Analisis Mendalam The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism: Isi, Kritik, dan Warisan Intelektual Max Weber

Table of Contents

Bab I: Pendahuluan

The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, yang ditulis oleh sosiolog Jerman Max Weber dan pertama kali diterbitkan pada 1904-1905, merupakan salah satu karya paling berpengaruh dan sering dikutip dalam ilmu sosial. Karya ini menandai intervensi intelektual yang penting, menempatkan Weber sebagai salah satu pendiri sosiologi modern dan pemikir sosial yang cemerlang di abad ke-20. Dengan diterjemahkan ke dalam hampir 20 bahasa, buku ini tidak hanya menjadi studi sejarah, tetapi juga menjadi instrumen multidimensi dalam perdebatan akademis pada zamannya.

Inti dari tesis Weber adalah untuk mengeksplorasi hubungan sebab-akibat antara kepercayaan Protestan, khususnya Calvinisme, dan perkembangan kapitalisme modern. Secara lebih luas, buku ini mengambil posisi dalam tiga perdebatan intelektual utama: perdebatan metodologi (dikenal sebagai Methodenstreit) mengenai cara kerja ilmu sosial, perdebatan tentang peran agama dan ideologi dalam pembangunan ekonomi (melawan determinisme ekonomi Marxis), dan perdebatan tentang sifat modernitas itu sendiri.

Alih-alih mereduksi agama menjadi sekadar produk dari kondisi ekonomi, Weber berargumen bahwa agama telah menjadi penentu yang signifikan dalam pembangunan ekonomi Barat. Oleh karena itu, tulisan ini akan menguraikan fondasi konseptual buku ini, argumen inti, konteks intelektual dan biografisnya, kritik-kritik yang dilontarkan terhadapnya, serta warisan dan relevansinya yang berkelanjutan.

Bab II: Fondasi Konseptual Tesis Weber

Untuk memahami argumen utama Weber, penting untuk terlebih dahulu mendefinisikan tiga konsep inti yang ia gunakan: "Semangat Kapitalisme," "Etika Protestan," dan "Beruf" (panggilan). Ketiga konsep ini, meskipun saling terkait, mewakili elemen-elemen yang berbeda dalam argumen Weber dan sering kali disalahartikan dalam interpretasi yang disederhanakan.

2.1. Mendefinisikan "Semangat Kapitalisme"

Weber membedakan antara "kapitalisme" sebagai sebuah sistem ekonomi dan "semangat kapitalisme" sebagai etos budaya yang menopangnya. Kapitalisme dalam bentuknya yang primitif—perolehan keuntungan melalui perdagangan atau spekulasi—telah ada di berbagai peradaban selama berabad-abad. 

Namun, menurut Weber, kapitalisme modern memiliki etos yang unik, yang ditandai dengan pengejaran keuntungan sebagai tujuan itu sendiri dan bukan sekadar alat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semangat ini menuntut akumulasi tanpa batas dan pertumbuhan yang berkelanjutan, yang membedakannya dari mentalitas tradisional yang cenderung menghasilkan uang hanya sebatas kebutuhan material.

Weber berpendapat bahwa pergeseran dari etos yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar menuju mentalitas akumulasi tanpa batas ini adalah prasyarat budaya yang unik untuk kebangkitan kapitalisme modern yang rasional dan sistematis. Ini adalah mentalitas di mana perolehan uang menjadi "tujuan utama dalam kehidupannya".

Pergeseran ini tidak dapat dijelaskan hanya oleh faktor-faktor material atau teknologi; sebaliknya, diperlukan perubahan fundamental dalam cara individu memandang pekerjaan dan kekayaan. Inilah yang mengarahkan Weber untuk menyelidiki asal-usul kultural dari "semangat" ini, bukan asal-usul kapitalisme secara keseluruhan.

2.2. Etika Protestan dan Asketisme Duniawi

Etika Protestan, yang juga dikenal sebagai etika kerja Calvinis atau Puritan, adalah konsep yang menekankan bahwa seseorang memiliki tugas spiritual untuk bekerja dengan tekun dan menggunakan penghasilan mereka secara bertanggung jawab. Etos ini berakar pada asketisme—gaya hidup yang ditandai dengan disiplin diri, minimalisme, dan pengekangan diri dari kesenangan duniawi dan kemewahan. Yang unik dari asketisme Protestan adalah bahwa gaya hidup ini tidak diterapkan di biara, melainkan di dalam kehidupan sehari-hari atau di dalam "dunia".

Baca Juga: Asketisisme: Pengertian, Kategori, dan Asketisisme dalam Agama 

Etika ini mengandung paradoks internal yang signifikan. Asketisme duniawi menetapkan bahwa waktu dan bakat harus digunakan untuk kemuliaan Tuhan, yang secara logis akan menghasilkan akumulasi kekayaan. Namun, kekayaan itu sendiri dipandang sebagai "bahaya besar" karena dapat menimbulkan godaan untuk berleha-leha dan menikmati kesenangan duniawi yang dilarang.

Oleh karena itu, penolakan moral terhadap kekayaan bukanlah pada perolehannya, melainkan pada penggunaannya untuk tujuan pribadi yang dangkal, seperti kemewahan dan kemalasan. Akibatnya, kekayaan yang diperoleh melalui kerja keras justru harus diinvestasikan kembali, bukan dinikmati. 

Weber mengamati bahwa kekayaan yang dihasilkan oleh etika ini secara ironis dapat mengikis fondasi spiritualnya, di mana "semangat" agama dapat menghilang seiring dengan meningkatnya kekayaan dan godaan yang menyertainya. Hal ini merupakan salah satu kontradiksi sentral dalam teori Weber.

2.3. Makna Sentral dari "Beruf" (Panggilan)

Konsep Beruf (panggilan) adalah jembatan yang menghubungkan etika Protestan dengan semangat kapitalisme. Kata Jerman Beruf dan padanannya dalam bahasa Inggris, "calling," memiliki konotasi religius yang merujuk pada tugas yang ditetapkan oleh Tuhan.

Menurut Weber, gagasan ini adalah produk dari Reformasi. Sebelum Reformasi, aktivitas "duniawi" tidak memiliki signifikansi spiritual. Namun, setelah Reformasi, melayani Tuhan berarti berpartisipasi dalam aktivitas duniawi, menjadikannya bagian dari tugas seseorang kepada Tuhan.

Penting untuk membedakan antara konsep Beruf yang dikembangkan oleh Martin Luther dan John Calvin. Konsep Luther tentang "panggilan" lebih pasif, di mana seseorang diharapkan untuk menerima dan berpuas diri dengan posisinya di dunia sebagai takdir yang ditetapkan Tuhan. Sebaliknya, bagi Calvinis, Beruf adalah sebuah "perintah" untuk bekerja secara giat untuk kemuliaan Tuhan. Hanya konsep terakhir inilah yang, menurut Weber, berfungsi sebagai mesin psikologis yang diperlukan untuk mendorong etos kerja kapitalis yang tak kenal lelah.

Tabel di bawah ini meringkas konsep-konsep inti yang telah dibahas.

Fondasi Konseptual Tesis Weber

Bab III: Argumen Inti: Predestinasi, Kecemasan, dan Akumulasi Kapital

Argumen inti Weber dibangun di atas premis bahwa doktrin teologis, terutama doktrin predestinasi Calvinis, menciptakan sebuah kondisi psikologis yang mendorong etos kerja yang diperlukan untuk kapitalisme modern.

3.1. Doktrin Predestinasi Calvinisme dan Konsekuensi Psikologisnya

Doktrin predestinasi, yang dikembangkan oleh teolog John Calvin, menyatakan bahwa Tuhan telah menentukan keselamatan atau hukuman kekal bagi setiap individu bahkan sebelum mereka lahir. Manusia tidak dapat mengubah takdir ini dan tidak dapat mengetahui apakah mereka termasuk dalam golongan "yang terpilih" atau "yang terkutuk". Ketidakpastian mutlak ini menciptakan "kecemasan psikologis yang mendalam" dan "kesepian batin yang luar biasa" di antara para pengikut Calvin.

Karena doktrin ini menolak gagasan bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui sakramen, pengakuan dosa, atau otoritas gerejawi seperti dalam Katolisisme, individu terpaksa mencari jaminan diri di dalam kehidupan mereka sendiri. Mereka mencari "tanda-tanda" atau indikasi bahwa mereka mungkin adalah bagian dari "yang terpilih". Akibatnya, mereka meyakini bahwa menjalankan kehidupan yang bermoral dan produktif, yang diwujudkan melalui kerja keras yang tiada henti, adalah bukti dari anugerah Tuhan.

3.2. Dari Kecemasan Rohani ke Akumulasi Kapital

Pencarian akan kepastian spiritual ini menjadi mesin pendorong di balik etos kerja yang unik. Bagi Calvinis, kerja keras yang metodis dan rasional dalam "panggilan" mereka bukanlah tujuan itu sendiri, melainkan alat untuk mengatasi kecemasan batin mereka dan memperoleh "jaminan diri" bahwa mereka berada di jalur yang benar. Keberhasilan material dilihat sebagai tanda berkah Tuhan, yang lebih lanjut memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka adalah "yang terpilih".

Pada saat yang sama, asketisme melarang pemanfaatan kekayaan untuk kesenangan atau kemewahan. Akibatnya, kekayaan yang diperoleh dari kerja keras harus diinvestasikan kembali dalam usaha baru, yang secara tidak sengaja memicu siklus akumulasi modal dan pertumbuhan ekonomi. 

Weber dengan cermat menunjukkan bahwa para reformis agama ini tidak bertujuan untuk menciptakan kapitalisme; sebaliknya, dampak budaya dan ekonomi mereka adalah "konsekuensi yang tidak terduga dan mungkin tidak diinginkan" dari etos spiritual yang mereka ajarkan. Pengejaran kekayaan bukanlah tujuan, melainkan hasil sampingan dari pencarian kepastian spiritual.

Bab IV: Konteks Intelektual dan Biografis Karya Weber

Pemahaman yang komprehensif terhadap tesis Weber memerlukan penempatannya dalam konteks intelektual dan personalnya yang lebih luas. Karya ini adalah respons yang sangat spesifik terhadap perdebatan pada masanya.

4.1. Posisi Tesis Weber dalam Perdebatan dengan Determinisme Ekonomi (Marxisme)

Salah satu kontribusi utama Weber adalah posisinya dalam perdebatan dengan analisis Marxis yang mereduksi semua ekspresi ideologis—seperti agama—menjadi epifenomena dari basis ekonomi. Weber secara eksplisit berargumen bahwa agama dapat menjadi "penentu yang menentukan" dalam pembangunan ekonomi Barat, sebuah pandangan yang menantang determinisme ekonomi satu arah.

Namun, pandangan yang menyederhanakan Weber sebagai "anti-Marx" adalah salah. Tesis Weber tidak menolak peran penting ekonomi; sebaliknya, ia mengajukan pandangan yang lebih bernuansa tentang hubungan timbal balik antara "basis" dan "suprastruktur." 

Alih-alih satu arah, Weber berargumen bahwa ide-ide dan nilai-nilai budaya dapat memiliki kekuatan independen untuk membentuk struktur ekonomi dan sosial, sama seperti struktur-struktur ini membentuk ide-ide. Argumen ini membuka jalan bagi pendekatan sosiologis yang lebih holistik dan multi-faktor yang melampaui reduksionisme Marxis.

4.2. Partisipasi Weber dalam Perdebatan Metodologi (Methodenstreit)

Dengan menerbitkan bukunya, Weber mengambil sikap dalam perdebatan metodologi yang dikenal sebagai Methodenstreit. Debat ini mempertentangkan mereka yang percaya bahwa ilmu sosial harus mengikuti metode ilmu alam yang kaku dengan mereka yang berargumen untuk metode yang lebih historis dan interpretatif. Melalui analisis historis yang inovatif tentang kebangkitan kapitalisme, Weber menunjukkan kelayakan metode historis.

Namun, pendekatan metodologisnya juga menjadi sumber kritik. Weber menggunakan "tipe ideal" (ideal type) sebagai alat analitis. Tipe ideal adalah konstruksi konseptual yang menyoroti elemen-elemen penting dari sebuah fenomena sosial untuk tujuan perbandingan dan analisis, meskipun tipe ideal tersebut "tidak akan pernah ditemukan secara empiris" di dunia nyata. Pengakuan Weber sendiri bahwa tipe idealnya adalah "utopia" memungkinkan kritikus untuk menunjuk pada pengecualian historis atau empiris terhadap tesisnya, yang berujung pada perdebatan sengit tentang kebenaran klaimnya.

4.3. Pengaruh Latar Belakang Personal Weber pada Tesisnya

Tesis Weber tidak hanya merupakan karya akademis, tetapi juga respons terhadap penderitaan dan krisis pribadi yang dialaminya. Latar belakangnya, dengan ibunya yang dibesarkan dalam ortodoksi Calvinis dan ayahnya yang seorang politikus liberal, menenggelamkannya dalam konflik nilai yang mendalam sejak masa mudanya. 

Konflik ini tampaknya berkontribusi pada perkembangan regimen kerja kompulsifnya sendiri dan krisis saraf yang membuatnya terlempar dari karier akademisnya selama bertahun-tahun. Penderitaan ini, menurut sumber, memberinya wawasan yang luar biasa tentang hubungan antara moralitas Calvinis dan kerja paksa. Hal ini menunjukkan bahwa tesisnya adalah produk dari penyelidikan intelektual yang ketat dan, pada saat yang sama, sebuah refleksi dari pergulatan personal yang mendalam.

Bab V: Kritik dan Kontra-Argumen terhadap Tesis Weber

Terlepas dari pengaruhnya, tesis Weber telah menjadi subjek kritik dan perdebatan yang intensif sejak publikasi awalnya.

5.1. Miskonsepsi Umum tentang "Tesis Weber" yang Disederhanakan

Banyak kritik terhadap Weber sebenarnya ditujukan pada versi yang disederhanakan dari argumennya, bukan argumen aslinya yang lebih bernuansa. Kritik umum mengklaim bahwa Weber menyatakan "Protestanisme menyebabkan kapitalisme," tetapi Weber sendiri berulang kali mengklarifikasi bahwa ia tidak mengklaim hubungan kausalitas satu arah. 

Sebaliknya, ia berargumen bahwa Protestanisme adalah "salah satu faktor penentu" yang penting dan bahwa hubungan antara agama dan ekonomi bersifat timbal balik. Para kritikus sering menyederhanakan argumennya menjadi sebuah klise, yang kemudian mereka serang.

5.2. Kritik Historis dan Ekonomi

Kritik historis utama menyoroti bahwa bentuk-bentuk kapitalisme yang sangat maju, seperti di Italia, telah ada berabad-abad sebelum Calvinisme. Kritik ini tidak sepenuhnya mengena, karena Weber tidak pernah membantah adanya kapitalisme sebelumnya. Sebaliknya, ia berargumen bahwa sebelum Reformasi, kapitalisme sering kali dihambat oleh permusuhan dari tatanan agama yang dominan. Weber mengklaim bahwa Protestantisme adalah tradisi agama pertama yang memberikan legitimasi moral terhadap perolehan dan akumulasi modal.

Kritik lain berpendapat bahwa korelasi statistik yang diamati Weber antara Protestanisme dan kemakmuran ekonomi di Prusia pada abad ke-19 sebenarnya lebih disebabkan oleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi di wilayah Protestan, bukan etika kerja. Namun, para pendukung Weber berpendapat bahwa pendidikan yang lebih tinggi itu sendiri adalah manifestasi dari dorongan Puritan untuk dapat membaca kitab suci, yang menguatkan argumen asli Weber.

5.3. Kritik Teologis dan Metodologis

Kritikus lain, seperti Harold B. Barclay, berpendapat bahwa Weber salah memahami teologi Calvinis dan terlalu mengandalkan tulisan-tulisan pastoral dari para pemikir praktis seperti Richard Baxter, bukan pada pernyataan kredo resmi. Mereka juga mempertanyakan metodologinya, berpendapat bahwa gagasan "tipe ideal" Weber, yang ia akui mungkin tidak ditemukan secara empiris, membuat klaimnya terlalu subjektif untuk dianggap ilmiah.

Tabel di bawah ini memberikan ringkasan visual dari kritik utama dan tanggapan terhadapnya.

Kritik dan Kontra-Argumen terhadap Tesis Weber

Bab VI: Warisan dan Relevansi Kontemporer

Terlepas dari perdebatan sengit yang mengelilinginya, warisan The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism sangat signifikan dan meluas.

6.1. Pengaruh Abadi pada Sosiologi dan Ilmu Sosial

Kontribusi terpenting dari karya Weber adalah demonstrasi yang kuat bahwa ide-ide budaya dan ideologis memiliki kekuatan independen untuk membentuk struktur sosial dan ekonomi. Hal ini menawarkan alternatif yang bernuansa dan produktif terhadap determinisme ekonomi dan biologis yang dominan pada masanya, dan membuka jalan bagi pendekatan yang lebih holistik dan multi-faktorial dalam ilmu sosial modern. 

Dalam sosiologi, karyanya, bersama dengan Talcott Parsons, membantu menjadikan analisis fungsionalisme struktural sentral dalam bidang ini. Secara lebih spesifik, dalam kriminologi, tesisnya berkontribusi pada pergeseran analisis perilaku menyimpang dari patologi individu ke struktur sosial, sebuah konsep yang kemudian dikembangkan oleh Robert K. Merton dalam teori ketegangannya.

