Analisis Komprehensif Trattato di Sociologia Generale: Teori dan Warisan Pemikiran Vilfredo Pareto
Abstrak
Laporan ini menyajikan uraian komprehensif mengenai isi buku Trattato di Sociologia Generale (1916) karya Vilfredo Pareto, sebuah karya monumental yang menandai pergeseran signifikan dalam pemikiran sosiologis dan ilmu sosial secara umum. Laporan ini mengeksplorasi fondasi epistemologis Pareto, yang berakar pada keterbatasannya sebagai ekonom untuk menjelaskan secara memadai tindakan manusia, yang kemudian mengarah pada pengembangan studi tentang "aksi non-logis". Pembahasan inti mencakup teori sentral Pareto tentang "residu" sebagai pendorong perilaku manusia yang konstan dan "derivasi" sebagai justifikasi pseudo-logis yang berubah-ubah. Analisis ini kemudian diterapkan pada teori dinamisnya, "sirkulasi elit", yang menjelaskan siklus pergantian rezim melalui analogi "Singa" dan "Rubah". Laporan ini juga menyajikan tinjauan kritis terhadap resepsi akademis karya tersebut dan mengevaluasi warisan abadi Pareto di bidang sosiologi, ilmu politik, dan ekonomi, menempatkannya sebagai salah satu pemikir paling provokatif dan berpengaruh di awal abad ke-20.
1. Latar Belakang Intelektual Vilfredo Pareto: Pergeseran dari Ekonomi ke Sosiologi
1.1. Perjalanan Intelektual dan Profesional Pareto
Perjalanan intelektual Vilfredo Pareto adalah sebuah evolusi yang luar biasa, berawal dari seorang insinyur sipil dan bermuara pada statusnya sebagai seorang ekonom terkemuka, sebelum akhirnya beralih ke sosiologi. Pareto memulai karirnya dengan landasan ilmiah yang kuat, mendapatkan gelar dalam matematika dan diploma dalam Teknik Sipil dari Politeknik Turin pada tahun 1870. Disertasinya, "The Fundamental Principles of Equilibrium in Solid Bodies," meletakkan dasar bagi ketertarikannya yang mendalam pada analisis keseimbangan, sebuah konsep yang kemudian ia terapkan tidak hanya pada mekanika tetapi juga pada ekonomi dan, yang paling penting, pada sosiologi.
Setelah berkarir di bidang perkeretaapian dan industri besi, Pareto menduduki posisi profesor ekonomi politik di Universitas Lausanne pada tahun 1893, di mana ia menjadi figur kunci dalam "Lausanne School" ekonomi neoklasik. Dalam periode ini, ia memberikan kontribusi yang tak terbantahkan pada ilmu ekonomi. Ia mengembangkan konsep yang kini dikenal sebagai efisiensi Pareto atau optimasi Pareto, sebuah kondisi alokasi sumber daya di mana tidak mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan satu individu tanpa mengurangi kesejahteraan individu lain. Selain itu, ia adalah orang pertama yang mengklaim bahwa distribusi pendapatan mengikuti distribusi Pareto, sebuah distribusi probabilitas hukum pangkat. Observasi ini, yang menyatakan bahwa 20% populasi di Italia memiliki 80% kekayaan, kemudian digeneralisasi menjadi prinsip Pareto atau aturan 80–20 yang terkenal, yang memiliki aplikasi luas di luar ekonomi. Dalam teorinya tentang keseimbangan umum, ia juga mengganti istilah "utility" dengan "ophelimity" untuk membedakan antara keinginan subjektif murni dan kesejahteraan, sebuah pendekatan yang kemudian dihidupkan kembali dalam "Pembangkitan Paretian" pada tahun 1930-an dan membentuk landasan bagi ekonomi teoretis modern.
1.2. Motivasi untuk Sosiologi: Keterbatasan Model Rasionalitas
Perpindahan Pareto dari ekonomi ke sosiologi bukanlah sebuah penyimpangan atau pengabaian, melainkan respons yang secara intelektual koheren terhadap keterbatasan yang ia temukan dalam model ekonomi matematisnya sendiri. Sebagai seorang ekonom, ia berfokus pada analisis tindakan manusia yang "logis" dan rasional, di mana individu membuat pilihan berdasarkan tujuan dan kendala yang jelas untuk memaksimalkan manfaat mereka. Namun, observasinya yang tajam terhadap politik dan masyarakat menunjukkan bahwa banyak perilaku manusia tidak dapat dijelaskan secara memadai oleh model rasional ini. Ia menyadari bahwa ada "faktor-faktor sosial yang tidak terduga atau tidak terkontrol" yang mempengaruhi tindakan individu, sesuatu yang tidak dapat diprediksi oleh teorinya.
Untuk mempertahankan standar ilmiahnya yang ketat—sebuah warisan dari latar belakang tekniknya—Pareto tidak dapat mengabaikan ketidaksesuaian ini. Solusinya adalah membangun disiplin ilmu baru, sosiologi, yang secara eksplisit ditugaskan untuk menganalisis dan menjelaskan "aksi non-logis" yang tidak termasuk dalam ranah ekonomi. Dengan demikian, Trattato muncul bukan sebagai penolakan terhadap ekonomi, tetapi sebagai program untuk merekonstruksi dan memperluas ilmu sosial secara keseluruhan dalam perspektif yang dapat disebut sebagai 'behavioris'. Ia memandang ekonomi dan sosiologi sebagai disiplin ilmu yang saling melengkapi: ekonomi mempelajari perilaku yang logis, sementara sosiologi mempelajari mayoritas perilaku manusia yang tidak logis. Proyek ini menunjukkan kedalaman metodologis Pareto, di mana ia berusaha menciptakan model ilmiah yang lebih lengkap tentang masyarakat, mengakui bahwa tidak semua hal dapat direduksi menjadi perhitungan rasional.
1.3. Konteks Politik: Kekecewaan dan Elitisme
Pemikiran sosiologis Pareto juga tidak dapat dipisahkan dari pengalaman politik pribadinya. Ia memulai karir politiknya sebagai seorang "demokrat radikal" dan liberal klasik, mengadvokasi demokrasi parlementer dan hak pilih universal. Namun, ia menyaksikan dengan jijik bagaimana sistem politik Italia, yang ia sebut sebagai "pluto-demokrasi," didominasi oleh korupsi, "patronage," dan kepentingan pribadi. Ia melihat kemunafikan pemerintah yang mengutip prinsip laissez-faire untuk menekan hak-hak pekerja, sementara pada saat yang sama memberlakukan tarif dan proteksionisme untuk melindungi keuntungan kaum kaya.5
Pengalaman pahit ini mengubahnya secara permanen. Ia menjadi seorang kritikus yang skeptis dan getir terhadap sistem yang ia yakini tidak benar-benar mewakili kepentingan rakyat, melainkan hanya menjadi fasad bagi perebutan kekuasaan oleh sekelompok kecil elit. Pengamatan langsung ini memberikan landasan empiris dan emosional yang kuat untuk teori elitnya, di mana ia berpendapat bahwa kelas penguasa akan selalu muncul dan memerintah, terlepas dari bentuk pemerintahan. Dengan demikian, teorinya bukan hanya model abstrak, tetapi juga cerminan pahit dari pengalaman pribadinya yang mengamati bagaimana kekuasaan dan pengaruh disalurkan dalam masyarakat. Frasa terkenalnya, "sejarah adalah kuburan aristokrasi," mencerminkan pandangannya yang sinis dan siklus tentang dinamika kekuasaan.
2. Fondasi Teoritis: Aksi Logis dan Non-Logis
2.1. Definisi dan Pembedaan
Inti dari analisis sosiologis Pareto terletak pada pembedaan fundamental antara aksi manusia yang "logis" dan "non-logis". Sebuah aksi logis didefinisikan sebagai tindakan di mana ada hubungan yang koheren dan rasional antara sarana yang digunakan dan tujuan yang ingin dicapai, baik dari sudut pandang pelaku (subjektif) maupun dari sudut pandang pengamat yang objektif. Menurut Pareto, tindakan logis bersifat nyata, objektif, dan dapat diverifikasi. Ekonomi, sebagai disiplin ilmu, membatasi dirinya pada studi tentang jenis tindakan ini, yaitu perilaku yang termotivasi oleh penalaran dalam mengejar tujuan rasional.
