Ringkasan Materi TKA Sosiologi SMA 2025: Perubahan Sosial, Modernisasi, Globalisasi, dan Teori

Table of Contents

📘 Kisi-Kisi TKA Sosiologi SMA 2025 (Resmi – Perka BSKAP No. 045)

Pembahasan Kompetensi 7:

Kompetensi Utama: 

Perubahan Sosial & Globalisasi

Indikator / Cakupan Materi

- Faktor internal & eksternal perubahan sosial
- Dampak positif & negatif modernisasi
- Globalisasi & budaya populer
- Teori perubahan sosial (linear, siklus, konflik, fungsional)

Perubahan Sosial & Globalisasi

Perubahan Sosial adalah perubahan struktur dan fungsi masyarakat akibat faktor-faktor tertentu[1]. Faktor penyebabnya dibagi menjadi internal (dari dalam masyarakat) dan eksternal (dari luar masyarakat). Faktor internal meliputi perubahan jumlah penduduk (misalnya migrasi penduduk yang mengubah struktur sosial)[2], penemuan atau inovasi baru (misal internet atau alat teknologi modern yang mengubah cara hidup)[3], konflik sosial dalam masyarakat (perbedaan pendapat/kepentingan yang memaksa penyesuaian norma atau kebijakan)[4], dan pemberontakan atau revolusi (ketidakpuasan terhadap sistem lama yang memicu pergantian tatanan sosial)[5]

Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar masyarakat, yaitu perubahan lingkungan alam (bencana alam yang merombak pola hidup masyarakat)[6], peperangan (perdamaian yang tiba-tiba setelah perang mengubah struktur politik/sosial)[7], serta pengaruh budaya masyarakat lain (masuknya nilai dan kebiasaan asing melalui media atau kontak budaya, menimbulkan akulturasi atau asimilasi)[8].

Modernisasi adalah proses transformasi sosial-ekonomi menuju tatanan masyarakat modern[9]. Modernisasi membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif antara lain: perkembangan teknologi yang memudahkan pekerjaan dan akses informasi[10]; peningkatan standar hidup (layanan kesehatan, pendidikan, transportasi lebih baik)[11]; kemajuan ekonomi (pertumbuhan lapangan kerja dan pendapatan)[12]; serta perubahan sosial menuju kesetaraan gender dan penghargaan HAM yang lebih luas[13]. Dampak positif lain dapat mencakup peningkatan kualitas lingkungan lewat teknologi ramah lingkungan. 

Di sisi lain, dampak negatif modernisasi adalah: perubahan budaya (nilai-nilai tradisional tersingkir oleh budaya populer atau asing)[14]; ketidaksetaraan sosial (kesenjangan ekonomi yang melebar, di mana sebagian kecil masyarakat mendapatkan keuntungan lebih besar)[15]; urbanisasi berlebihan (migrasi massal ke kota menyebabkan kemacetan dan polusi)[16]; perubahan gaya hidup yang kurang sehat (konsumsi makanan cepat saji, alkoholisme)[17]; serta kerentanan terhadap bencana (misalnya banyak penduduk kota yang tinggal di daerah rawan banjir atau longsor)[18].

Globalisasi adalah fenomena keterkaitan dan ketergantungan antarnegara di seluruh dunia melalui perdagangan, perjalanan, dan budaya populer[19]. Dalam era globalisasi, media massa dan internet memungkinkan ide, tren, dan gaya hidup dari satu negara dengan mudah tersebar ke seluruh dunia[20]. Budaya populer global mengacu pada pengaruh budaya yang diterima secara luas oleh masyarakat dunia (misalnya film Hollywood, musik pop, fast food)[20]. Globalisasi budaya sering menyebabkan homogenisasi budaya populer – misalnya musik dan fashion dari negara maju diadopsi banyak orang di negara lain. Namun ada juga proses glocalization, yaitu adaptasi lokal dari budaya global.

Contoh konkret globalisasi budaya di Indonesia adalah fenomena K-Pop (Korean Pop). Gelombang K-Pop merupakan bentuk Korean wave: masuknya berbagai kebudayaan Korea (musik, drama, fashion, makanan) ke Indonesia dan dunia[19]. Musik dan gaya Korea disukai remaja Indonesia, mereka mengidolakan grup seperti BTS atau Blackpink, meniru tarian, mengikuti tren kuliner Korea, dan bahkan aktif dalam fandom internasional (ARMY)[19][21]

Ini menunjukkan budaya populer Korea tersebar luas melalui globalisasi. Menurut ahli, merebaknya budaya Korea di dunia (Korean wave) hingga ke Indonesia sejak 2004 adalah hasil dari globalisasi budaya[19]. Dampak positifnya misalnya semangat inovasi dan pembelajaran bahasa, namun juga muncul kekhawatiran sebagian nilai lokal tergerus oleh budaya asing[22][23].

Teori Perubahan Sosial

Berbagai teori mencoba menjelaskan mekanisme perubahan sosial:
1. Teori Linier (Evolusi): Perubahan terjadi secara bertahap dalam jangka panjang menuju tingkat kemajuan yang lebih tinggi[24]. Masyarakat menempuh tahapan tertentu (misal tahap primitf, tradisional, dan modern) secara berurutan[25]. Perubahan linier bersifat kumulatif, dan meski lambat, pada akhirnya mengarah ke kondisi sosial yang lebih maju.
2. Teori Siklus: Perubahan dianggap berulang dalam pola siklis[26]. Fenomena sosial lama bisa berulang setelah beberapa generasi. Misalnya tren gaya hidup atau mode klasik yang kembali populer membuktikan pola siklus dalam perubahan sosial[26].
3. Teori Fungsional: Memandang masyarakat sebagai sistem dengan bagian-bagian saling terhubung. Perubahan terjadi melalui penyesuaian sistem sosial untuk mencapai keseimbangan baru[27]. Bila fungsi suatu lembaga berubah, sistem akan berevolusi agar integrasi sosial terpelihara. Pandangan ini menekankan bahwa meski konflik dapat muncul, sistem sosial akhirnya menyesuaikan diri untuk menjaga keharmonisan baru.
4. Teori Konflik: Menyatakan bahwa pertentangan antar kelompok (kelas sosial, kepentingan, nilai) mendorong perubahan sosial[28]. Konflik—seperti perjuangan buruh vs pemilik modal—mengguncang tatanan lama dan memicu transformasi struktur sosial[28]. Dalam teori ini, konflik dipandang sebagai pendorong utama perubahan dan munculnya kondisi sosial baru (misalnya kesenjangan atau reformasi).

Setiap teori memberikan perspektif berbeda tentang bagaimana perubahan sosial terjadi: linier melihat perkembangan berkelanjutan, siklus menyoroti pengulangan pola, fungsional menekankan penyesuaian sistem, dan konflik fokus pada peran pertentangan sosial[24][28].

Contoh Soal: Fenomena K-Pop di Indonesia bisa dianalisis sebagai globalisasi budaya. Minat kuat remaja terhadap musik dan gaya Korea menunjukkan proses globalisasi budaya – tren yang berpindah lintas negara melalui media dan Internet[19][20]. Misalnya, kepopuleran BTS di Indonesia, kolaborasi produk seperti BTS Meal, dan membesarnya fandom internasional (ARMY) merupakan bukti bagaimana globalisasi budaya memengaruhi identitas dan gaya hidup masyarakat Indonesia[19][29]. Meskipun membawa semangat positif seperti toleransi dan inspirasi kreativitas, globalisasi budaya juga menimbulkan tantangan bagi pelestarian kebudayaan lokal.

Sumber: 
Pemaparan di atas merujuk pada kisi-kisi resmi TKA Sosiologi SMA 2025 (Perka BSKAP No. 045/H/AN/2025) dan literatur sosiologi terkait[2][24][27][20].

[1] [24] [25] [26] [27] [28] Pengertian Perubahan Sosial, Teori & Karakteristiknya
https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-perubahan-sosial-teori-dan-karakteristik

[2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] Apa Saja Faktor Penyebab Perubahan Sosial: Internal dan Eksternal
https://tirto.id/apa-saja-faktor-penyebab-perubahan-sosial-internal-dan-eksternal-gbvj

[9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] 5 Dampak Positif dan Negatif Modernisasi Beserta Penjelasannya | kumparan.com
https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/5-dampak-positif-dan-negatif-modernisasi-beserta-penjelasannya-20FI3z0CHhV

[19] [21] [22] [23] [29] TREND BUDAYA K-POP DI KALANGAN REMAJA INDONESIA: BTS MEAL HINGGA FANATISME – Environmental Geography Student Association
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2021/12/21/trend-budaya-k-pop-di-kalangan-remaja-indonesia-bts-meal-hingga-fanatisme/

[20] Budaya Populer dalam Era Globalisasi - Kompasiana.com
https://www.kompasiana.com/adityaocta6128/647414534addee57ba139d43/budaya-populer-dalam-era-globalisasi

Lihat Juga:

Paket 100 Soal Latihan TKA Sosiologi SMA 2025 Lengkap Sesuai Kisi-Kisi Resmi 

Ringkasan Materi 8 Kompetensi & 100 Latihan Soal TKA Sosiologi SMA 2025 (Resmi Perka BSKAP No. 045) 

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment