Analisis Mendalam Isi Buku Social and Cultural Dynamics Karya Pitirim A. Sorokin: Teori, Konsep, dan Relevansi

Table of Contents

Buku Social and Cultural Dynamics Karya Pitirim A. Sorokin
Pendahuluan: Konteks Intelektual dan Relevansi Abadi Pitirim A. Sorokin

Latar Belakang Biografi dan Intelektual Sorokin

Pitirim Alexandrovich Sorokin (1889–1968) adalah seorang sosiolog Rusia-Amerika yang perjalanan intelektual dan karyanya dibentuk secara mendalam oleh pengalaman hidupnya yang dramatis. Lahir di Rusia, ia memiliki karier yang luar biasa baik sebagai akademisi maupun aktivis politik sebelum emigrasi paksa. Selama masa mudanya, ia terlibat aktif dalam gerakan revolusioner dan menjabat sebagai anggota Partai Revolusioner Sosial serta sekretaris Perdana Menteri Alexander Kerensky dalam Pemerintahan Sementara Rusia pada tahun 1917.

Pengalaman langsungnya dengan gejolak Revolusi Rusia, di mana ia bahkan dijatuhi hukuman mati oleh rezim Komunis sebelum berhasil melarikan diri, memberinya perspektif unik mengenai bencana sosial dan kegagalan sistem politik. Pengalaman pahit ini tidak hanya membentuk pandangan anti-komunisnya tetapi juga memicu pemikiran mendalamnya tentang teori siklus perubahan sosial dan, pada akhirnya, pencarian solusi transformatif untuk krisis sosial melalui studi altruisme.

Setelah beremigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1923, Sorokin mengajar di Universitas Minnesota sebelum akhirnya pindah ke Universitas Harvard pada tahun 1930, di mana ia mendirikan dan memimpin Departemen Sosiologi selama 15 tahun. Periode di Harvard ini menandai pergeseran fokusnya menuju studi peradaban dunia berskala besar, yang berpuncak pada publikasi karyanya yang paling terkenal. Karyanya pada era ini menolak pendekatan sosiologi Amerika yang dianggapnya "provinsial," yang lebih berfokus pada studi mikro, industrialisasi, dan urbanisasi. Sebaliknya, Sorokin memilih untuk menguji dinamika perubahan pada tingkat yang jauh lebih luas dan fundamental, suatu pendekatan yang menjadi ciri khas Social and Cultural Dynamics.

Posisi Sentral Social and Cultural Dynamics dalam Sosiologi

Social and Cultural Dynamics: A Study of Change in Major Systems of Art, Truth, Ethics, Law and Social Relationships adalah karya yang melambungkan nama Pitirim A. Sorokin sebagai salah satu tokoh paling terkemuka dalam sosiologi abad ke-20. Karya ini awalnya diterbitkan dalam empat jilid antara tahun 1937 dan 1941, dan kemudian direvisi serta disingkat menjadi satu volume pada tahun 1957. Buku ini bukan hanya studi deskriptif tentang sejarah, tetapi sebuah upaya ilmiah yang luar biasa untuk menganalisis fluktuasi utama peradaban manusia dengan tujuan mengungkap prinsip-prinsip mendasar yang menggerakkan perubahan.

Judulnya sendiri secara eksplisit menguraikan cakupan yang ambisius: sebuah studi sistematis tentang perubahan dalam sistem utama seni, kebenaran, etika, hukum, dan hubungan sosial. Sorokin berpendapat bahwa bidang-bidang ini tidak berubah secara acak atau terpisah, melainkan terintegrasi secara logis dan bermakna dalam suatu "suprasistem budaya". Ia berfokus pada integrasi ini untuk memahami bagaimana perubahan dalam satu domain mencerminkan perubahan dalam domain lainnya, membentuk pola besar fluktuasi peradaban.

Ikhtisar Teori Siklus Sosiokultural

Premis inti dari Social and Cultural Dynamics adalah bahwa sejarah tidak bergerak secara linier menuju kemajuan yang tak berujung, tetapi dalam pola "siklus" atau "pendulum" yang berulang-ulang. Sorokin mengidentifikasi tiga super-sistem budaya utama yang berfluktuasi sepanjang sejarah: Ideational, Idealistic, dan Sensate. Setiap sistem ini didasarkan pada premis fundamental tentang sifat realitas dan kebenaran. Teori ini secara eksplisit menolak gagasan "tahap akhir yang final" atau evolusi sosial yang seragam.

Sorokin menggarisbawahi diagnosisnya bahwa peradaban Barat kontemporer berada dalam fase "Sensate" yang mengalami krisis, sebuah kondisi yang dicirikan oleh materialisme dan disintegrasi. Diagnosis ini mengarah pada prediksi tentang kemungkinan keruntuhan dan transisi menuju tatanan sosiokultural Idealistic atau Ideational yang baru. Dengan demikian, karyanya berfungsi sebagai peringatan profetik yang, meskipun ditulis pada pertengahan abad ke-20, tetap sangat relevan untuk memahami krisis global kontemporer.

Bagian I: Fondasi Konseptual: Tiga Mentalitas Budaya Sorokin

Bab 1: Tiga Super-sistem Kebudayaan: Sebuah Penjelasan Komprehensif

Inti dari teori Sorokin adalah klasifikasinya terhadap peradaban ke dalam tiga supersistem budaya yang berbeda, atau "mentalitas budaya," yang menentukan cara masyarakat memandang realitas, kebenaran, dan nilai. Ketiga sistem ini adalah Ideational, Sensate, dan Idealistic, yang mewakili dua ekstrem dan sintesisnya.

Kebudayaan Ideational
Kebudayaan Ideational adalah sistem di mana realitas dianggap immaterial, spiritual, dan tidak dapat diakses melalui panca indera. Dalam mentalitas ini, kebenaran tertinggi dan realitas utama adalah Tuhan atau sesuatu yang bersifat supra-sensoris. Pengetahuan diperoleh melalui iman, wahyu, dan intuisi, dan dunia material dipandang sebagai ilusi, sementara, atau tidak lengkap. Moralitas bersifat absolut, imperatif, dan abadi, dengan aturan yang diturunkan dari sumber ilahiah. 

Dalam sistem etika ini, tindakan benar atau salah tidak diukur berdasarkan kebahagiaan duniawi atau konsekuensi material, tetapi berdasarkan kesesuaiannya dengan hukum moral yang tak berubah. Seni dalam budaya Ideational bersifat simbolik dan ditujukan untuk nilai-nilai religius dan spiritual. Gaya ini cenderung formal, asketik, dan non-erotis, berfokus pada representasi penderitaan dan tragedi dengan penekanan pada nilai-nilai spiritual dan kekal yang berada di baliknya.

Kebudayaan Sensate
Sebagai kebalikan dari Ideational, Kebudayaan Sensate membatasi realitas hanya pada apa yang dapat dirasakan, diukur, dan diamati oleh indera manusia. Kebenaran hanya dapat diketahui melalui metode empiris, pengamatan, dan eksperimentasi, dengan logika yang berfungsi sebagai alat utama untuk validasi. Tujuan utama dalam sistem ini adalah pemenuhan kebutuhan jasmaniah, kenikmatan, dan kebahagiaan manusia. 

Nilai-nilai bersifat relatif, dapat berubah, dan berorientasi pada utilitarianisme. Moralitas tidak lagi didasarkan pada perintah absolut, tetapi pada aturan manusia yang dibenarkan jika berfungsi untuk kebaikan dan kebahagiaan semua orang. Seni dalam budaya Sensate ditujukan untuk hiburan dan merekam realitas sensoris secara dramatis. Sorokin mengkritik bahwa ketika sistem ini mencapai puncaknya, seni menjadi semakin terasing dan anarkis, mencerminkan hilangnya standar estetika universal.

Kebudayaan Idealistic
Kebudayaan Idealistic mewakili sintesis yang harmonis dan rasional dari elemen-elemen terbaik dari Ideational dan Sensate. Dalam sistem ini, kebenaran diakui melalui kombinasi iman, penalaran, dan indera. Ini adalah keseimbangan produktif antara spiritualitas dan materialisme, di mana nilai-nilai transendental tetap penting tetapi juga dicapai melalui pemahaman dunia empiris.

Sorokin mengutip peradaban Yunani Kuno pada abad ke-4 hingga ke-5 SM sebagai contoh mentalitas Idealistic ini, di mana ada keseimbangan antara iman dan rasionalitas yang mendorong pencapaian besar dalam seni, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Sistem ini dianggap sebagai titik ekuilibrium yang stabil, tetapi, menurut teori Sorokin, ia tidak dapat bertahan selamanya, karena kecenderungan internal untuk berfluktuasi akan terus berlanjut.

Bab 2: Dinamika Perubahan: Mekanisme Siklus dan Krisis Sensate

Sorokin berargumen bahwa perubahan sosiokultural tidak digerakkan oleh satu faktor eksternal, tetapi oleh "pengaturan dan arahan diri yang immanen" dari sistem itu sendiri. Setiap sistem budaya, dengan mengembangkan premis intinya hingga ekstrem, pada akhirnya menciptakan kondisi untuk keruntuhannya sendiri. Sensate yang terlalu berorientasi pada materi akan menghasilkan relativisme, anarki moral, dan kekosongan spiritual yang pada akhirnya menyebabkan pergeseran kembali ke Ideational. Sebaliknya, Ideational yang terlalu ekstrem akan menjadi dogmatis dan tidak relevan dengan kebutuhan fisik, yang memicu transisi ke Sensate.

Teori Pendulum

Untuk menggambarkan proses ini, Sorokin menggunakan analogi pendulum. Peradaban berfluktuasi secara berulang dari satu ekstrem (Ideational), melalui sintesisnya (Idealistic), ke ekstrem yang berlawanan (Sensate), dan kembali lagi. Sorokin menolak teori perubahan linier atau evolusioner yang percaya pada kemajuan tak berujung, seperti yang diajukan oleh Auguste Comte dan Karl Marx, karena ia tidak melihat adanya "tahap akhir yang final" dalam sejarah. Sebaliknya, ia melihat sejarah sebagai serangkaian variasi baru dari tema lama yang terus berulang.

Diagnosis Krisis Budaya Sensate

Sorokin mendiagnosis bahwa peradaban Barat kontemporer, setelah mendominasi selama lima abad terakhir, berada dalam fase "sensate yang terlalu matang" (overripe sensate culture). Dia memprediksi bahwa kondisi ini akan menyebabkan krisis yang mendalam di seluruh aspek kehidupan, yang dicirikan oleh gejala-gejala seperti disintegrasi keluarga, anarki moral, dan kaburnya batas antara benar dan salah, baik dan buruk. Ramalan ini selaras dengan banyak kritik terhadap modernitas dan postmodernitas, di mana banyak pihak saat ini mengeluhkan krisis lingkungan, polarisasi politik, dan erosi nilai-nilai bersama.

Bagian II: Analisis Empiris Sorokin: Fluktuasi dalam Sistem-sistem Mayor

Bab 3: Seni, Kebenaran, Etika, dan Hukum: Studi Fluktuasi Empiris

Sorokin, dalam analisisnya, menyajikan data historis yang luas untuk menunjukkan bagaimana setiap domain sosial dan budaya berfluktuasi seiring dengan perubahan mentalitas budaya.

Fluktuasi dalam Seni
Analisis Sorokin tentang seni adalah salah satu studi paling komprehensif dalam karyanya. Ia menelusuri pergeseran gaya seni dari representasi spiritual yang simbolis dan formal pada zaman Ideational, yang disebutnya sebagai gaya yang "pertapa" dan "non-erotis," menjadi realisme dramatis yang berfokus pada dunia inderawi dan material pada zaman Sensate. Seni Ideational didedikasikan untuk Tuhan, dihiasi dengan figur-figur spiritual dan mitologis, sementara seni Sensate bertujuan untuk merekam realitas sensoris secara detail untuk mengesankan penonton. Puncak dari seni Sensate, menurutnya, adalah manifestasi dari individu yang "sakit" yang menikmati perilaku aneh, yang merupakan gejala dekadensi.

Fluktuasi dalam Kebenaran dan Pengetahuan
Sistem kebenaran juga mengikuti siklus yang serupa. Dalam budaya Ideational, kebenaran didasarkan pada iman dan wahyu ilahiah. Selama transisi ke Idealistic, kebenaran menjadi sintesis antara penalaran dan spiritualitas. Akhirnya, dalam budaya Sensate, kebenaran secara eksklusif didasarkan pada pengamatan empiris dan sains. Sorokin berpendapat bahwa ketika kebenaran empiris ini dibawa ke ekstremnya, ia mengarah pada agnostisisme dan relativisme, di mana tidak ada kebenaran absolut, dan semua pengetahuan menjadi sementara.

Fluktuasi dalam Etika dan Hukum
Sistem etika juga bergerak dari yang absolut dan ilahiah (Ideational) ke yang relatif dan utilitarian (Sensate). Dalam budaya Ideational, moralitas bersifat imperatif dan tak dapat diubah, sementara dalam budaya Sensate, etika adalah "aturan manusia" yang dapat berubah seiring waktu untuk memaksimalkan kebahagiaan dan kepuasan. Sorokin mengamati bahwa transisi ke budaya Sensate yang "terlalu matang" menyebabkan krisis hukum yang serius, di mana norma-norma moral dan etika dalam sistem hukum mengalami devaluasi. Ini mengarah pada keadaan di mana kekuatan dan muslihat menjadi alat utama untuk menegakkan ketertiban, bukan konsensus nilai universal yang mengikat masyarakat.

Bab 4: Hubungan Sosial, Konflik, dan Mobilitas: Aspek Manusia dari Dinamika Budaya

Sorokin tidak hanya berfokus pada produk budaya seperti seni dan hukum, tetapi juga pada dinamika sosial dan interaksi manusia.

Dinamika Hubungan Sosial
Ia mengidentifikasi pergeseran dalam pola interaksi sosial, dari hubungan "familistik" yang padu, yang didasarkan pada solidaritas, ke hubungan "kontraktual" yang lebih instrumental dan terfragmentasi. Hubungan familistik dicirikan oleh solidaritas dan saling menghargai nilai-nilai, sementara hubungan kontraktual lebih didasarkan pada kepentingan dan keuntungan individu.

Analisis Perang dan Revolusi
Salah satu bagian paling terkenal dari buku ini adalah studi Sorokin tentang hubungan antara perang dan perubahan sosial. Sorokin menantang pandangan konvensional bahwa perang hanyalah tanda pembusukan atau kemunduran sosial. Sebaliknya, ia menyajikan argumen yang lebih kompleks dan provokatif: bahwa kedalaman dan besarnya perang seringkali tumbuh dalam periode ekspansi sosial, budaya, dan teritorial oleh suatu bangsa. Perang, dalam pandangan ini, bukanlah anomali atau gejala kerusakan, tetapi seringkali merupakan fungsi dari perkembangan dan vitalitas.

Ini mengindikasikan adanya hubungan kausal yang lebih mendalam dan mengganggu. Periode perkembangan yang dinamis dan ekspansif, yang merupakan ciri khas dari budaya Sensate yang kuat, juga merupakan pemicu utama konflik. Perang adalah manifestasi ekstrem dari nilai-nilai Sensate seperti ambisi, ekspansi, dan pengejaran kekuasaan, yang akhirnya mengarah pada krisis dan kehancurannya sendiri. Analisis ini menunjukkan bahwa ada paradoks dalam budaya Sensate: kekuatan dan vitalitasnya yang mendorong pertumbuhan juga mengandung benih-benih untuk konflik dan kehancuran.

Tabel 1: Manifestasi Budaya di Seluruh Super-sistem

Social and Cultural Dynamics Karya Pitirim A. Sorokin
Tabel ini secara efektif meringkas inti dari argumen Sorokin. Ini membantu pembaca memetakan perbedaan fundamental antara setiap mentalitas budaya dan melihat bagaimana premis-premis inti ini secara konsisten meresap ke dalam setiap sistem sosial dan budaya utama. Tabel ini memberikan kejelasan struktural pada narasi yang kaya akan data dan membantu navigasi kompleksitas teori.

Bagian III: Metodologi dan Kritik Akademis

Bab 5: Metodologi: Analisis "Logico-Meaningful" dan Penggunaan Data Historis

Untuk mendukung klaimnya, Sorokin menggunakan metodologi yang unik dan ambisius. Alat analisis utamanya adalah konsep "integrasi logiko-bermakna" (logico-meaningful integration). Metode ini mengidentifikasi elemen-elemen budaya yang saling terkait dan berasal dari premis nilai atau kriteria kebenaran yang sama, sehingga membentuk pandangan dunia yang terpadu.

Sorokin menerapkan metode ini dalam pendekatan makro-historisnya, menganalisis data dalam skala besar—mencakup 2.500 tahun di peradaban Yunani-Romawi dan Barat—untuk menemukan fluktuasi dan ritme yang berulang. Upaya ini, yang melibatkan pengumpulan data historis yang luas dan komprehensif, merupakan salah satu aspek yang paling monumental dari karyanya.

Kritik Metodologis
Meskipun ambisius, metodologi Sorokin tidak luput dari kritik. Ia dituduh menulis dengan terburu-buru, membuat kesimpulan yang terlalu umum dan berlebihan, dan menggunakan data yang kurang objektif meskipun terdapat banyak bagan dan tabel statistik. Kritikus seperti Hornell Hart secara khusus mengkritik analisis statistik dalam karyanya. Penilaian akademis menyimpulkan bahwa karyanya, meskipun mengandung data yang dikumpulkan dengan susah payah, lebih menyerupai campuran sejarah intelektual dan analisis interpretatif, bukan sepenuhnya karya sosiologi "ilmiah" yang objektif.

Bab 6: Penerimaan Akademis dan Kontroversi Intelektual

Meskipun Sorokin diakui sebagai sosok terkemuka dan bahkan mendirikan departemen sosiologi di Harvard, ia menjadi tokoh yang agak marjinal di sosiologi Amerika. Pendekatannya yang makro-historis, filosofis, dan non-empiris dianggap menyimpang dari praktik ilmiah sosial yang diterima pada masanya, yang lebih berorientasi pada empirisme, positivisme, dan penelitian mikro.

Sorokin, dengan menggunakan metode ilmiah dan data statistik, secara paradoks membuktikan kehancuran budaya yang fundamentalnya bersifat ilmiah dan materialistik (Sensate). Ia menggunakan alat-alat Sensate untuk mengkritik dan memprediksi kejatuhan budaya itu sendiri. Ini menciptakan paradoks intelektual: ia adalah seorang ilmuwan yang mengkritik premis dasar dari ilmu yang dominan. Diagnosisnya yang suram—yang membuatnya dijuluki "Cassandra"—dianggap "profetik" oleh generasi sosiolog selanjutnya, yang menunjukkan bahwa relevansi intelektual dapat melampaui penerimaan di era aslinya.

Konflik Intelektual dengan Talcott Parsons
Konflik antara Sorokin dan Talcott Parsons, sosiolog fungsionalis-strukturalis yang sangat berpengaruh, adalah salah satu babak paling terkenal dalam karier Sorokin. