Analisis Mendalam Buku Symbolic Interactionism: Perspective and Method (1969) Karya Herbert Blumer: Konsep, Isi, dan Relevansi

Table of Contents

Buku Symbolic Interactionism: Perspective and Method (1969) Karya Herbert Blumer
Abstrak

Tulisan ini menyajikan analisis komprehensif terhadap karya fundamental Herbert Blumer, Symbolic Interactionism: Perspective and Method (1969). Blumer tidak hanya merumuskan tiga premis inti dari interaksionisme simbolik—bahwa tindakan manusia didasarkan pada makna, makna berasal dari interaksi sosial, dan makna dimodifikasi melalui proses interpretasi—tetapi juga secara revolusioner menguraikan posisi metodologis yang menekankan penyelidikan kualitatif dan naturalistik. Tulisan ini mengeksplorasi asal-usul intelektual Blumer dari George Herbert Mead, menelaah perbedaan substansial mereka, menganalisis kritik-kritik akademis terhadap teori dan metodologinya, serta menguraikan warisan abadi karyanya dalam membentuk teori-teori sosiologi selanjutnya seperti teori pelabelan dan grounded theory.

I. Pengantar: Kontekstualisasi Karya Fundamental Herbert Blumer

Herbert Blumer (1900-1997) merupakan salah satu tokoh sosiologi paling berpengaruh di Amerika abad ke-20. Sebagai seorang sosiolog terkemuka, ia tidak hanya mendapatkan gelar doktor di University of Chicago, tetapi juga menjadi pendiri dan ketua pertama Departemen Sosiologi di University of California, Berkeley, sebuah peran yang menempatkannya di pusat perkembangan pemikiran sosiologis Amerika. Karyanya pada tahun 1969, yang berjudul Symbolic Interactionism: Perspective and Method, diakui secara luas sebagai pernyataan paling otoritatif dari sudut pandangnya. Buku ini merupakan kompilasi artikel-artikelnya yang berharga, yang menyatukan pemikiran teoritis dan metodologinya dalam satu volume yang koheren.

Penerbitan buku ini menandai momen penting dalam sejarah sosiologi, karena menawarkan sebuah kerangka yang jelas dan terstruktur pada saat teori-teori lain seperti fungsionalisme struktural dan behaviorisme menjadi dominan. Publikasi ini disambut dengan pujian tinggi dari komunitas akademis. Sebuah ulasan dalam American Sociological Review menggambarkannya sebagai "apa yang harus diketahui setiap orang dalam kata-kata yang dapat dipahami semua orang," serta "pernyataan ide-ide yang lugas dan berterus terang yang sangat penting dalam perkembangan sosiologi Amerika". Ulasan lain di Social Forces memuji buku ini sebagai "sumber terbaik saat ini untuk perspektif interaksionisme simbolik dan implikasi metodologisnya".

Judul buku ini, Perspective and Method, secara langsung mengisyaratkan proyek ganda yang mendasari argumen Blumer. Buku ini bukan sekadar presentasi teoretis; ia adalah sebuah pernyataan metodologis yang terintegrasi secara mendalam. Dalam pandangan Blumer, tidak mungkin untuk memahami perspektifnya tanpa juga mengadopsi metodologi yang koheren. Hal ini merupakan sebuah tantangan mendasar terhadap cara sosiologi dipraktikkan pada masanya. Blumer secara sadar mengontraskan pendekatannya dengan praktik sosiologi konvensional yang sering kali mengandalkan teori-teori abstrak yang terputus dari realitas empiris dan metodologi yang mereduksi kehidupan manusia yang dinamis menjadi variabel-variabel yang statis. Oleh karena itu, buku Blumer adalah sebuah proyek tunggal yang saling melengkapi: perspektif teoretis yang unik menuntut pendekatan metodologis yang sesuai untuk menghindari distorsi dan untuk secara otentik menangkap sifat kehidupan sosial manusia. Tanpa pemahaman mendalam tentang hubungan intrinsik ini, seseorang akan keliru melihat buku ini hanya sebagai ringkasan teori, padahal ia adalah sebuah manifestasi yang menantang sosiologi pada fondasinya.

II. Asal-Usul Intelektual dan Hubungan dengan George Herbert Mead

Akar intelektual dari interaksionisme simbolik dapat dilacak kembali ke filsafat pragmatisme Amerika, yang menekankan hubungan antara pemikiran, pengalaman, dan tindakan. Di antara para tokoh pragmatis, George Herbert Mead dianggap sebagai bapak pendiri interaksionisme simbolik. Namun, kontribusinya tidak pernah dipublikasikan dalam satu buku yang ditulisnya sendiri; gagasan-gagasannya dirangkum dari catatan kuliah murid-muridnya, yang membuat tulisannya cenderung "filosofis, tidak lengkap, dan samar". Blumer, sebagai salah satu murid terkemuka Mead dan penafsirnya, memikul tanggung jawab untuk menyistematiskan dan mengkodifikasi pemikiran-pemikiran ini ke dalam sebuah pendekatan sosiologis yang koheren. Ia bahkan merupakan orang pertama yang mencetuskan istilah "interaksionisme simbolik" pada tahun 1937.

Meskipun Blumer mengikuti jejak Mead, pandangan mereka memiliki beberapa perbedaan yang signifikan, yang mencerminkan ketegangan mendasar dalam teori sosial. Perbedaan utama terletak pada titik awal investigasi, konsepsi diri, dan posisi metodologis. Mead berpendapat bahwa self (diri) muncul dari interaksi antara individu dalam masyarakat, sehingga interaksi itu sendiri merupakan titik awal yang paling logis untuk penyelidikan sosiologis. Sebaliknya, Blumer memulai dari self atau pikiran sebagai entitas yang sudah terbentuk secara independen yang kemudian berinteraksi. Perbedaan ini mengarah pada penekanan yang berbeda dalam analisis. Mead membedakan antara "I" (bagian dari diri yang bertindak secara spontan dan impulsif) dan "Me" (bagian objektif dari diri yang terbentuk dari harapan dan evaluasi orang lain). Blumer, yang memulai dengan self sebagai entitas otonom, cenderung lebih memilih untuk berfokus pada "I" dan tindakan yang dilakukan oleh diri yang otonom tersebut. Secara metodologis, Mead lebih condong pada observasi dan eksperimentasi yang sistematis, sedangkan Blumer secara tegas menganjurkan naturalistic inquiry—observasi subjek penelitian dalam lingkungan alamiah mereka.

Pergeseran fokus dari Mead ke Blumer ini merupakan sebuah cerminan dari ketegangan abadi dalam sosiologi: apakah analisis harus memprioritaskan individu dan agensi (tindakan) atau struktur masyarakat? Blumer memilih untuk memulai dari individu dan proses interpretasinya, menolak determinisme dan menekankan agensi manusia sebagai unit analisis utama. Pendekatan ini menjadi kekuatan inti dari kerangka kerjanya, yang menawarkan model yang tidak mereduksi manusia menjadi sekadar produk dari kekuatan yang tak terlihat. Namun, pilihan untuk memprioritaskan agensi ini juga menjadi sumber kritik utama terhadap Blumer. Para kritikus menuduhnya mengabaikan pengaruh struktur sosial yang lebih besar, kekuatan, dan ketidaksetaraan. Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bahwa Blumer secara sadar mengarahkan interaksionisme simbolik ke jalur yang lebih mikro dan individualistik, sebuah keputusan yang membentuk lintasan tradisi ini dan secara terus-menerus memicu perdebatan yang relevan dalam sosiologi.

III. Tiga Premis Inti: Landasan Teori Blumer

Inti dari perspektif interaksionisme simbolik Blumer adalah tiga premis yang saling terkait erat, yang secara kolektif menjelaskan bagaimana individu menciptakan dan menegosiasikan realitas sosial.
1. Premis Pertama: Manusia Bertindak Berdasarkan Makna. Premis ini menyatakan bahwa manusia bertindak terhadap segala "sesuatu" (objek fisik, manusia lain, ide, atau situasi) berdasarkan makna yang dimiliki oleh hal-hal tersebut bagi mereka. Tindakan manusia bukanlah respons otomatis terhadap stimulus, melainkan respons yang disaring melalui proses interpretasi. Contoh klasik yang diberikan adalah bahwa "rumput" memiliki makna yang berbeda bagi sapi ("makanan") dan bagi rubah ("tempat berlindung"). Hal ini menunjukkan bahwa makna tidaklah inheren, melainkan subyektif dan individualistik. Blumer menjelaskan proses ini sebagai model "stimulus-interpretasi-respons," di mana individu menempatkan sebuah jeda reflektif antara stimulus eksternal dan respons mereka, yang membedakan manusia dari makhluk lain.
2. Premis Kedua: Makna Muncul dari Interaksi Sosial. Premis ini menekankan bahwa makna tidak melekat pada objek itu sendiri; makna muncul secara kolektif dari interaksi sosial yang dilakukan individu dengan sesamanya. Proses ini melibatkan penggunaan simbol-simbol bersama, yang dikonstruksi, disepakati, dan didefinisikan ulang melalui interaksi. Simbol-simbol ini bisa berupa bahasa verbal maupun non-verbal. Tanpa simbol dan bahasa, tidak ada ide, koordinasi, atau bahkan masyarakat itu sendiri. Pentingnya simbol dan interaksi dapat terlihat dalam bagaimana makna suatu konsep, seperti "konsumerisme", bervariasi secara drastis antara masyarakat Barat dan masyarakat dunia ketiga, karena makna tersebut merupakan produk sosial yang bervariasi dari satu budaya ke budaya lain.
3. Premis Ketiga: Makna Dimodifikasi Melalui Proses Interpretatif. Premis ini menjelaskan bahwa makna tidak bersifat statis, tetapi "dimanipulasi dan dimodifikasi melalui proses interpretatif" yang dilakukan individu saat berhadapan dengan situasi. Proses ini melibatkan apa yang disebut Blumer sebagai "percakapan internal" atau minding, sebuah jeda reflektif di mana individu menganalisis, mempertanyakan, dan menyesuaikan respons mereka. Konsep role-taking (mengambil peran orang lain) sangat penting dalam proses ini, karena memungkinkan individu untuk menafsirkan tindakan orang lain dari sudut pandang mereka dan, jika perlu, mencapai konsensus. Makna, oleh karena itu, adalah sesuatu yang dinamis, problematik, dan terus dinegosiasikan dalam interaksi yang sedang berlangsung.

Berikut adalah perbandingan konsep-konsep inti Blumer dengan paradigma sosiologis lainnya yang menolak determinisme:

Buku Symbolic Interactionism: Perspective and Method (1969) Karya Herbert Blumer
Buku ini secara fundamental menentang pandangan-pandangan yang mereduksi manusia menjadi agen pasif atau variabel yang terkendali, dan sebaliknya menempatkan proses interpretasi di jantung kehidupan sosial. Ini adalah kontribusi Blumer yang paling berharga dan sekaligus merupakan dasar bagi kritik-kritik yang akan muncul.

IV. Posisi Metodologis: "Metode" yang Kualitatif dan Naturalistik

Bagian "Metode" dari buku ini adalah sebuah kritik mendalam terhadap metodologi sosiologis konvensional pada masanya. Blumer berpendapat bahwa prosedur penelitian standar, yang melibatkan pembentukan hipotesis, pendefinisian variabel, dan pengujian hubungan, tidak mampu menangkap sifat sebenarnya dari kehidupan sosial manusia. Ia melihat prosedur ini sebagai "ritualisme metodologis" yang secara artifisial mereduksi fenomena sosial yang dinamis menjadi variabel mati dan, yang lebih penting, mengaburkan proses interpretatif yang sebenarnya menggerakkan tindakan manusia.

Blumer secara tegas menganjurkan pendekatan kualitatif yang berfokus pada "penyelidikan naturalistik," yang menghormati realitas empiris dan agensi manusia. Tujuannya bukanlah untuk memverifikasi hipotesis yang sudah ada, melainkan untuk menemukan pengetahuan baru dengan mengamati subjek dalam lingkungan alamiah mereka. Untuk mencapai tujuan ini, ia mengusulkan dua fase kunci dalam metodologinya:
1. Eksplorasi (Exploration): Ini adalah fase awal dari sebuah proyek penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh "pemahaman yang lebih jelas" tentang bagaimana merumuskan masalah penelitian. Selama fase ini, peneliti harus mengesampingkan prasangka dan belajar tentang data apa yang relevan dan mengembangkan alat konseptual berdasarkan apa yang ditemukan di lapangan. Blumer menekankan bahwa tidak boleh ada protokol kaku yang mengatur pengumpulan data pada tahap ini; segala bentuk data yang relevan dapat digunakan.
2. Inspeksi (Inspection): Fase ini mengikuti eksplorasi. Di sini, peneliti "menguji elemen analitis yang diberikan" dari berbagai sudut pandang. Tujuannya adalah untuk mempertajam konsep dan mengikatnya secara akurat dengan dunia empiris. Blumer menyarankan agar proses ini "fleksibel, imajinatif, kreatif, dan bebas untuk mengambil arah baru".

Untuk mengatasi keterbatasan sosiologi konvensional, Blumer memperkenalkan konsep "konsep sensitisasi" (sensitizing concepts). Ia mengusulkan agar konsep-konsep yang ada dalam sosiologi diperlakukan sebagai panduan yang fleksibel, bukan sebagai "resep yang pasti." Artinya, konsep-konsep ini berfungsi untuk "menyarankan apa yang harus dicari," bukan sebagai definisi yang sudah final dan mengikat. Kritik Blumer terhadap teori yang terputus dari realitas dan advokasinya terhadap konsep sensitisasi ini merupakan cerminan dari tantangan fundamental dalam disiplin ilmu sosial. Pandangan ini terbukti berpengaruh, karena para muridnya, seperti Barney Glaser dan Anselm Strauss, juga mengakui "kesenjangan antara teori yang tidak beralasan dan studi empiris yang tak terhitung jumlahnya tanpa panduan teori". Hal ini menunjukkan bahwa Blumer tidak hanya mengidentifikasi masalah pada masanya, tetapi juga menawarkan solusi yang relevan secara abadi, bahkan jika murid-muridnya kemudian memperluas solusi tersebut ke dalam kerangka metodologi yang lebih terstruktur.

V. Kritik dan Perdebatan Akademis: Menempatkan Blumer dalam Dialektika Sosiologi

Meskipun kontribusinya sangat signifikan, karya Blumer tidak luput dari kritik dan perdebatan akademis yang intens. Debat yang paling menonjol berpusat pada pertanyaan apakah interaksionisme simbolik merupakan kerangka kerja teoretis atau teori yang dapat diuji. Kritikus berpendapat bahwa karena ini adalah kerangka kerja, interaksionisme simbolik terlalu "luas dan umum," yang membuatnya sulit untuk menganalisis data empiris secara spesifik atau memprediksi hasil sosial. Akibatnya, ia sering dianggap tidak dapat difalsifikasi atau diuji secara empiris.

Selain itu, Blumer dikritik karena terlalu fokus pada interaksi mikro dan mengabaikan pengaruh struktur sosial yang lebih besar, kekuasaan, dan ketidaksetaraan. Kritik ini menuduhnya melebih-lebihkan kekuatan individu untuk menciptakan realitas mereka sendiri dan gagal memperhitungkan dunia yang tidak mereka ciptakan. Perspektif ini juga dianggap memiliki keterbatasan psikologis, karena mengabaikan dimensi emosional dan alam bawah sadar dari perilaku manusia, dengan fokus yang ketat pada perilaku logis dan interpretatif. Hal ini menimbulkan tantangan terkait pengukuran dan kuantifikasi, karena konsep-konsepnya sangat bergantung pada interpretasi subyektif.

Hubungan antara kekuatan dan kelemahan teori Blumer merupakan sebuah dialektika yang mendalam. Fokusnya yang tak tergoyahkan pada agensi manusia dan proses interpretatif adalah apa yang membedakannya dari tradisi sosiologis yang lebih deterministik. Namun, justifikasi agensi yang kuat ini jugalah yang menjadi alasan utama mengapa ia dikritik karena mengabaikan struktur sosial dan kekuasaan. Demikian pula, metodologinya yang menghargai realitas subyektif dan menolak pengukuran standar adalah apa yang membuatnya sulit untuk diuji secara empiris. Ini menunjukkan sebuah hubungan kausal yang jelas: Blumer tidak secara tidak sengaja mengabaikan struktur atau emosi; dia secara sengaja mengesampingkan mereka untuk berfokus pada apa yang dia anggap paling fundamental dalam memahami kehidupan sosial—proses kreasi makna yang dilakukan individu dalam interaksi. Kelemahan-kelemahan ini tidak muncul dari kecerobohan, melainkan merupakan konsekuensi logis dari komitmen fundamentalnya.

VI. Warisan Abadi: Pengaruh Blumer pada Studi Sosiologi

Terlepas dari kritik yang dihadapinya, warisan Herbert Blumer dalam sosiologi tidak dapat disangkal. Ia secara luas diakui sebagai pendiri interaksionisme simbolik, sebuah tradisi penelitian dan teori yang tetap relevan hingga saat ini. Kontribusinya yang paling signifikan adalah bagaimana pemikirannya menjadi fondasi bagi sejumlah teori sosiologis penting.

Salah satu contoh paling jelas adalah teori pelabelan (labeling theory) dalam kriminologi. Teori ini berakar langsung pada interaksionisme simbolik Blumer, dengan penekanannya pada bagaimana makna (melalui pelabelan) diciptakan dalam interaksi sosial dan bagaimana label tersebut dapat membentuk identitas dan perilaku seseorang. Teori pelabelan berargumen bahwa perilaku tidaklah "menyimpang" secara inheren, tetapi menjadi menyimpang karena reaksi negatif dari masyarakat yang melabelinya demikian.

Selain itu, ada hubungan intelektual yang jelas antara metodologi kualitatif Blumer dan grounded theory, sebuah pendekatan penelitian yang dikembangkan oleh murid-muridnya, Barney Glaser dan Anselm Strauss. Meskipun Glaser dan Strauss mengkritik Blumer karena terlalu fokus pada "verifikasi," pendekatan mereka untuk "menemukan teori dari data" secara jelas mencerminkan "semangat" penelitian yang dianjurkan Blumer. Kritik Blumer terhadap sosiologi yang terputus dari dunia nyata pada akhirnya memotivasi murid-muridnya untuk mengembangkan metodologi yang lebih sistematis untuk menghasilkan teori yang berakar kuat dalam realitas empiris.

Banyak konsep inti Blumer, seperti "definisi situasi" dan gagasan bahwa realitas sosial dikonstruksi secara dinamis, telah menjadi begitu lazim dalam wacana sosiologis sehingga mereka sering digunakan tanpa mengutipnya. Keberadaan ide-ide ini di mana-mana menunjukkan tingkat keberhasilan yang luar biasa: teorinya telah melampaui dirinya sendiri dan menjadi bagian tak terpisahkan dari bahasa dan pemahaman sosiologi yang lebih luas. Warisan Blumer tidak hanya terletak pada buku-bukunya, tetapi juga pada bagaimana ide-idenya telah menyusup ke dalam cara kita berpikir tentang masyarakat.

VII. Kesimpulan: Sebuah Penilaian Akhir

Symbolic Interactionism: Perspective and Method bukan hanya ringkasan ide-ide Herbert Blumer; ini adalah pernyataan manifestasi yang kuat tentang bagaimana sosiologi harus dilakukan. Dengan merumuskan tiga premisnya, Blumer memberikan landasan teoretis yang kokoh untuk memahami bagaimana manusia menciptakan dan menegosiasikan realitas melalui interaksi. Lebih dari itu, dia menyediakan metodologi revolusioner yang menolak determinisme dan mendukung penyelidikan naturalistik yang menghargai agensi dan proses interpretatif manusia.

Meskipun menghadapi kritik atas pengabaian struktur dan emosi, kontribusi Blumer terhadap sosiologi tidak dapat disangkal. Karyanya telah membentuk tradisi penelitian kualitatif dan mempengaruhi teori-teori penting, memvalidasi pendekatan yang berpusat pada subjek, tindakan, dan makna. Pada akhirnya, buku ini adalah pengingat yang kuat bahwa untuk memahami masyarakat, kita harus terlebih dahulu memahami tindakan-tindakan yang diciptakan oleh orang-orang yang ada di dalamnya.

Karya yang dikutip

Blumer, H. (1969). Symbolic interactionism: Perspective and method. University of California Press. https://www.ucpress.edu/book/9780520056763/symbolic-interactionism

Blumer, H. (1969). Symbolic interactionism: Perspective and method. Goodreads. Diakses 19 September 2025, dari https://www.goodreads.com/book/show/87052.Symbolic_Interactionism

Blumer, H. (1986). Symbolic interactionism: Perspective and method (Reprint ed.). Berkeley, CA: University of California Press.

Britannica. (n.d.). Labeling theory: Concepts, theories, & criticism. Diakses 19 September 2025, dari https://www.britannica.com/topic/labeling-theory

Cambridge University Press. (2020). Symbolic interactionism. Dalam The Cambridge handbook of social theory (Bab 11). https://www.cambridge.org/core/books/cambridge-handbook-of-social-theory/symbolic-interactionism/AF7CEEEDDD2193573F45E2E5CB30B633

Dawson College. (n.d.). George Mead: Symbolic interactionism. https://www.dawsoncollege.qc.ca/ai/wp-content/uploads/sites/180/20-george-mead-symbolic-interactionism.pdf

EBSCO. (n.d.). Symbolic interactionism | Research starters. https://www.ebsco.com/research-starters/social-sciences-and-humanities/symbolic-interactionism

Encyclopedia.com. (n.d.). Symbolic interactionism. https://www.encyclopedia.com/social-sciences-and-law/sociology-and-social-reform/sociology-general-terms-and-concepts/symbolic-interactionism

Everythingsociology.com. (2014, Maret). Socialized self: Herbert Blumer's three basic premises. https://www.everythingsociology.com/2014/03/socialization-herbert-blumers-three.html

Glaser, B. G., & Strauss, A. L. (1967). The discovery of grounded theory. Aldine. http://www.sxf.uevora.pt/wp-content/uploads/2013/03/Glaser_1967.pdf

Gingrich, P. (n.d.). Notes on micro-sociological approaches. University of Regina. https://uregina.ca/~gingrich/250m1403.htm

Gingrich, P. (n.d.). Symbolic interactionism. University of Regina. https://uregina.ca/~gingrich/f100.htm

Homework.study.com. (n.d.). How did Mead and Blumer’s view of symbolic interactionism differ? https://homework.study.com/explanation/how-did-mead-and-blumer-s-view-of-symbolic-interactionism-differ.html

Iowa State University. (n.d.). Symbolic interactionism. Iowa State University Digital Repository. https://dr.lib.iastate.edu/bitstreams/3beb3c90-6f2c-41e6-b2aa-6458a1e79ce0/download

Kwantlen Polytechnic University. (2020). 8.6 Labelling theory – Introduction to criminology. https://kpu.pressbooks.pub/introcrim/chapter/8-6-labelling-theory/

Qualitative Research. (2009). A historical and comparative note on the relationship between analytic induction and grounded theorising. Forum: Qualitative Social Research, 10(1). https://www.qualitative-research.net/index.php/fqs/article/view/1400/2994

ResearchGate. (2019). The spirit of Blumer’s method as a guide to sociological discovery. https://www.researchgate.net/publication/337788042_The_Spirit_of_Blumer's_Method_as_a_Guide_to_Sociological_Discovery_The_Spirit_of_Blumer's_Method

ReviseSociology. (2023, Maret 6). Herbert Blumer’s symbolic interactionism. https://revisesociology.com/2023/03/06/herbert-blumer-symbolic-interactionism/

Simply Psychology. (2025). Symbolic interaction theory. https://www.simplypsychology.org/symbolic-interaction-theory.html

Smashtyn. (2011, April 18). Symbolic interactionism theory: Strengths & weaknesses. https://smashtyn.wordpress.com/2011/04/18/symbolic-interactionism-theory-strengths-weaknesses/

Untersoziologen.com. (n.d.). What is wrong with social theory? – Herbert Blumer. https://www.untersoziologen.com/sociologists/working-until-the-1970s/herbert-blumer/what-is-wrong-with-social-theory

Wikipedia. (2025, September 19). Herbert Blumer. Dalam Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Herbert_Blumer

Wikipedia. (2025, September 19). Symbolic interactionism. Dalam Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Symbolic_interactionism

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment