Uang, Modernitas, dan Jiwa Manusia: Analisis Lengkap The Philosophy of Money Karya Georg Simmel
1. Pendahuluan: Georg Simmel dan Lensa Sosiologisnya
1.1. Biografi dan Konteks Intelektual Simmel
Georg Simmel (1858-1918) adalah seorang tokoh intelektual Jerman yang memainkan peran penting dalam pembentukan sosiologi modern. Lahir di Berlin, ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di sana, tempat ia belajar filsafat dan sejarah di Universitas Berlin.
Meskipun diakui sebagai salah satu "bapak pendiri sosiologi" bersama dengan Ferdinand Tönnies dan Max Weber, karier akademis Simmel dihadapkan pada hambatan birokratis akibat latar belakang Yahudinya. Ia mengajar di Berlin sebagai dosen tidak tetap selama hampir tiga dekade sebelum akhirnya mendapatkan posisi profesor penuh di Universitas Strassburg pada tahun 1914, beberapa tahun sebelum kematiannya akibat kanker pada tahun 1918.
Pendekatan Simmel terhadap sosiologi dikenal sebagai sosiologi formal, di mana ia berfokus pada studi tentang "bentuk-bentuk sosialisasi" (seperti subordinasi dan superordinasi, kompetisi, imitasi) daripada isi atau tujuan sosialnya. Ia tertarik pada cara individu berinteraksi dan membentuk masyarakat, mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang meneliti "bentuk-bentuk penyosialisasian".
Pendekatan ini memungkinkannya menganalisis interaksi yang sama dalam kelompok yang sangat berbeda, seperti negara, keluarga, atau geng, dan melihat bagaimana bentuk-bentuk ini menentukan hubungan di dalamnya. Metode ini, yang berfokus pada hubungan interaksi, menjadikannya seorang "relasionalis metodologis" yang meyakini bahwa interaksi ada di antara segala sesuatu.
Karya-karyanya, yang melampaui sosiologi untuk mencakup filsafat dan estetika, menjadikannya pemikir yang berpengaruh dalam berbagai bidang, terutama di kalangan sosiolog Amerika.
1.2. Posisi The Philosophy of Money
Di antara karya-karya Simmel, The Philosophy of Money (1900; dalam bahasa Jerman: Philosophie des Geldes) dianggap sebagai magnum opus-nya dan salah satu teks fundamental dalam sosiologi ekonomi. Buku ini bukanlah risalah ekonomi konvensional; sebaliknya, buku ini adalah analisis sosiologis, psikologis, dan filosofis yang luas tentang bagaimana uang memengaruhi kehidupan modern. Simmel memandang uang sebagai "agen penataan" yang membantu manusia memahami totalitas kehidupan.
Karya ini diposisikan dalam "paradigma modernisasi," sebuah kerangka teoretis yang berusaha menjelaskan transisi dari masyarakat feodal dan agraris menuju kapitalisme dan masyarakat industri. Dalam konteks ini, analisis Simmel dianggap sebagai salah satu artikulasi terbaik dari paradigma ini, setara dengan karya-karya klasik oleh Marx, Weber, dan Durkheim, meskipun karyanya tidak secara luas dianalisis sampai saat ini.
Pendekatannya yang unik dan dialektis memungkinkannya untuk mengamati uang bukan sebagai entitas ekonomi yang terisolasi, melainkan sebagai "fenomena sosial" dan "formula dunia" yang terjalin dalam setiap aspek kehidupan, dari nilai pribadi hingga hubungan sosial.
1.3. Tesis Utama Laporan
Laporan ini menggarisbawahi bahwa inti dari The Philosophy of Money adalah analisis dialektis Simmel terhadap paradoks-paradoks yang tak terhindarkan dalam kehidupan modern. Simmel berpendapat bahwa uang, sebagai simbol dan sistem, adalah manifestasi utama dari ketegangan abadi ini.
Di satu sisi, uang adalah sarana yang netral dan murni, yang membebaskan individu dari ikatan kaku dan membuka jalan bagi individualisme. Di sisi lain, uang memiliki kecenderungan untuk mengubah dirinya menjadi tujuan itu sendiri, mengalienasi individu dari makna sejati, dan menenggelamkan nilai-nilai kualitatif ke dalam metrik kuantitatif.
Oleh karena itu, Simmel menggunakan uang sebagai lensa untuk memahami bagaimana masyarakat modern, yang dicirikan oleh individualisme dan rasionalitas, berjuang dengan ketegangan antara kebebasan dan keterasingan, homogenisasi dan diferensiasi.
Simmel menyajikan sebuah pandangan yang lebih dalam dari sekadar analisis uang sebagai penyebab perubahan. Ia melihat uang sebagai "pihak ketiga" yang mengubah struktur interaksi sosial.
Dalam sistem barter, hubungan antara dua pihak (misalnya, penjual dan pembeli) bersifat dyadic dan personal. Namun, dengan munculnya uang sebagai medium yang objektif, hubungan ini menjadi triadic: penjual-uang-pembeli. Uang sebagai perantara yang impersonal ini memungkinkan individu untuk tidak bergantung pada kepribadian satu sama lain, melainkan pada sistem yang lebih besar dan anonim.
Pergeseran mendasar dalam struktur interaksi ini, dari hubungan personal-dyadic ke hubungan impersonal-triadic, adalah prasyarat bagi munculnya hubungan sosial modern yang luas, anonim, dan fleksibel, yang menjadi inti dari masyarakat urban.
Ini menunjukkan bahwa uang tidak hanya menghancurkan tatanan sosial lama, tetapi juga secara aktif mereproduksi dan mendorong bentuk-bentuk tatanan sosial baru yang lebih kompleks dan rasional, yang pada akhirnya membentuk pengalaman modern secara keseluruhan.
2. Bagian Analitis: Fondasi Filosofis Uang (Berdasarkan Bab 1-3 Buku)
2.1. Teori Nilai: Jarak, Pengorbanan, dan Pertukaran
Di bagian pertama bukunya, Simmel meletakkan fondasi filosofis untuk teorinya tentang nilai, sebuah konsep yang ia pisahkan dari realitas itu sendiri. Simmel berpendapat bahwa nilai bukanlah sifat intrinsik dari sebuah objek, melainkan muncul dari hubungan antara subjek yang menginginkan dan objek yang diinginkan. Nilai tercipta ketika ada "jarak" antara keinginan dan objeknya, yang memaksa subjek untuk melakukan "pengorbanan" untuk mendapatkannya.
Objek yang terlalu dekat (mudah didapat) atau terlalu jauh (mustahil didapat) tidak dianggap bernilai. Nilai justru terletak pada objek yang "cukup jauh," yang memerlukan usaha, waktu, dan kesulitan untuk diperoleh. Pengorbanan untuk mengatasi jarak ini mengubah dorongan buta menjadi hasrat yang disadari dan terukur.
Pertukaran adalah mekanisme sosial utama untuk mengatasi jarak ini, di mana individu bersedia mengorbankan satu objek untuk mendapatkan objek lain yang dianggap lebih bernilai. Uang, dalam kerangka ini, adalah mediasi yang paling efektif dan abstrak dari proses pertukaran dan objektifikasi nilai ini.
2.2. Evolusi Uang: Dari Substansi ke Fungsi
Simmel menganalisis evolusi uang dari bentuk material ke fungsional, yang mencerminkan pergeseran budaya yang lebih luas dari pemikiran konkret ke abstrak. Awalnya, uang memiliki nilai intrinsik karena terbuat dari substansi berharga seperti emas atau perak. Namun, seiring waktu, uang bertransisi menjadi simbol abstrak yang nilainya tidak lagi bergantung pada bahan fisiknya, melainkan pada fungsinya sebagai alat pertukaran dan ukuran nilai.
Dalam pandangan Simmel, uang modern adalah "simbol murni" dari relativitas nilai. Ia adalah perwujudan dari hubungan pertukaran itu sendiri, yang memungkinkan perbandingan nilai di antara objek-objek yang tidak dapat dibandingkan secara langsung (misalnya, tanah, makanan, kehormatan, dan cinta).
Dengan uang, segala sesuatu dapat diekspresikan dalam satu metrik kuantitatif, yaitu harga moneter. Transisi ini merupakan perjalanan budaya menuju representasi yang semakin simbolis dan intelektual, yang memisahkan nilai ekonomi dari kualitas material.
2.3. Paradoks Uang: Sarana yang Menjadi Tujuan
Salah satu argumen sentral Simmel adalah paradoks "teleologis" uang: bagaimana uang, yang pada dasarnya adalah "sarana paling murni" tanpa tujuan intrinsik, dapat berubah menjadi tujuan itu sendiri. Uang diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup yang lain, tetapi dalam masyarakat modern, pengejaran uang menjadi tujuan akhir yang mendominasi.
Fenomena ini, yang menempatkan "sarana" di atas "tujuan," memengaruhi orientasi nilai dan standar moral manusia. Simmel mengidentifikasi beberapa konsekuensi psikologis atau "patologi" yang muncul dari paradoks ini.
a. Greed dan Avarice:
Greed (keserakahan) adalah keinginan yang tak pernah puas untuk memiliki lebih banyak uang. Avarice (kekikiran) adalah keengganan untuk melepaskan uang yang sudah dimiliki. Keduanya menjadikan uang sebagai tujuan final, mengabaikan fungsinya sebagai sarana.
b. Extravagance dan Ascetic Poverty:
Pemborosan (extravagance) dan kemiskinan asketik (ascetic poverty) adalah dua respons ekstrem terhadap uang. Yang pertama membuang uang dengan cara yang sembrono, sementara yang kedua menolaknya secara total. Namun, Simmel berpendapat bahwa keduanya menempatkan uang pada posisi penting yang sama, baik dalam penerimaannya yang berlebihan maupun dalam penolakannya yang dramatis.
c. Cynicism dan The Blasé Attitude:
Simmel berpendapat bahwa kedua sikap ini muncul dari homogenisasi nilai-nilai oleh uang. Seorang sinis melihat semua nilai luhur (seperti seni atau cinta) sebagai objek yang dapat diukur dan dibeli dengan uang, yang merendahkan maknanya menjadi harga moneter.
Sebaliknya, individu yang memiliki sikap blasé (acuh tak acuh) kehilangan kemampuan untuk membedakan nilai kualitatif, merasakan bahwa segala sesuatu memiliki "corak abu-abu yang sama" dan tidak layak untuk diperhatikan. Sikap ini adalah respons terhadap banyaknya rangsangan yang tak terhitung jumlahnya dalam kehidupan kota modern, di mana uang adalah pendorongnya.
3. Bagian Sintetis: Implikasi Sosial-Budaya Uang (Berdasarkan Bab 4-6 Buku)
3.1. Uang dan Kebebasan Individu: Paradoks Keterasingan
Dalam bagian sintesisnya, Simmel membahas bagaimana uang memengaruhi kebebasan individu, sebuah proses yang ia anggap sebagai paradoks sentral modernitas.
a. Kebebasan dari Ikatan Tradisional:
Simmel berpendapat bahwa uang membebaskan individu dari bentuk-bentuk ketergantungan yang kaku dan personal, seperti perbudakan atau kewajiban feodal. Seorang budak terikat secara total pada tuannya, sedangkan seorang petani yang harus membayar sewa dalam bentuk barang terikat pada jenis produksi tertentu.
Namun, ketika kewajiban ini diubah menjadi pembayaran moneter, petani menjadi bebas untuk menanam apa pun atau terlibat dalam aktivitas lain selama ia bisa membayar pajak yang disyaratkan. Uang memutus ikatan-ikatan personal ini, menggantinya dengan ketergantungan pada sistem ekonomi yang impersonal.
b. Kebebasan untuk Memilih:
Dengan uang, individu memperoleh "potensi murni" untuk mencapai tujuan apa pun yang dapat dibeli. Kepemilikan moneter memisahkan kepribadian individu dari pekerjaan spesifik mereka dan memungkinkan munculnya "pekerja intelektual murni". Namun, Simmel juga mencatat bahwa kebebasan ini sering kali bersifat potensial saja; kurangnya uang pada sebagian besar orang membuat potensi ini sangat rendah.
c. Keterasingan sebagai Harga Kebebasan:
Simmel mengamati sisi gelap dari kebebasan ini, yaitu keterasingan. Dengan meningkatnya pembagian kerja dan interaksi yang dimediasi uang, individu menjadi semakin bergantung pada orang lain tetapi pada saat yang sama semakin sedikit berinteraksi dengan "kepribadian" mereka.
Hubungan sosial menjadi impersonal dan transaksional, di mana individu dipandang hanya berdasarkan fungsinya, bukan sebagai keseluruhan pribadi. Uang adalah alat yang paling sesuai untuk hubungan impersonal semacam ini. Bahkan, Simmel menyatakan bahwa kondisi hidup seorang pekerja bergaji tidak selalu lebih baik dari budak, karena gaji yang tepat tidak mencerminkan daya beli yang sebenarnya.
3.2. Uang dan Nilai-Nilai Personal
Simmel juga mengeksplorasi bagaimana uang mengobjektivasi dan mengukur nilai-nilai yang seharusnya tidak dapat diukur, seperti nyawa, kehormatan, dan cinta.
a. Studi Kasus Historis:
Ia menggunakan contoh historis seperti wergild—denda moneter yang harus dibayarkan kepada keluarga korban pembunuhan—untuk menunjukkan bagaimana nilai personal (nyawa yang hilang) diukur dalam satuan uang.
Praktik ini, meskipun tampak brutal dari sudut pandang modern, adalah langkah awal menuju keadilan formal, meskipun Simmel mencatat bahwa uang semakin dianggap tidak memadai untuk mengukur nilai-nilai pribadi seiring perkembangan budaya.
b. Analogi Prostitusi:
Simmel mengamati analogi yang mengkhawatirkan antara uang dan prostitusi. Keduanya dicirikan oleh "objektifikasi" dan "indiferensi" yang menghilangkan keunikan. Prostitusi mengubah seks, yang seharusnya merupakan hubungan unik dan personal, menjadi komoditas yang "indiferen".
c. Homogenisasi versus Diferensiasi:
Sifat uang yang "fungible" (dapat ditukar) berdiri kontras dengan gagasan "distinction" (keistimewaan), sebuah properti yang melekat pada kaum bangsawan atau karya seni. Uang, dengan sifatnya yang menyamaratakan, mengancam untuk merendahkan pencapaian yang tidak dapat diukur, seperti seni dan cinta, menjadi sekadar nilai moneter.
3.3. Gaya Hidup dan Rasionalisasi Modern
Uang memainkan peran sentral dalam membentuk gaya hidup dan rasionalitas kehidupan modern.
a. Divisi Kerja dan Objektifikasi:
Uang mempercepat pembagian kerja, di mana produk semakin terpisah dari "kepribadian" pekerja. Pekerjaan diperlakukan sebagai komoditas yang dapat dibeli dan dijual, dan alat produksi menjadi sangat terspesialisasi sehingga pekerja memiliki sedikit ruang untuk kreativitas.
b. Kehidupan Kota dan Intelektualisasi:
Simmel melihat uang sebagai alasan utama konsentrasi aktivitas finansial di kota-kota besar. Lingkungan perkotaan yang padat ini mendorong interaksi yang impersonal dan rasional, yang dikelola oleh uang, sebagai cara untuk mengatasi jarak sosial antar individu. Hubungan yang diatur secara rasional, objektif, dan kuantitatif ini akhirnya menuntun pada "sikap acuh tak acuh" yang menjadi ciri khas kehidupan kota modern.
3.4. Tabel 1: Perbandingan Konseptual Simmel dan Marx
Uang, sebagai fenomena sentral dalam transisi menuju modernitas, juga menjadi fokus analisis sosiolog besar lainnya seperti Karl Marx. Meskipun keduanya mengamati dampak uang terhadap masyarakat, mereka melakukannya dari sudut pandang yang berbeda secara fundamental.
Tabel berikut menyoroti perbedaan utama antara pandangan Simmel dan Marx.
4. Warisan dan Signifikansi Kontemporer
4.1. Pengaruh Simmel
Meskipun tidak sepopuler Weber atau Durkheim di masa hidupnya, pengaruh Simmel terus berkembang dan menjadi sangat signifikan bagi sosiologi modern. Pendekatan sosiologi formalnya meletakkan dasar bagi berbagai cabang sosiologi, termasuk teori konflik dan sosiologi sehari-hari.
Wawasannya tentang uang, kebebasan, dan individualisasi telah memengaruhi sosiologi Amerika dan pemahaman tentang modernitas. Analisisnya tentang uang tidak hanya dianggap sebagai dokumen klasik modernisasi tetapi juga "meramalkan postmodernitas" dengan mengidentifikasi ketegangan antara homogenisasi dan fragmentasi.
Simmel melihat bahwa uang tidak hanya membentuk sistem, tetapi juga mendorong "reproduksi sistem" baru, seperti interaksi, sosialisasi, dan sosio-psikologi. Hal ini terjadi karena uang, dengan memutus ikatan dyadic yang kaku, menciptakan ruang bagi bentuk-bentuk asosiasi baru yang dimediasi oleh kontrak, organisasi rasional, dan tujuan-tujuan bersama.
Dengan demikian, Simmel mengidentifikasi bahwa uang tidak hanya menghancurkan tatanan lama, tetapi juga secara aktif mereproduksi dan mendorong tatanan sosial baru yang lebih kompleks dan rasional.
4.2. Relevansi Abadi
Wawasan Simmel tentang uang tetap relevan secara luar biasa di era kontemporer. Konsep-konsepnya dapat diterapkan untuk memahami fenomena modern seperti finansialisasi ekonomi, budaya konsumerisme, dan interaksi yang dimediasi secara digital. Misalnya, sikap blasé yang ia deskripsikan dapat dilihat pada individu yang kebanjiran informasi dan rangsangan digital, di mana segala sesuatu terasa "sama-sama datar".
Objektifikasi nilai-nilai personal oleh uang dapat dianalogikan dengan komersialisasi identitas pribadi di media sosial. Simmel, yang menulis pada awal abad ke-20, berhasil mengidentifikasi struktur dasar dari modernitas yang terus berlanjut dan berevolusi, membuktikan bahwa uang lebih dari sekadar alat; ia adalah sebuah "formula dunia" yang fundamental.
5. Kesimpulan: Dialektika Uang dan Manusia
The Philosophy of Money karya Georg Simmel adalah sebuah analisis yang mendalam dan multidimensi tentang peran uang dalam membentuk masyarakat modern. Simmel berpendapat bahwa uang bukanlah entitas ekonomi yang terisolasi, melainkan sebuah fenomena sosial, psikologis, dan filosofis yang menjadi lensa untuk memahami dialektika kehidupan modern.
Analisisnya menguak paradoks-paradoks sentral yang diciptakan oleh uang:
1. Sarana yang Menjadi Tujuan: Uang, yang diciptakan sebagai alat untuk memfasilitasi pertukaran, memiliki kecenderungan untuk mengubah dirinya menjadi tujuan akhir, melahirkan patologi seperti keserakahan, kekikiran, dan pemborosan.
2. Kebebasan yang Mengasingkan: Uang membebaskan individu dari ikatan-ikatan personal yang kaku, membuka jalan bagi kebebasan dan individualisme. Namun, kebebasan ini datang dengan harga keterasingan, di mana individu menjadi bagian dari sistem yang impersonal dan anonim.
3. Homogenisasi yang Mendorong Diferensiasi: Uang, dengan sifatnya yang kuantitatif dan menyamaratakan, mengancam untuk merendahkan nilai-nilai kualitatif. Namun, pada saat yang sama, ia menyediakan ruang untuk kebebasan individu untuk mengejar diferensiasi dan keunikan personal.
Dengan demikian, Simmel menawarkan sebuah "filsafat uang" yang melampaui ekonomi, menjadikannya sebuah alat fundamental untuk memahami esensi modernitas dan ketegangan abadi antara individu dan masyarakat. Ia menunjukkan bahwa uang tidak hanya mengubah cara kita bertransaksi, tetapi juga cara kita berpikir, merasakan, dan mengartikan keberadaan kita di dunia modern.
Karya yang dikutip
Balawadayu. (2022, Februari 27). Filsafat uang Simmel. Kompasiana. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.kompasiana.com/balawadayu/621b658bbb448654f470fa02/filsafat-uang-simmel
Böhme, H. (2005). Part I: Economy — Between science and literature. Dalam C. B. Müller & F. Röhrs (Ed.), Literature and science (hlm. 57–74). Brill. https://brill.com/display/book/edcoll/9789401201100/B9789401201100-s004.pdf
Claes, T. (2005). Georg Simmel on sex, money and personal worth (CEVI-WP 05-01). Centre for Ethics and Value Inquiry, Ghent University. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.cevi-globalethics.ugent.be/file/34
Databáze knih. (n.d.). Georg Simmel životopis. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.databazeknih.cz/zivotopis/georg-simmel-15374
Driyarkara School of Philosophy. (n.d.). Uang dan reproduksi sistem: Teori modernitas Simmel dalam The philosophy of money. Diakses 13 Agustus 2025, dari http://repo.driyarkara.ac.id/476/
EBSCO. (n.d.). Georg Simmel biography. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.ebsco.com/research-starters/biography/georg-simmel#:~:text=Georg%20Simmel%20was%20a%20prominent,away%20when%20Simmel%20was%20young
Encyclopaedia Britannica. (n.d.). Georg Simmel: Philosopher, philosophies & sociology. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.britannica.com/biography/Georg-Simmel
Frisby, D. (2002). Georg Simmel: The philosophy of money. LSE Research Online. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://eprints.lse.ac.uk/7718/
Gibbs, J. (n.d.). Georg Simmel. Parentheses. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://jgibbs.wordpress.com/category/philosophy/georg-simmel/
Polish Sociological Review. (n.d.). Georg Simmel’s “The philosophy of money” and the modernization.... Diakses 13 Agustus 2025, dari https://polish-sociological-review.eu/pdf-119061-47825?filename=Georg%20Simmel_s%20The.pdf
Shepherd, W. (1998). Philosophy of money. 20th World Congress of Philosophy. Boston University. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.bu.edu/wcp/Papers/Econ/EconShep.htm
Simmel, G. (1900). Philosophie des Geldes. Leipzig: Duncker & Humblot.
Simmel, G. (1978). The philosophy of money (T. Bottomore & D. Frisby, Trans. & Eds.). London: Routledge & Kegan Paul.
Simmel, G. (1978). The philosophy of money: Third enlarged edition (T. Bottomore & D. Frisby, Eds.; T. Bottomore & D. Frisby, Trans.). (PDF). Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.eddiejackson.net/web_documents/Philosophy%20of%20Money.pdf
Simmel, G. (1978). The philosophy of money: Third enlarged edition. Rhuthmos. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.rhuthmos.eu/IMG/pdf/-33.pdf
Simmel, G. (1990). The philosophy of money (2nd enl. ed., T. Bottomore & D. Frisby, Trans. & Eds.). London: Routledge.
Simmel, G. (2004). The philosophy of money (2nd ed.). Routledge. Pratinjau dari https://api.pageplace.de/preview/DT0400.9781134294398_A25021737/preview-9781134294398_A25021737.pdf
Simmel, G. (2004). The philosophy of money (3rd ed., D. Frisby, Ed.). London: Routledge.
SoBrief. (n.d.). The philosophy of money: Summary, quotes, FAQ, audio. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://sobrief.com/books/the-philosophy-of-money
Unter Soziologen. (n.d.). The philosophy of money: Georg Simmel’s masterpiece and its relevance today. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.untersoziologen.com/sociologists/working-until-the-1920s/georg-simmel/philosophy-of-money
Waggish. (2014, Mei). Georg Simmel’s philosophy of money: 3. Money in the sequence of purposes. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.waggish.org/2014/georg-simmels-philosophy-of-money-3-money-in-the-sequence-of-purposes/
Waggish. (2015, Juli). Georg Simmel’s philosophy of money: 4. Individual freedom.... Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.waggish.org/2015/georg-simmels-philosophy-of-money-4-individual-freedom/
Wikipedia contributors. (n.d.). Georg Simmel. Dalam Wikipedia. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Georg_Simmel
Wikipedia contributors. (n.d.). The philosophy of money. Dalam Wikipedia. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://en.wikipedia.org/wiki/The_Philosophy_of_Money
Wirawan, M. F. (2021). Analisis sosiologi ekonomi: Uang... (Skripsi, Universitas Negeri Jakarta). Repository UNJ. Diakses 13 Agustus 2025, dari http://repository.unj.ac.id/26388/1/Skripsi_Mohammad%20Fikri%20Wirawan_Sosiologi_4825131366.pdf
.png)

Post a Comment