6.2. Analisis "Sangkar Besi" (Iron Cage) Modernitas

Weber berargumen bahwa setelah kapitalisme modern terbentuk, ia "melampaui akar religiusnya," mengikat individu pada tuntutannya tanpa memandang keyakinan mereka. Ia meramalkan bahwa sistem ini akan menciptakan "spesialis tanpa jiwa, sensualis tanpa hati," sebuah kondisi yang ia sebut sebagai "sangkar besi" rasionalisasi.

Ini adalah paradoks modernitas yang tragis: sistem yang dirancang untuk membebaskan manusia dari takhayul dan batasan ekonomi tradisional akhirnya menjadi kekuatan yang membelenggu dan tidak manusiawi. Tujuan instrumental—yang awalnya berfungsi untuk tujuan spiritual—kini menjadi tujuan itu sendiri. Manusia menjadi budak dari sistem yang mereka ciptakan. Weber meratapi hilangnya spiritualitas di tengah rasionalisasi kehidupan modern.

6.3. Relevansi dalam Diskusi Modern

Relevansi tesis Weber berlanjut dalam diskusi kontemporer. Sebagai contoh, Francis Fukuyama merelevansikan kembali argumen Weber dalam diskusi tentang kegagalan modernisasi di dunia Muslim, meskipun ia juga memperingatkan bahwa budaya hanyalah salah satu dari banyak faktor yang membentuk keberhasilan suatu masyarakat.

Analisis Weber juga masih berfungsi sebagai stimulus untuk pemikiran serius tentang hubungan antara nilai-nilai budaya dan modernitas. Meskipun tidak selalu "benar" sebagai prediksi sejarah yang ketat—seperti yang ditunjukkan oleh perkembangan ekonomi di negara-negara seperti Tiongkok dan Jepang—karya ini luar biasa berhasil dalam membangkitkan pemikiran tentang bagaimana ide-ide dan nilai-nilai membentuk dunia material kita.

Bahkan sejarawan ekonomi seperti David Landes dan Niall Ferguson, yang sebelumnya kritis, telah mulai merangkul kembali gagasan bahwa "budaya membuat semua perbedaan" dan bahwa "ide-ide religius juga merupakan katalisator untuk kebangkitan kapitalisme di Barat".

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism karya Max Weber bukanlah sebuah tesis kausalitas tunggal yang sederhana, melainkan sebuah analisis sosiologis yang sangat bernuansa tentang bagaimana ide-ide budaya dan ideologi dapat menjadi kekuatan independen yang membentuk struktur sosial dan ekonomi. 

Weber tidak berargumen bahwa Protestantisme adalah satu-satunya penyebab kapitalisme, melainkan bahwa ia memberikan etos budaya dan psikologis yang unik—yang berakar pada doktrin predestinasi dan asketisme duniawi—yang mendorong akumulasi modal secara sistematis dan rasional.

Kritik yang dilontarkan terhadap tesis ini sering kali didasarkan pada interpretasi yang disederhanakan, yang tidak adil terhadap kompleksitas argumen aslinya. Meskipun demikian, perdebatan ini justru menunjukkan kekuatan abadi karya ini sebagai "stimulus untuk pemikiran serius".

Warisan terpenting Weber adalah penolakannya terhadap determinisme yang terlalu sederhana dan penegasannya kembali bahwa ide-ide, bahkan yang tidak disadari, memiliki konsekuensi material yang mendalam. Dengan demikian, The Protestant Ethic tetap menjadi landasan penting dalam memahami modernitas sebagai hasil dari proses rasionalisasi yang kompleks, dan terkadang tragis, yang telah menghasilkan "sangkar besi" dari kehidupan ekonomi modern.

Karya yang dikutip:

American Sociological Association. (2025, August 18). Robert K. Merton. https://www.asanet.org/robert-k-merton/

Britannica. (2025, August 18). The Protestant ethic and the spirit of capitalism | Summary & Max Weber. In Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/topic/The-Protestant-Ethic-and-the-Spirit-of-Capitalism

EBSCO. (2025, August 18). Protestant work ethic. EBSCO Research Starters. https://www.ebsco.com/research-starters/history/protestant-work-ethic

EBSCO. (2025, August 18). The Protestant ethic and the spirit of capitalism by Max Weber. EBSCO Research Starters. https://www.ebsco.com/research-starters/literature-and-writing/protestant-ethic-and-spirit-capitalism-max-weber

Fukuyama, F. (2005). The relevance of Max Weber today, 100 years later. History News Network. https://www.hnn.us/article/francis-fukuyama-the-relevance-of-max-weber-today-

Gingrich, P. (2025, August 18). The spirit of capitalism. University of Regina. https://uregina.ca/~gingrich/o1102.htm#:~:text=The%20spirit%20of%20capitalism,-Weber%20defines%20that&text=Man%20is%20dominated%20by%20the,satisfaction%20of%20his%20material%20needs

Hidayat, A. (2025). Analisis teori sosial tentang pengaruh etika Protestan terhadap perkembangan kapitalisme modern. Akhlak: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Filsafat, 7(1), 44–60. https://ejournal.aripafi.or.id/index.php/Damai/article/download/687/711/3749

IAIN Kediri. (2025, August 18). Bab II landasan teori A. Teori etika agama Max Weber [Undergraduate thesis]. Etheses IAIN Kediri. https://etheses.iainkediri.ac.id/9911/3/933702019_bab2.pdf

LitCharts. (2025, August 18). Calvinistic predestination theme in The Protestant ethic and the spirit of capitalism. https://www.litcharts.com/lit/the-protestant-ethic-and-the-spirit-of-capitalism/themes/calvinistic-predestination

MavMatrix. (2025, August 18). Weber’s “Protestant ethic” and his critics. University of Texas at Arlington. https://mavmatrix.uta.edu/cgi/viewcontent.cgi?params=/context/philosophy_theses/article/1001/type/native/&path_info=

Parsons, T. (1947). Critical remarks on Weber’s theory of authority. American Political Science Review, 41(2), 336–344. Cambridge University Press. https://www.cambridge.org/core/journals/american-political-science-review/article/critical-remarks-on-webers-theory-of-authority/BB6616F807C9E1AE6B4D304C775B41EC

Peltonen, M. (2020). The Weber thesis and economic historians. Culturahistorica. http://culturahistorica.org/wp-content/uploads/2020/02/peltonen-max_weber.pdf

Reddit. (2025, August 18). How accurate is “The Protestant ethic and the spirit of capitalism” by Max Weber? In r/history. https://www.reddit.com/r/history/comments/ft5hdc/how_accurate_is_the_protestant_ethic_and_the/

Reddit. (2025, August 18). What are the critiques of Max Weber's “The Protestant ethic and the spirit of capitalism”? In r/AskHistorians. https://www.reddit.com/r/AskHistorians/comments/1nm309/what_are_the_critiques_of_max_webers_the/

Schluchter, W. (1981). Beruf, rationality and emotion in Max Weber’s sociology. European Journal of Sociology, 22(2), 290–315. Cambridge University Press. https://www.cambridge.org/core/journals/european-journal-of-sociology-archives-europeennes-de-sociologie/article/beruf-rationality-and-emotion-in-max-webers-sociology/C0A59AA29380C116E6F20C860DA3F7C3

Sociology Institute. (2025, August 18). Exploring Weber's thesis on religion and economy: The Protestant ethic. https://sociology.institute/sociology-of-religion/webers-thesis-protestant-ethic-religion-economy/

SozTheo. (2025, August 18). Anomie theory (Merton). https://soztheo.com/theories-of-crime/anomie-theories-and-strain-theories-causes-of-crime-in-social-structure/anomie-theory-merton/

SparkNotes. (2025, August 18). The Protestant ethic and the spirit of capitalism: Chapter 3 summary & analysis. https://www.sparknotes.com/philosophy/protestantethic/section4/

SparkNotes. (2025, August 18). The Protestant ethic and the spirit of capitalism: Full work summary. https://www.sparknotes.com/philosophy/protestantethic/summary/

Weber, M. (1905/2025). Asceticism and the spirit of capitalism. In The Protestant ethic and the spirit of capitalism. Marxists Internet Archive. https://www.marxists.org/reference/archive/weber/protestant-ethic/ch05.htm

Weber, M. (1930). The Protestant ethic and the spirit of capitalism (T. Parsons, Trans.). London: Allen & Unwin; New York: Charles Scribner’s Sons. (Original work published 1904–1905)

Weber, M. (2001). The Protestant ethic and the spirit of capitalism (S. Kalberg, Trans., 3rd Roxbury ed.). Los Angeles, CA: Roxbury Publishing Company. (Original work published 1904–1905)

Wikipedia. (2025, August 18). Protestant work ethic. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Protestant_work_ethic

Wikipedia. (2025, August 18). Social theory and social structure. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Social_Theory_and_Social_Structure

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment