Analisis Buku Political Order in Changing Societies (1968) dan Esai The Change to Change (1971) Karya Samuel P. Huntington
I. Pendahuluan: Konteks Intelektual dan Tesis Huntington
Periode pasca-Perang Dunia II menandai era keemasan bagi teori modernisasi di kalangan akademisi Amerika Serikat. Berlatar belakang dekolonisasi global dan persaingan Perang Dingin, khususnya di negara-negara yang baru merdeka di Belahan Bumi Selatan, para sarjana dan pembuat kebijakan meyakini bahwa pembangunan ekonomi dan partisipasi politik akan secara alami mengarah pada demokratisasi dan stabilitas politik.
Pandangan ini, yang disebut sebagai "versi Amerika" dari teori modernisasi, menganut keyakinan optimistis bahwa semua "hal baik"—pertumbuhan ekonomi, mobilisasi sosial, institusi politik, dan nilai-nilai budaya—akan berkembang bersama dalam sebuah proses yang lancar dan saling mendukung. Amerika Serikat, dengan stabilitas politiknya pada era 1950-an, sering dianggap sebagai model akhir yang harus diikuti oleh negara-negara berkembang.
Namun, pandangan ini menghadapi tantangan serius dari Samuel P. Huntington, seorang ilmuwan politik terkemuka dari Harvard University. Penting untuk mengklarifikasi bahwa pertanyaan mengenai buku The Change to Change: Modernization, Development, and Politics (1971) didasarkan pada kekeliruan umum. Berdasarkan penelitian, judul tersebut bukanlah sebuah buku, melainkan sebuah esai penting yang diterbitkan oleh Huntington dalam jurnal Comparative Politics pada tahun 1971. Argumen inti dan kerangka teoretis yang sering dikaitkan dengan esai ini sejatinya adalah elaborasi dan penyempurnaan dari tesis yang ia kembangkan tiga tahun sebelumnya dalam karya utamanya yang lebih fundamental, Political Order in Changing Societies (1968).
Oleh karena itu, tulisan ini akan menyajikan analisis komprehensif atas pemikiran Huntington dari periode ini. Analisis ini akan berfokus pada tesis sentral yang ia ajukan dalam Political Order in Changing Societies, dan menempatkan esai The Change to Change sebagai bagian integral dari argumen yang ia kembangkan dan pertahankan. Tulisan ini akan menguraikan argumen utamanya, mendefinisikan konsep-konsep kuncinya, mengulas implikasi kebijakan yang kontroversial, serta meninjau warisan, kritik, dan relevansi pemikirannya hingga saat ini. Pendekatan ini diperlukan untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh dan akurat, yang melampaui sekadar ringkasan dangkal dari sebuah esai.
II. Argumen Utama: Paradoks Modernisasi
Inti dari argumen Huntington adalah penolakan terhadap keyakinan bahwa modernisasi secara otomatis menghasilkan demokrasi dan stabilitas politik. Ia mengamati bahwa pengalaman nyata dari negara-negara yang baru merdeka di Asia, Afrika, dan Amerika Latin pada akhir 1950-an dan awal 1960-an justru ditandai oleh meningkatnya kekerasan, kudeta, perang saudara, dan ketidakstabilan politik. Kekacauan ini menjadi bukti nyata yang secara frontal menantang asumsi teori modernisasi yang optimis.
Huntington berpendapat bahwa modernisasi bukanlah kekuatan untuk stabilitas, melainkan sebaliknya, menjadi penyebab utama ketidakstabilan. Mekanisme kausal yang ia identifikasi adalah kesenjangan antara dua proses yang berjalan dengan kecepatan berbeda. Di satu sisi, modernisasi ekonomi dan sosial menghasilkan "mobilisasi sosial" yang cepat, yaitu munculnya kelompok-kelompok baru yang terdidik, populasi urban, dan meningkatnya partisipasi politik. Kelompok-kelompok ini memiliki tuntutan dan ekspektasi baru terhadap sistem politik. Di sisi lain, pembangunan institusi politik—seperti partai politik, birokrasi, dan struktur hukum—berlangsung dengan sangat lambat.
Ketika partisipasi politik meningkat pesat, tetapi institusi yang ada tidak cukup kuat atau kompleks untuk menyerap, mengorganisasi, dan menyalurkan tuntutan-tuntutan ini secara damai, hasilnya adalah frustrasi, kekerasan, dan keruntuhan politik. Huntington menegaskan bahwa masalahnya bukanlah modernisasi itu sendiri, melainkan ketidakseimbangan antara laju perubahan sosial dan kapasitas institusional untuk mengelolanya.
Dari sini, Huntington mengajukan premis sentralnya: "pembedaan politik terpenting di antara negara-negara bukanlah mengenai bentuk pemerintahan mereka, melainkan tingkat pemerintahan mereka". Baginya, "derajat pemerintahan" merujuk pada kekuatan dan efektivitas institusi politik sebuah negara. Ia berpendapat bahwa "pembusukan politik" (political decay) sama mungkinnya dengan "pembangunan politik" (political development). Pembusukan politik terjadi ketika negara-negara modern atau yang sedang memodernisasi kehilangan kapasitasnya untuk memerintah, sering kali karena institusi mereka gagal beradaptasi atau menjadi tidak relevan di tengah perubahan sosial dan ekonomi.
Tabel berikut meringkas perbedaan mendasar antara tesis Huntington dan teori modernisasi yang ia tantang.
III. Konsep-Konsep Kunci dan Konstruksi Teoretis
Huntington tidak hanya menolak teori modernisasi, tetapi juga membangun kerangka teoretis baru untuk memahami perubahan politik. Tiga konsep utamanya—institusi, praetorianisme, dan peran militer—adalah pilar dari kerangka ini.
Peran Kritis Institusi Politik
Dalam pandangan Huntington, "kapasitas untuk menciptakan institusi politik adalah kapasitas untuk menciptakan kepentingan publik". Institusi bukan sekadar struktur; institusi adalah mekanisme yang mengagregasi, mengorganisasi, dan menyalurkan beragam tuntutan sosial ke dalam politik. Pembangunan politik, menurut Huntington, adalah proses penciptaan institusi yang kuat dan mampu menengahi konflik, mengelola partisipasi, dan menegakkan hukum secara efektif. Tanpa institusi yang kuat, kekuasaan bergantung pada hubungan personal, dan korupsi akan merajalela, mengikis legitimasi dan efektivitas negara.
Praetorianisme: Politik Pembusukan
Huntington memperkenalkan konsep "praetorianisme" untuk mendeskripsikan kondisi politik yang dihasilkan dari kesenjangan antara mobilisasi sosial dan perkembangan institusional. Praetorianisme adalah sistem politik di mana kekuatan-kekuatan sosial—seperti mahasiswa, militer, suku, atau kelompok etnis—beroperasi secara langsung dalam arena politik tanpa mediasi institusi yang kuat dan stabil. Ini adalah sebuah diagnosis patologi politik yang spesifik, di mana tidak ada otoritas sentral yang mampu menyalurkan partisipasi politik secara teratur.
Dalam masyarakat praetorian, kekuasaan bersifat personal dan terfragmentasi, yang secara rutin memicu konflik dan kekerasan. Tipologi sistem politik Huntington—Masyarakat Tradisional (institusionalisasi dan partisipasi rendah), Masyarakat Praetorian (partisipasi tinggi dengan institusi lemah), dan Sistem Politik Modern (institusionalisasi dan partisipasi tinggi)—menegaskan bahwa praetorianisme bukanlah tahap transisi menuju modernitas, melainkan sebuah kondisi yang sarat akan ketidakstabilan.
Peran Penstabil Militer
Salah satu konsekuensi yang paling logis, namun juga paling kontroversial, dari tesis Huntington adalah argumennya mengenai peran militer. Berdasarkan penekanannya pada ketertiban sebagai prasyarat, Huntington berpendapat bahwa dalam kondisi praetorian, institusi militer yang terorganisasi dan disiplin mungkin merupakan satu-satunya kekuatan yang mampu mencegah keruntuhan total. Ia bahkan menganggap bahwa intervensi militer, dalam beberapa kasus, dapat dibenarkan untuk memulihkan ketertiban politik. Pandangan ini memberikan justifikasi intelektual bagi kudeta militer dan sangat berpengaruh, meskipun juga menuai kritik tajam dari berbagai kalangan.
Tabel berikut memberikan gambaran ringkas tentang konsep-konsep kunci ini:
IV. Implikasi Kebijakan dan Logika "Sekuensing"
Pemikiran Huntington memiliki implikasi praktis yang signifikan bagi kebijakan luar negeri, khususnya Amerika Serikat, pada era Perang Dingin dan setelahnya. Ia mendesak para pembuat kebijakan untuk mengalihkan fokus dari promosi demokratisasi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan menuju pembangunan institusi sebagai prasyarat utama bagi perubahan yang tertib. Huntington berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan sosial tidak akan berhasil tanpa adanya ketertiban politik.
Logika ini menjadi dasar bagi strategi pembangunan yang kemudian dikenal sebagai "transisi otoriter" atau "sekuensing" (sequencing). Menurut argumen ini, kediktatoran yang modernis dapat berfungsi sebagai tahap sementara yang diperlukan untuk membangun ketertiban politik, menegakkan supremasi hukum, dan memfasilitasi pembangunan ekonomi dan sosial yang berhasil. Transisi menuju demokrasi, jika memang terjadi, harus dilakukan setelah fondasi institusional yang kuat telah terbentuk. Model ini memberikan rasionalisasi untuk mendukung rezim otoriter yang stabil demi pembangunan jangka panjang dan, yang lebih kontroversial, memberikan dasar untuk kritik terhadap upaya "pembangunan bangsa" yang prematur, seperti yang dilakukan Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak.
V. Warisan, Kritik, dan Relevansi Kontemporer
Pengaruh Political Order in Changing Societies meluas jauh melampaui bidang studi politik komparatif. Francis Fukuyama menyebutnya sebagai "kontribusi terpenting" Huntington terhadap studi politik dan "mungkin upaya besar terakhir untuk menulis teori umum pembangunan politik". Karya ini dianggap sebagai pukulan telak yang "mematikan" teori modernisasi tradisional. Dengan mengalihkan fokus dari variabel sosial-ekonomi ke peran sentral institusi, Huntington menjadi salah satu "Bapak Pendiri" neo-institusionalisme dan institusionalisme historis.
Namun, karyanya juga tidak luput dari kritik. Kritikus dari kalangan kiri menuduh Huntington menganut pandangan etnosentris yang mengagungkan model pembangunan Eropa atau Amerika Utara dan, yang paling utama, memberikan justifikasi intelektual untuk rezim-rezim otoriter. Kritik terhadap gagasan "transisi otoriter" menyoroti kelemahan praktisnya, yaitu ketergantungan pada pemimpin-pemimpin yang "benevolent" dan tidak adanya jaminan bahwa rezim otoriter akan melepaskan kekuasaan demi demokrasi setelah pembangunan tercapai.
Menariknya, pemikiran Huntington sendiri menunjukkan evolusi yang signifikan setelah periode ini. Sementara Political Order menekankan kendala struktural yang membuat demokrasi stabil menjadi fenomena langka, karya-karya selanjutnya, seperti The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century (1991), menunjukkan nada yang lebih optimistis. Dalam The Third Wave, ia menyoroti peran agen individu dan "strategi yang cerdik" dalam mendorong transisi demokrasi, sebuah pandangan yang tampaknya bertentangan dengan determinisme institusional yang ia promosikan sebelumnya. Francis Fukuyama berpendapat bahwa Huntington mungkin sengaja "berdebat dengan dirinya sendiri" untuk memetakan batasan-batasan debat dan membiarkan para sarjana lain menyelesaikannya.
Pergeseran fokus intelektual ini berlanjut dengan karyanya yang paling terkenal, The Clash of Civilizations (1996), di mana ia beralih dari institusi ke budaya dan agama sebagai pemicu utama konflik global. Meskipun demikian, esensi dari pemikirannya—bahwa ketertiban dan institusi politik adalah prasyarat bagi pembangunan yang berhasil—tetap relevan, terutama dalam konteks kontemporer di mana ketidakstabilan politik dan kemunduran demokrasi masih menjadi tantangan di banyak negara.
VI. Kesimpulan: Kekuatan Abadi Ketertiban Politik
Analisis terhadap isi esai The Change to Change (1971) dan karya utamanya Political Order in Changing Societies (1968) menunjukkan bahwa Samuel P. Huntington memberikan kontribusi yang transformatif dan tak terhindarkan bagi ilmu politik. Meskipun beroperasi dari premis yang berbeda, kedua karya ini secara fundamental menantang pandangan linier dan simplistik tentang modernisasi.
Tesis inti Huntington, bahwa modernisasi menciptakan ketidakstabilan politik jika tidak diimbangi dengan pembangunan institusi yang kuat, berhasil mematahkan dominasi teori modernisasi yang berlaku saat itu. Konsep-konsepnya, seperti pembusukan politik dan praetorianisme, memberikan alat diagnostik yang kuat untuk menganalisis kekacauan politik yang terjadi di berbagai belahan dunia. Meskipun argumennya mengenai peran penstabil militer dan strategi sekuensing kebijakan terbukti kontroversial dan dalam beberapa kasus sulit diimplementasikan, pemikiran ini tetap memaksa akademisi dan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi mereka tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi, demokratisasi, dan ketertiban.
Warisan Huntington yang paling abadi adalah pergeseran fokus dalam studi politik komparatif. Ia berhasil mengubah objek studi dari "bentuk pemerintahan" (demokrasi vs. otoritarianisme) menjadi "tingkat pemerintahan" (kekuatan dan efektivitas institusi). Pemikirannya telah mengabadikan peran sentral institusi dalam mengelola kompleksitas dan konflik dalam masyarakat modern, sebuah pelajaran yang tetap krusial dalam memahami tantangan politik di dunia yang terus berubah. Ia adalah seorang sarjana yang berani menantang keyakinan dominan, dan itulah yang menjadikan karyanya sebagai salah satu teks yang paling penting dan esensial dalam kanon ilmu politik modern.
Karya yang dikutip
Democracy Paradox. (2019, September 6). Samuel Huntington - Political order in changing societies. https://democracyparadox.com/2019/09/06/samuel-huntington-political-order-in-changing-societies/
EBSCO. (2025, September 11). Huntington examines processes of change in developing countries. EBSCO Research Starters. https://www.ebsco.com/research-starters/social-sciences-and-humanities/huntington-examines-processes-change-developing
Fiveable. (2025, September 11). Samuel P. Huntington - (Intro to comparative politics) - Vocab, definition, explanations. https://library.fiveable.me/key-terms/introduction-comparative-politics/samuel-p-huntington
Fukuyama, F. (n.d.). Is there a proper sequence in democratic transitions? Stanford University. https://fukuyama.stanford.edu/sites/g/files/sbiybj24466/files/media/file/current_history_sequencing.pdf
Getting over the third wave. (2025, September 11). Journal of Democracy. https://www.journalofdemocracy.org/online-exclusive/getting-over-the-third-wave/
Huntington, S. P. (1966). Political modernization: America vs. Europe. World Politics, 18(3), 378–414. Cambridge University Press. https://www.cambridge.org/core/journals/world-politics/article/political-modernization-america-vs-europe/89F55A8315BDBDA070976D6B6DD09800
Huntington, S. P. (2006). Political order in changing societies. Yale University Press. (Original work published 1968)
Huntington, S. P. (2018). The change to change: Modernization, development, and politics. In C. J. Friedrich (Ed.), Modernization, development, and politics (pp. xx–xx). Routledge. https://doi.org/10.4324/9781351319645-6
Huntington, S. P. (n.d.). Political modernization: America vs. Europe. Contemporary Thinkers. https://contemporarythinkers.org/samuel-huntington/essay/political-modernization-america-vs-europe/
Huntington, S. P. (n.d.). Political order in changing societies [PDF]. Elib Manas. https://elib.manas.edu.kg/book/8008-Political_Order_in_Changing_Societies.pdf
Huntington, S. P. (n.d.). Political order in changing societies [PDF]. Semantic Scholar. https://pdfs.semanticscholar.org/bf7d/7528a7d3614f3550ec9ef1b869f7f7d731a1.pdf
Huntington, S. P. (n.d.). The change to change: Modernization, development, and politics. Contemporary Thinkers. https://contemporarythinkers.org/samuel-huntington/essay/the-change-to-change-modernization-development-and-politics/
National Library of Medicine. (2025, September 11). The change to change: Modernization, development, and politics. https://catalog.nlm.nih.gov/discovery/fulldisplay?docid=alma999883933406676&context=L&vid=01NLM_INST:01NLM_INST&lang=en&adaptor=Local%20Search%20Engine&tab=LibraryCatalog&query=lds56%2Ccontains%2CSocial%20Change%2CAND&mode=advanced&offset=220
Political decay. (2025, September 11). In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Political_decay
Political order in changing societies. (2025, September 11). In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Political_Order_in_Changing_Societies
ResearchGate. (2025, September 11). Modernisasi dalam perspektif Samuel P. Huntington. https://www.researchgate.net/publication/370747774_Modernisasi_dalam_Perspektif_Samuel_P_Huntington
Samuel P. Huntington (1927–2008). (2025, September 11). Journal of Democracy. https://www.journalofdemocracy.org/articles/samuel-p-huntington-1927-2008/
Samuel P. Huntington. (2025, September 11). In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Samuel_P._Huntington
The Miskatonian. (2025, February 24). Visions of chaos: Crafting stability in a restless age part I. https://www.miskatonian.com/2025/02/24/visions-of-chaos-crafting-stability-in-a-restless-age-i/
The third wave: Democratization in the late twentieth century. (2025, September 11). In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/The_Third_Wave:_Democratization_in_the_Late_Twentieth_Century
Waves of democracy. (2025, September 11). In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Waves_of_democracy
.png)


Post a Comment