Sebaliknya, aksi non-logis mencakup semua tindakan manusia yang tidak memenuhi kriteria ganda ini. Ini tidak berarti bahwa tindakan tersebut "irasional" atau "tidak masuk akal" dalam arti sempit, melainkan bahwa tidak ada hubungan yang dapat dibuktikan secara logis-eksperimental antara sarana dan tujuan. Pareto berpendapat bahwa sebagian besar perilaku sosial dan personal berada dalam kategori ini, dipandu oleh "sentimen dan faktor-faktor non-logis lainnya".
2.2. Empat Kategori Aksi Non-Logis
Pareto selanjutnya menyusun taksonomi rinci untuk aksi non-logis, mengkategorikannya berdasarkan ada atau tidaknya hubungan sarana-tujuan secara subjektif dan objektif.
1. Tidak Ada Hubungan Subjektif atau Objektif: Tindakan yang tidak memiliki tujuan yang jelas baik dalam pikiran pelaku maupun dalam kenyataan.
2. Hubungan Subjektif, tetapi Tidak Objektif: Ini adalah kategori paling penting yang menarik perhatian Pareto. Pelaku meyakini ada hubungan logis antara sarana dan tujuan, tetapi dalam kenyataannya, hubungan itu tidak ada. Contohnya adalah ritual, tindakan yang didorong oleh takhayul, atau perilaku yang didasarkan pada ilusi.
3. Tidak Ada Hubungan Subjektif, tetapi Ada Objektif: Tindakan yang menghasilkan tujuan logis, tetapi pelaku tidak secara sadar memahaminya.
4. Hubungan Subjektif dan Objektif Tidak Sinkron: Ini adalah kategori penting lainnya yang mencakup tindakan di mana pelaku meyakini adanya hubungan sarana-tujuan, tetapi urutan atau hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan secara objektif. Contoh yang diberikan adalah tindakan para revolusioner yang, meskipun didorong oleh tujuan subjektif untuk mengubah masyarakat, dipandu oleh ilusi yang tidak sesuai dengan kenyataan sosial.
Pareto menggunakan metodologi "logiko-eksperimental" yang ketat dan sistematis—sebuah pendekatan yang berasal dari latar belakangnya sebagai insinyur dan ekonom—untuk menganalisis perilaku yang secara intrinsik tidak logis. Hal ini menunjukkan upaya untuk mengubah subjek yang tampak kacau menjadi sistem variabel yang dapat dianalisis dan dipahami secara ilmiah. Paradoks ini, yaitu penggunaan metode ilmiah yang ketat untuk mempelajari fenomena yang tidak rasional, merupakan ciri khas dari seluruh karyanya.
Tabel berikut memberikan visualisasi yang jelas tentang pembedaan inti Pareto antara dua jenis tindakan ini.
Tabel 1. Perbandingan Aksi Logis dan Non-Logis Pareto
3. Struktur Sentimen Manusia: Teori Residu dan Derivasi
Setelah membedakan antara tindakan logis dan non-logis, Pareto menggali lebih dalam ke dalam struktur tindakan non-logis itu sendiri. Ia mengemukakan bahwa aksi non-logis terdiri dari dua elemen utama: residu dan derivasi.
3.1. Residu: Sentimen Non-Logis yang Konstan
Pareto mendefinisikan residu sebagai "manifestasi dari naluri dan sentimen" yang relatif konstan dan menjadi pendorong inti dari perilaku manusia. Penting untuk dipahami bahwa residu bukanlah naluri atau sentimen itu sendiri, tetapi merupakan elemen dasar yang tetap ada dan mendasari berbagai keyakinan dan tindakan. Sebagai contoh, residu seksualitas tidak sama dengan hasrat seksual itu sendiri, melainkan manifestasi dari dorongan tersebut dalam bentuk perilaku sosial dan budaya. Residu secara inheren bersifat non-logis dan tidak dapat dijelaskan melalui logika atau eksperimentasi, namun mereka memainkan peran krusial dalam menjaga "keseimbangan sosial".
3.2. Klasifikasi Enam Kelas Residu Pareto
Untuk menganalisis fenomena yang tampaknya kacau ini, Pareto mengklasifikasikan residu menjadi enam kelompok utama, yang secara longgar berhubungan dengan naluri atau kecenderungan emosional manusia.
1. Residu Kombinasi (Kelas I): Merupakan dorongan untuk berinovasi dan menggabungkan hal-hal yang serupa atau berlawanan. Residu ini menjelaskan rasa ingin tahu intelektual manusia dan kemampuan mereka untuk mensintesis informasi. Tindakan yang didorong oleh residu ini bersifat spekulatif, imajinatif, dan berorientasi pada perubahan.
2. Residu Persistensi Agregat (Kelas II): Merupakan dorongan untuk konservasi, tradisi, dan mempertahankan hubungan sosial atau kepercayaan yang sudah ada. Residu ini adalah kekuatan yang memberikan stabilitas, keuletan, dan ketahanan pada masyarakat.
3. Residu Manifestasi Sentimen melalui Tindakan Eksternal: Dorongan untuk mengekspresikan sentimen dan perasaan melalui tindakan ritual atau simbolis. Contohnya adalah ritual keagamaan, parade, atau membakar patung pemimpin musuh untuk mengekspresikan sentimen patriotik.
4. Residu Sosiabilitas: Merupakan dorongan yang mendorong manusia untuk hidup bersama dalam komunitas dan mematuhi norma sosial untuk menciptakan keseragaman perilaku.
5. Residu Integritas Kepribadian: Dorongan untuk menjaga harga diri dan identitas pribadi. Ini termasuk resistensi terhadap perubahan yang mengancam integritas individu.
6. Residu Seksualitas: Merupakan dorongan yang berkaitan dengan hasrat seksual, yang mempengaruhi pandangan dan sikap manusia.
Tabel 2. Klasifikasi dan Deskripsi Enam Kelas Residu Pareto
3.3. Derivasi: Justifikasi Pseudo-Logis yang Variabel
Jika residu adalah elemen pendorong yang konstan, maka derivasi adalah kebalikannya: mereka adalah "rasionalisasi", "justifikasi", atau "penjelasan" yang digunakan oleh manusia untuk membuat aksi non-logis mereka tampak logis dan masuk akal. Derivasi adalah "pakaian rasional" yang dikenakan oleh residu. Mereka bersifat jauh lebih berubah-ubah dan tidak fundamental seperti residu, mencerminkan permainan imajinasi dan seringkali tidak memiliki nilai logis-eksperimental yang ketat.Sebagai ilustrasi, Pareto memberikan contoh seorang suami yang tiran terhadap istrinya, yang bertentangan dengan norma sosial. Untuk membenarkan perilakunya, ia mungkin mengutip kutipan kuno seperti "Drum, boor, scheduled caste and women are worth beating." Dalam contoh lain, seorang suami yang berlebihan dalam memuji istrinya, yang dianggap aneh oleh masyarakat, dapat membenarkan tindakannya dengan mengatakan, "god lives where women are worshipped." Dalam kedua kasus ini, perilaku yang didorong oleh sentimen non-logis (residu) diberi justifikasi yang tampak rasional (derivasi) agar dapat diterima secara sosial.
3.4. Empat Kelas Derivasi Pareto
Pareto mengklasifikasikan derivasi menjadi empat kelas utama:1. Asersi (Assertions): Justifikasi yang mengandalkan pernyataan yang tegas tanpa bukti, seringkali didukung oleh ancaman kekuatan atau keyakinan yang kuat.
2. Otoritas (Authority): Justifikasi yang diterima karena berasal dari sumber yang berwenang, tradisi, atau lembaga yang dihormati.
3. Keselarasan dengan Sentimen (Accord with Sentiments): Justifikasi yang didasarkan pada daya tarik emosional atau sentimen yang sudah ada dalam masyarakat.
4. Bukti Verbal (Verbal Proof): Menggunakan sofisme, penalaran palsu, atau bahasa yang samar dan metaforis untuk membenarkan tindakan, meskipun tidak ada hubungan dengan fakta yang sebenarnya.
Tabel 3. Klasifikasi dan Contoh Empat Kelas Derivasi Pareto
3.5. Interkoneksi antara Residu dan Derivasi
Residu dan derivasi bukanlah entitas yang terpisah, melainkan sistem yang saling bergantung yang membentuk dinamika sosial. Dinamika sosial, bagi Pareto, adalah interaksi konstan antara kedua elemen ini. Residulah yang merupakan kekuatan pendorong yang konstan, mendasari kebiasaan dan keyakinan, sementara derivasi adalah justifikasi yang berubah-ubah yang menjelaskan residu tersebut. Sebagai contoh, dalam sejarah, "agama" (sebuah residu yang kuat) datang lebih dulu, sementara "teologi" (sebuah derivasi) muncul kemudian sebagai penjelasan rasional dari residu tersebut. Sistem ini menciptakan umpan balik di mana residu memotivasi tindakan, dan derivasi melegitimasi tindakan tersebut, yang pada gilirannya dapat memperkuat atau memodifikasi baik residu maupun derivasi lainnya.4. Dinamika Masyarakat: Teori Sirkulasi Elit
Dengan fondasi teori residu dan derivasi, Pareto menerapkan modelnya untuk menjelaskan dinamika perubahan sosial, terutama melalui teorinya tentang sirkulasi elit. Teori ini bukan merupakan teori yang terpisah, melainkan aplikasi langsung dari teori residu pada analisis dinamika kekuasaan.4.1. Konsep Elit dan Asumsi Pareto
Pareto mendefinisikan elit dalam arti yang sepenuhnya netral dan non-moralistik: "sekelompok orang yang memiliki indeks tertinggi dalam cabang aktivitas mereka". Ia membagi elit menjadi dua kategori: elit penguasa, yang memainkan peran signifikan dalam pemerintahan, dan elit non-penguasa, yang mencakup semua individu lain dengan kapasitas tinggi yang tidak memegang kekuasaan. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa manusia secara inheren tidak setara secara fisik, intelektual, dan moral. Dalam masyarakat mana pun, beberapa orang akan selalu lebih berbakat dan unggul dari yang lain.4.2. Analogi "Singa" dan "Rubah": Aplikasi Teori Residu
Pareto secara langsung menghubungkan teori sirkulasi elit dengan klasifikasi residu yang ia kembangkan. Ia berpendapat bahwa elit penguasa pada dasarnya didominasi oleh dua tipe kepribadian yang berbeda, yang ia analogikan dengan "Singa" dan "Rubah".- Singa: Mewakili individu yang didominasi oleh residu Kelas II (persistensi agregat). Mereka bersifat konservatif, berpegang teguh pada tradisi, dan cenderung menggunakan kekuatan, bahkan kekerasan, untuk menjaga status quo dan ketertiban. Dalam ekonomi, mereka dianalogikan dengan rentier yang mencari stabilitas dan pendapatan tetap.
- Rubah: Mewakili individu yang didominasi oleh residu Kelas I (kombinasi). Mereka bersifat inovatif, imajinatif, berani mengambil risiko, dan cenderung menggunakan tipu daya, manipulasi, dan retorika daripada kekerasan. Dalam ekonomi, mereka dianalogikan dengan spekulator yang mendorong perubahan dan kemajuan.
Tabel 4. Peran Singa (Kelas II) dan Rubah (Kelas I) dalam Dinamika Sosial Pareto
4.3. Dinamika Sirkulasi
Pareto berpendapat bahwa sejarah adalah kisah pergantian siklus antara dominasi Singa dan Rubah dalam elit penguasa. Sebuah rezim yang kuat, yang didominasi oleh Singa, dapat menjadi kaku dan tidak dapat beradaptasi. Sebaliknya, sebuah rezim yang didominasi oleh Rubah akan menjadi terlalu bergantung pada manipulasi dan retorika, menjadi lemah dan enggan menggunakan kekuatan untuk mempertahankan kekuasaan.Ketika satu jenis elit menjadi terlalu dominan, ketidakseimbangan tercipta. Jika elit penguasa tidak "menemukan cara untuk mengasimilasi individu-individu luar biasa yang muncul di kelas subjek," mobilitas sosial terhambat dan ketidakseimbangan sosial terjadi. Hal ini pada akhirnya mengarah pada ketidakstabilan dan, yang terpenting, revolusi tidak terjadi karena rakyat jelata menggulingkan penguasa mereka, tetapi karena elit yang berkuasa menjadi lemah dan digantikan oleh elit baru yang lebih kuat yang muncul dari kelas non-penguasa. Rakyat biasa, dalam narasi ini, hanya berfungsi sebagai pendukung atau alat untuk salah satu kelompok elit. Siklus ini terus berulang, yang mengarah pada pernyataan terkenal Pareto bahwa "sejarah adalah kuburan aristokrasi".
5. Kritik dan Warisan Intelektual
5.1. Resepsi Akademis yang Kontradiktif
Tempat Pareto dalam sejarah analisis sosial tetap menjadi subjek kontroversi yang signifikan, sebuah fenomena yang dibuktikan dengan resepsi yang kontradiktif terhadap karyanya. Para ekonom, meskipun mengakui pentingnya kontribusi Pareto pada bidang mereka, sering kali "menyesali penyimpangan sosiologisnya" dan sebagian besar mengabaikan atau meremehkan sosiologinya karena tidak sesuai dengan metodologi rasional mereka. Di sisi lain, sosiolog, dengan beberapa pengecualian terkemuka, sering kali "marah" dengan buku-buku yang mereka anggap "mengerikan," teori-teori yang "tidak dapat ditembus," dan epistemologi yang "esoterik".Paradoks ini diekspresikan dengan tajam oleh pernyataan bahwa Pareto "dibaca tetapi tidak dikutip, diparafrasekan tetapi tidak dibaca, ditentang oleh semua, dihormati oleh beberapa orang yang bagaimanapun tidak memahaminya". Namun, beberapa tokoh penting dalam sosiologi, seperti Raymond Aron dan Talcott Parsons, melihat nilai abadi dalam karyanya, mengidentifikasinya sebagai pendahulu fungsionalisme, strukturalisme, teori aksi, dan teori pilihan rasional. Pandangan ini menunjukkan bahwa meskipun gaya dan pendekatannya menantang, ide-ide Pareto berfungsi sebagai kerangka dasar untuk beberapa tradisi pemikiran modern dalam ilmu sosial.
5.2. Debat tentang Pareto dan Fasisme
Hubungan antara Pareto dan fasisme telah menjadi subjek debat yang intens. Fakta bahwa Benito Mussolini menghadiri beberapa kuliah Pareto di Universitas Lausanne pada tahun 1904 dan bahwa beberapa orang berpendapat ide-ide Pareto tentang elitisme mungkin telah mempengaruhi pergeseran Mussolini menjauh dari sosialisme adalah poin yang sering diangkat. Namun, pandangan ini tidak tanpa nuansa. Pareto sendiri menolak tawaran posisi Senator yang diajukan oleh pemerintahan Mussolini, dan para cendekiawan telah membantah klaim bahwa ia adalah "teoretikus totalitarianisme," dengan menyoroti bahwa tidak ada bukti dalam karya Karl Popper bahwa ia membaca Pareto secara mendalam sebelum membuat penilaian itu. Hubungannya dengan Fasisme Italia, oleh karena itu, tetap menjadi isu yang kompleks dan diperdebatkan.5.3. Warisan Abadi
Terlepas dari resepsi yang kontradiktif dan perdebatan politik, warisan Pareto sangat luas. Kontribusinya pada ilmu ekonomi, terutama Efisiensi Pareto dan Prinsip 80–20, tetap menjadi konsep fundamental yang relevan dalam ekonomi mikro, ilmu komputer, dan manajemen modern.Dalam sosiologi, ia memperkenalkan studi sistematis tentang tindakan non-rasional, yang secara signifikan memperluas cakupan ilmu sosial melampaui fokus sempit pada rasionalitas. Teorinya tentang residu dan derivasi menyediakan kerangka kerja untuk menganalisis dan mengklasifikasikan motivasi mendalam yang mendasari perilaku manusia. Akhirnya, teorinya tentang sirkulasi elit menawarkan model dinamis dan siklus untuk memahami perubahan kekuasaan, menantang narasi linier tentang kemajuan politik. Dengan demikian, Pareto mengukir tempat yang unik dalam sejarah pemikiran sebagai seorang polimath yang, melalui pendekatan ilmiahnya yang ketat, mengungkapkan dan menganalisis elemen-elemen paling irasional dari kondisi manusia.
6. Kesimpulan
Trattato di Sociologia Generale adalah sebuah karya yang monumental dan kompleks yang tidak dapat direduksi menjadi satu kesimpulan sederhana. Laporan ini telah menunjukkan bahwa buku ini adalah respons yang secara intelektual koheren terhadap keterbatasan model-model rasionalis yang dominan di zaman Pareto. Dengan membedakan antara tindakan logis dan non-logis, dan dengan menguraikan teori residu dan derivasi yang mendasarinya, Pareto menciptakan sebuah model yang kuat untuk menjelaskan sebagian besar perilaku sosial. Model ini mencapai puncaknya dalam teori sirkulasi elit, yang menggambarkan dinamika kekuasaan sebagai siklus abadi pergantian antara tipe kepribadian "Singa" dan "Rubah" dalam elit penguasa.
Meskipun gaya Pareto yang seringkali "esoterik" dan pandangannya yang sinis telah membuat karyanya sulit untuk dipahami dan diresepsi, ia memberikan kontribusi yang tak terhapuskan pada ilmu sosial. Ia menunjukkan relevansi abadi dari wawasannya tentang peran sentimen non-rasional, dinamika kekuasaan elit, dan sifat siklus perubahan sosial. Warisan Pareto yang paling abadi, oleh karena itu, terletak pada keberaniannya untuk menerapkan metodologi ilmiah yang ketat untuk menganalisis elemen-elemen perilaku manusia yang paling irasional, sehingga membuka jalan bagi generasi peneliti berikutnya untuk mengeksplorasi dimensi tersembunyi dari kehidupan sosial.
Karya yang dikutip
IESE Business School. (n.d.). Vilfredo Pareto as a forerunner of management: The Pareto foundations of some management theories. Diakses 16 September 2025, dari https://www.iese.edu/media/research/pdfs/WP-1311-E
Investopedia. (n.d.). Pareto efficiency examples and production possibility frontier. Diakses 16 September 2025, dari https://www.investopedia.com/terms/p/pareto-efficiency.asp
OpenEdition Journals. (n.d.). The signification of Vilfredo Pareto's sociology. Diakses 16 September 2025, dari https://journals.openedition.org/ress/730
Pareto, V. (2024). The mind and society (Unabridged). Natal Publishing, LLC. (Karya asli diterbitkan 1916)
ProQuest. (n.d.). Vilfredo Pareto: The mind and society (Book review). Diakses 16 September 2025, dari https://search.proquest.com/openview/e63d3c7268ca57432796870e974dacbc/1?pq-origsite=gscholar&cbl=1819178
ResearchGate. (2020). Pareto's Trattato di Sociologia Generale: A behaviourist ante litteram approach. Diakses 16 September 2025, dari https://www.researchgate.net/publication/345252371_Pareto's_Trattato_di_Sociologia_Generale_a_behaviourist_ante_litteram_approach
Scribd. (1935). Vilfredo Pareto – The mind and society (Vol. 2). Jonathan Cape Ltd. Diakses 16 September 2025, dari https://www.scribd.com/document/409499203/Vilfredo-Pareto-The-Mind-and-Society-2-Jonathan-Cape-Ltd-1935-pdf
Scribd. (n.d.). Pareto's formulation of logical and non-logical actions of human.... Diakses 16 September 2025, dari https://www.scribd.com/document/320085471/Pareto
Sociology Guide. (n.d.). Pareto – Different theories of social action. Diakses 16 September 2025, dari https://www.sociologyguide.com/social-action/pareto.php
Sociology Lens. (2019, April). Pareto: Theory of derivatives. Diakses 16 September 2025, dari https://www.sociologylens.in/2019/04/pareto-theory-of-derivatives.html
Sociology Lens. (2019, April). Pareto: Theory of residues. Diakses 16 September 2025, dari https://www.sociologylens.in/2019/04/paretos-theory-of-residues.html
The Greatest Books. (n.d.). The mind and society by Vilfredo Pareto – The 7614th greatest book of all time. Diakses 16 September 2025, dari https://thegreatestbooks.org/books/1490
The History of Economic Thought Website. (n.d.). Vilfredo Pareto. Diakses 16 September 2025, dari https://www.hetwebsite.net/het/profiles/pareto.htm
The University of Chicago Press. (1950). A study of Pareto's Treatise on General Sociology. American Journal of Sociology, 56(1), 17–31. https://www.journals.uchicago.edu/doi/abs/10.1086/215412
Wikipedia. (n.d.). Circulation of elites. Diakses 16 September 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Circulation_of_elites
Wikipedia. (n.d.). Circulation of elites. Diakses 16 September 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Circulation_of_elites#:~:text=Pareto%20argued%20that%20if%20the,channels%20of%20mobility%20or%20through
Wikipedia. (n.d.). The mind and society. Diakses 16 September 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/The_Mind_and_Society
Wikipedia. (n.d.). Vilfredo Pareto. Diakses 16 September 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Vilfredo_Pareto





Post a Comment