga akan buruk. Oleh karena itu, ia merumuskan 15 syarat mutlak yang dibagi menjadi tiga kategori untuk memastikan pengamat siap secara intelektual, etis, dan praktis. Syarat-syarat ini berfungsi sebagai "kacamata khusus" yang harus dikenakan peneliti sosial.
A. Kategori Filosofis (Persiapan Intelektual)
Kategori ini berkaitan dengan kekuatan analitis dan kerangka prinsipil yang harus dimiliki pengamat:
1. Kepastian Tujuan: Pengamat harus memiliki kepastian tentang apa yang ingin diketahui, disertai kekuatan analitis dan pemikiran terfokus (concentrative thought).
2. Prinsip Pengujian: Memiliki prinsip yang tinggi dan luas (Kebahagiaan Manusia) untuk berfungsi sebagai titik kumpul dan uji observasi.
3. Metode Jelas: Memiliki gagasan pasti mengenai metode yang akan digunakan yang menjanjikan hasil berguna.
4. Keyakinan Moral Asal: Memiliki gagasan pasti tentang asal-usul perasaan benar dan salah pada manusia.
5. Pengetahuan Pengaruh Umum: Memahami hubungan antara kebaikan dan keburukan serta pengaruh umum dalam masyarakat.
B. Kategori Moral (Sikap Etis)
Kategori ini menekankan disposisi mental dan etika yang diperlukan untuk memastikan objektivitas, empati, dan motivasi yang tepat:
6. Simpati (Sympathy): Diperlukan untuk menemukan jalan ke hati dan pikiran masyarakat yang diteliti.
7. Menghindari Kebingungan atau Rasa Jijik: Pengamat tidak boleh membiarkan diri bingung atau jijik saat melihat perbedaan moralitas atau praktik sosial, sehingga mencegah bias penghakiman.
8. Tidak Ada Keputusasaan: Harus didorong oleh keinginan untuk memberikan manfaat daripada bersinar (useful rather than shining); tidak boleh putus asa di tengah kesulitan penelitian.
C. Kategori Mekanis (Teknik Praktis)
Kategori ini menguraikan logistik dan teknik lapangan untuk pengumpulan dan pencatatan data:
9. Alat Transportasi yang Tepat: Memilih sarana yang memungkinkan pertemuan dan pendekatan bertahap terhadap masyarakat, seperti perjalanan perahu atau berjalan kaki (pedestrian), yang lebih disukai daripada naik kuda atau kereta. Hal ini memfasilitasi observasi partisipan dan aksesibilitas yang lebih dalam.
10. Membedakan Bahasa: Mampu membedakan antara bahasa yang digunakan dalam literatur (resmi atau formal) dan bahasa sehari-hari yang mencerminkan realitas yang lebih jujur.
11. Pencatatan Data: Kewajiban untuk membuat buku harian/jurnal secara teratur.
12. Sistem Kueri: Martineau menyarankan bahwa serangkaian pertanyaan terstruktur (set of queries) lebih unggul daripada laporan individual, menyiratkan perlunya studi banding atau survei yang sistematis.
13. Mencari Pandangan Umum (Holistik): Berdiri di puncak tertinggi untuk mendapatkan pandangan umum yang akurat saat mengamati suatu masyarakat, menekankan kebutuhan akan perspektif makro/holistik.
Martineau secara radikal menyarankan agar pengamat "membalik" urutan akuisisi pengetahuan yang biasa dalam Requisit Mekanis. Daripada mengandalkan apa yang orang katakan (klaim verbal tentang norma), pengamat harus pertama mengamati 'hal-hal' secara objektif—artefak, tindakan, dan institusi—dan kemudian menghubungkannya dengan ekspresi verbal. Martineau percaya bahwa refleksi yang lebih akurat dari moral suatu bangsa terletak pada representasi kolektif, sub-teks yang terwujud dalam artefak abadi. Sebagai contoh yang terkenal, Martineau menyatakan bahwa pengamat akan "menemukan tempat belajar yang lebih baik daripada Pemakaman—tidak ada pengajaran yang lebih instruktif daripada Prasasti Monumen (Monumental Inscriptions). Bahasa singkat orang mati akan mengajarkannya lebih banyak daripada pidato terpanjang dari orang hidup". Hal ini menunjukkan bahwa sosiologi awal Martineau memiliki afinitas kuat dengan teori Interaksi Simbolik, yang berfokus pada interpretasi artefak dan tindakan sebagai manifestasi moral yang jujur.
Tabel 1 merangkum klasifikasi Martineau mengenai Syarat-Syarat Mutlak (Requisites) bagi pengamat sosial:
Table 1: Klasifikasi 15 Syarat Mutlak (Requisites) bagi Pengamat Sosial
IV. Panduan Praktis: Apa yang Harus Diobservasi (What to Observe)
Bagian kedua dari buku ini berfungsi sebagai panduan pragmatis yang mengarahkan pengamat ke institusi-institusi spesifik di mana moralitas kolektif dapat diamati dan diverifikasi. Martineau memberikan kiat-kiat praktis dan pertanyaan-pertanyaan spesifik untuk mengeksplorasi struktur-struktur sosial utama. Martineau menggarisbawahi keyakinannya pada interelasi yang rumit antara institusi-institusi sosial, menyarankan model proto-fungsionalis di mana moralitas dalam satu bidang (misalnya, hukum) akan termanifestasi dalam bidang lain (misalnya, ekonomi atau keluarga).
A. Institusi Sentral I: Agama (Religion) dan Nilai Kehidupan
Martineau menginstruksikan pengamatan mendalam terhadap praktik keagamaan, termasuk Gereja (Churches), Klerus (Clergy), dan bentuk-bentuk Takhayul (Superstitions). Analisis ini harus melampaui doktrin formal dan mencari tahu bagaimana agama memengaruhi toleransi, hierarki sosial, dan kebebasan berpikir individu.
Secara signifikan, Martineau memasukkan analisis pola Bunuh Diri (Suicide) sebagai indikator moralitas sosial. Jauh sebelum Emile Durkheim, Martineau menggunakan fenomena ini untuk menilai sejauh mana suatu masyarakat menghargai kehidupan individu dan mengatasi ketidakseimbangan struktural yang dapat menyebabkan keputusasaan kolektif.
Baca Juga: Teori Bunuh Diri Emile Durkheim: Analisis Komprehensif, Kritik, dan Relevansinya Saat Ini
B. Institusi Sentral II: Keluarga dan Relasi Domestik
Relasi domestik dianggap sebagai cerminan kritis moralitas publik. Martineau menekankan perlunya observasi terhadap pernikahan, pendidikan anak, dan hubungan kekerabatan (Love of Kindred and Birth-place).
Yang paling penting adalah penentuan Status Perempuan. Bagi Martineau, status perempuan dalam rumah tangga dan masyarakat adalah barometer moralitas yang paling akurat. Jika moralitas suatu bangsa mengklaim keadilan dan kesetaraan (prinsip verbal), tetapi status perempuan dalam pendidikan, hukum, atau keluarga terdegradasi (manifestasi tingkah laku), ini mengungkapkan kontradiksi moral yang mendasar dalam struktur sosial tersebut.
C. Institusi Sentral III: Pemerintahan dan Keadilan
Observasi harus diperluas ke institusi formal seperti pemerintahan, media, pasar, polisi, penjara, dan amal (charities). Pengamat harus fokus pada bagaimana sistem keadilan beroperasi.
Hal ini mencakup Perlakuan terhadap yang Bersalah (Treatment of the Guilty) dan meneliti Kesaksian Narapidana (Testimony of Criminals) sebagai cara untuk memahami karakter keadilan publik dan moralitas kolektif yang berlaku. Bagaimana masyarakat memperlakukan anggotanya yang paling rentan atau menyimpang adalah indikator nyata dari prinsip-prinsip moralnya.
D. Institusi Sentral IV: Budaya dan Representasi Kolektif
Martineau mengarahkan perhatian pada manifestasi budaya yang mencerminkan nilai-nilai yang paling dihormati publik (Moral Notions). Ini termasuk observasi terhadap siapa yang dianggap Idola Populer (Popular Idols).
Penekanan diberikan pada artefak budaya yang bersifat permanen, seperti yang disebutkan sebelumnya, yaitu Epitaphs (Batu Nisan), yang memberikan pandangan tentang bagaimana masyarakat memilih untuk mengingat dan menghormati yang sudah meninggal. Selain itu, Lagu Populer (Popular Songs) berfungsi sebagai indikator emosi kolektif dan moral yang berlaku di kalangan masyarakat luas. Martineau mengajarkan metode triangulasi data institusional, di mana data dari satu institusi (misalnya, Epitaphs) digunakan untuk menguatkan data dari institusi lain (misalnya, Hukum) untuk mengungkap inkonsistensi moral dan hipokrisi sosial.
Table 2 menyajikan area observasi utama Martineau:
Table 2: Institusi Sosial Utama sebagai Fokus Observasi Morals dan Manners
V. Kontribusi Metodologis Lanjutan dan Warisan Martineau
A. Teknik Penelitian Awal dan Triangulasi Data
How to Observe Morals and Manners adalah teks metodologi kualitatif awal yang luar biasa. Martineau membahas isu-isu yang masih relevan dalam penelitian modern, termasuk masalah bias pengamat, generalisasi tergesa-gesa, ukuran sampel, dan fenomena reaktivitas (perubahan perilaku subjek yang diamati).
Ia menguraikan teknik-teknik seperti observasi partisipan dan penggunaan wawancara, tetapi dengan syarat penting: data wawancara harus digunakan untuk menguatkan (corroborate) data observasional, bukan menggantikannya. Hal ini kembali ke prinsipnya untuk memprioritaskan tindakan dan artefak (tingkah laku yang diamati) di atas klaim verbal (moral yang diucapkan), memastikan bahwa temuan ilmiah didukung oleh bukti nyata.
B. Pengaruh Lanjut dalam Teori Sosial
Meskipun karya Martineau sempat kurang mendapat perhatian di pertengahan abad ke-20, minat terhadap kontribusinya meningkat pesat saat sosiolog mulai menjelajahi kembali akar disiplin ilmu tersebut, khususnya kontribusi perempuan.
1. Sosiologi Feminis: Martineau menjadikan status wanita sebagai indikator sentral moralitas sosial. Penelitiannya ini merupakan landasan bagi studi feminis, yang menemukan resonansi antara prinsip pendorong Martineau (kebahagiaan manusia) dengan dorongan menuju kesetaraan.
2. Interaksi Simbolik: Penekanan Martineau pada penelitian observasional, interpretasi artefak, dan fokus pada bagaimana moralitas terwujud dalam representasi kolektif secara langsung memberikan manfaat dan relevansi bagi teori Interaksi Simbolik di kemudian hari.
3. Ilmu Non-Sosiologis: Bahkan di luar ilmu sosial, Martineau memberikan pengaruh signifikan. Charles Darwin membaca buku ini pada Agustus 1838 dan terinspirasi oleh relativisme kultural Martineau. Hal ini membantu Darwin menyimpulkan bahwa moralitas tidak hanya dipengaruhi oleh budaya, tetapi juga dapat menjadi insting sosial yang dibentuk oleh hereditas.
VI. Kesimpulan
How to Observe Morals and Manners (1838) karya Harriet Martineau adalah sebuah mahakarya metodologi yang revolusioner. Karyanya ini memberikan visi sosiologi sebagai disiplin yang harus bersifat reflektif, kritis, dan ilmiah.
Martineau menuntut bahwa pengamat sosial harus memiliki persiapan yang setara dengan ilmuwan fisik, tidak hanya dalam hal ketelitian mekanis tetapi juga dalam integritas moral. Dengan menegaskan bahwa pengamatan harus dinilai berdasarkan prinsip universal kebahagiaan manusia, Martineau memastikan bahwa sosiologi bukan sekadar pencatatan fakta, melainkan sebuah alat etis untuk mengungkap kontradiksi struktural dan mendorong kemajuan manusia. Melalui penekanannya pada observasi artefak non-verbal dan triangulasi data institusional, Martineau meletakkan dasar bagi banyak teknik penelitian kualitatif modern, menjadikannya perintis yang relevan dan esensial dalam sejarah ilmu sosial.
Karya yang dikutip:
Hamlin, J. (2025, Oktober 10). Harriet Martineau: Morals and manners. Department of Sociology and Anthropology, University of Minnesota Duluth. Diakses dari https://www.d.umn.edu/cla/faculty/jhamlin/4111/Martineau/Martineau.pdf
James Madison University Library. (2025, Oktober 10). How to observe: Morals and manners. Diakses dari https://search.lib.jmu.edu/discovery/fulldisplay?docid=alma991016739772006271
Martineau, H. (1838). How to observe morals and manners (M. R. Hill, Ed.). London: Charles Knight. (Original work published 1838)
Martineau, H. (2023). How to observe morals and manners. New Delhi, India: Double 9 Books LLP. (Original work published 1838)
PagePlace. (2025, Oktober 10). How to observe morals and manners. Diakses dari https://api.pageplace.de/preview/DT0400.9781351514811_A30457116/preview-9781351514811_A30457116.pdf
Project Gutenberg. (n.d.). How to observe—morals and manners. Diakses Oktober 10, 2025, dari https://www.gutenberg.org/files/33944/33944-h/33944-h.htm
ResearchGate. (2025, Oktober 10). Harriet Martineau: 15 requisites for social science travellers. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/341651600_Harriet_Martineau_15_Requisites_for_Social_Science_Travellers
ResearchGate. (2025, Oktober 10). How to observe morals and manners: With an introduction and analytical index. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/345707355_How_to_Observe_Morals_and_Manners_With_an_introduction_and_analytical_index
Taylor & Francis. (2025, Oktober 10). How to observe morals and manners | Harriet Martineau, Michael R. Hill. Diakses dari https://www.taylorfrancis.com/books/mono/10.4324/9780203789667/observe-morals-manners-harriet-martineau-michael-hill
Wikipedia. (2025, Oktober 10). How to observe morals and manners. Wikipedia: The Free Encyclopedia. Diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/How_to_Observe_Morals_and_Manners
%20Karya%20Harriet%20Martineau.png)


Post a Comment