Ringkasan Materi TKA Sosiologi SMA 2025: Penelitian Sosial, Langkah, Teknik, dan Interpretasi

Table of Contents

📘 Kisi-Kisi TKA Sosiologi SMA 2025 (Resmi – Perka BSKAP No. 045)

Pembahasan Kompetensi 8:

Kompetensi Utama: 

Penelitian Sosial (Aplikasi)

Indikator / Cakupan Materi

- Langkah penelitian sosial (identifikasi masalah, hipotesis, pengumpulan data, analisis, kesimpulan)
- Teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, kuesioner, studi dokumen)
- Interpretasi hasil penelitian

Penelitian Sosial: Langkah, Teknik, dan Interpretasi

Penelitian sosial adalah proses ilmiah sistematis untuk memahami fenomena masyarakat secara mendalam. Menurut kisi-kisi TKA Sosiologi 2025, materi penelitian sosial mencakup langkah-langkah dan metode penelitian dalam sosiologi[1]

Pada dasarnya, penelitian sosial bertujuan menemukan jawaban atas masalah masyarakat dengan data yang valid dan relevan. Proses penelitian diawali dengan memilih topik yang menarik, merumuskan masalah, lalu dilakukan perumusan hipotesis (asumsi sementara) tentang hubungan antar variabel[2]

Selanjutnya, peneliti merancang metode penelitian, mengumpulkan data, menganalisisnya, dan akhirnya menarik kesimpulan. Contohnya, jika ingin meneliti pengaruh pergaulan sebaya terhadap kelekatan keluarga, seorang peneliti remaja bisa mulai dengan merumuskan pertanyaan: “Apakah hubungan antara pergaulan teman sebaya dan kedekatan hubungan antar anggota keluarga?[3]

Dari sana ia menyusun instrumen penelitian (misalnya daftar pertanyaan wawancara atau angket), lalu mengumpulkan dan menganalisis data untuk menjawab pertanyaan tersebut[3][4].

Langkah-langkah Penelitian Sosial

Langkah penelitian sosial biasanya terstruktur dalam beberapa tahap berurutan agar terarah dan ilmiah[4][5]. Berikut langkah utamanya:
Identifikasi masalah – Tahap awal adalah mengenali dan memilih masalah sosial yang ingin diteliti. Peneliti perlu memahami fenomena yang menarik perhatian dan berdampak pada masyarakat[5]. Misalnya, menyadari apakah ada masalah seperti “adakah kecenderungan pergaulan remaja yang dapat memengaruhi hubungan keluarga?”, lalu memilih fokus masalah tersebut.

Perumusan hipotesis – Setelah masalah ditetapkan, peneliti merumuskan hipotesis atau dugaan sementara tentang hubungan antar variabel penelitian[2]. Hipotesis ini berupa pernyataan yang bisa diuji kebenarannya. Contohnya, hipotesis “Semakin kuat pengaruh pergaulan sebaya, semakin berkurang kelekatan keluarga” bisa diuji melalui data lapangan. Hipotesis membantu memberi arahan penelitian dan nantinya diverifikasi lewat pengumpulan data[2].

Pengumpulan data – Peneliti kemudian mengumpulkan informasi yang relevan sesuai hipotesis dan metode yang dipilih[4]. Pada tahap ini peneliti menggunakan instrumen seperti kuesioner, wawancara, atau observasi untuk memperoleh data mentah yang dibutuhkan. Penting untuk menyiapkan rencana pengumpulan data yang sistematis: menentukan populasi, sampel, dan teknik yang dipakai agar data dapat diolah secara akurat[4][6].

Analisis data – Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis untuk menghasilkan temuan penelitian. Analisis ini bisa bersifat kualitatif (menafsirkan jawaban wawancara, pola perilaku, dsb.) atau kuantitatif (menggunakan statistik untuk menguji hipotesis)[4]. Tujuannya menemukan pola, hubungan, atau jawaban atas pertanyaan penelitian berdasarkan data empiris.

Penarikan kesimpulan – Berdasarkan hasil analisis, peneliti menyimpulkan apakah hipotesis diterima atau ditolak dan menjawab masalah penelitian[7]. Kesimpulan merangkum temuan utama dan maknanya. Misalnya, jika data menunjukkan remaja yang sering bergaul dengan teman cenderung mengabaikan waktu bersama keluarga, peneliti menyimpulkan ada pengaruh negatif pergaulan sebaya terhadap kelekatan keluarga. Hasil ini bisa menjadi dasar rekomendasi atau pemahaman lebih lanjut mengenai masalah sosial tersebut[3][7].

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian sosial, data dapat dikumpulkan melalui berbagai cara untuk memahami fenomena secara lengkap[8]. Empat teknik utama yang sering digunakan adalah:
Observasi – Pengamatan langsung terhadap perilaku atau situasi sosial di lapangan tanpa (atau dengan) keterlibatan langsung peneliti[8][9]. Peneliti mencatat apa yang terjadi secara sistematis, misalnya perilaku siswa di sekolah atau interaksi pengguna media sosial. Observasi bisa partisipatif (peneliti terlibat dalam kegiatan yang diamati) atau non-partisipatif (hanya mengamati dari luar)[9].

Wawancara – Teknik tanya jawab antara peneliti dan informan (narasumber) untuk menggali informasi mendalam[10]. Peneliti dapat menggunakan wawancara terstruktur (daftar pertanyaan baku) atau tidak terstruktur (hanya panduan poin)[10]. Wawancara memungkinkan peneliti memahami pandangan, pengalaman, dan pendapat responden secara lebih rinci.

Kuesioner (Angket) – Pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disebarkan kepada responden[11]. Pertanyaan angket biasanya dalam bentuk tertutup (pilihan ganda) atau terbuka (jawaban bebas). Kuesioner dapat disebar secara langsung maupun online (misalnya Google Form). Metode ini efisien untuk mendapatkan banyak data sekaligus dari jumlah responden besar[11].

Studi Dokumen (Studi Pustaka) – Menggunakan dokumen atau sumber sekunder seperti buku, arsip, artikel, dan laporan sebagai data[12]. Teknik ini berguna bila mengkaji peristiwa yang sudah lampau atau teori yang relevan. Data diambil dari sumber tertulis sehingga menghemat waktu dan biaya, meski harus berhati-hati memeriksa keakuratan dan kekinian sumbernya[12].

Setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga seringkali peneliti mengombinasikannya sesuai kebutuhan penelitian.

Interpretasi Hasil Penelitian Sosial

Setelah data dianalisis, langkah selanjutnya adalah interpretasi hasil – menafsirkan makna temuan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis[13]. Interpretasi melibatkan membandingkan hasil analisis data dengan kerangka teori dan hipotesis awal. Dengan menghubungkan pola-pola yang ditemukan pada data dengan asumsi penelitian, peneliti dapat menjelaskan fenomena sosial lebih mendalam[13]

Misalnya, jika hasil wawancara menunjukkan banyak remaja lebih banyak beraktivitas dengan teman daripada keluarga, interpretasi data ini menyoroti pergeseran pola prioritas sosial yang mungkin menjelaskan berkurangnya kelekatan keluarga pada penelitian contoh sebelumnya. Intinya, interpretasi data adalah proses menerjemahkan angka, jawaban, atau pengamatan menjadi kesimpulan yang bermakna secara sosial[13]. Hasil interpretasi ini kemudian dijadikan dasar menyusun kesimpulan akhir penelitian dan rekomendasi yang berguna.

Dengan memahami langkah-langkah penelitian sosial, teknik pengumpulan data, dan cara menginterpretasi hasil, siswa dapat melakukan belajar mandiri untuk menerapkan metode ilmiah dalam sosiologi. Penguasaan materi ini sesuai kisi-kisi TKA Sosiologi 2025 membantu menjawab fenomena sosial secara kritis dan ilmiah[1][13].

Sumber: 
Ringkasan materi di atas mengacu pada pedoman resmi TKA Sosiologi 2025[1] dan sumber pedagogis terpercaya [4][8][10][11][13].

[1] [3] Perkaban Nomor 45 Tahun 2025 Tentang Kerangka Asesmen TKA - SMA - MA Dan SMK - MAK - (WWW - Mastiokdr.com) - 14 JULI 2025 | PDF
https://id.scribd.com/document/890163691/Perkaban-Nomor-45-Tahun-2025-Tentang-Kerangka-Asesmen-TKA-SMA-MA-Dan-SMK-MAK-Www-mastiokdr-com-14-JULI-2025

[2] [5] [6] Langkah-Langkah Penelitian Sosial - TempatGuru
https://www.tempatguru.com/2024/01/langkah-langkah-penelitian-sosial.html

[4] [7] Penelitian Sosial: Pengertian, Manfaat, Jenis & Contoh
https://www.ruangguru.com/blog/penelitian-sosial

[8] [9] [10] [11] [12] Teknik Pengumpulan Data Penelitian - Materi Sosiologi Kelas 10
https://www.zenius.net/blog/teknik-pengumpulan-data-penelitian/

[13] Interpretasi Data: Pengertian, Jenis, Cara Melakukan, dan Contoh
https://penerbitdeepublish.com/interpretasi-data/

Lihat Juga:

Paket 100 Soal Latihan TKA Sosiologi SMA 2025 Lengkap Sesuai Kisi-Kisi Resmi  

Ringkasan Materi 8 Kompetensi & 100 Latihan Soal TKA Sosiologi SMA 2025 (Resmi Perka BSKAP No. 045) 

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment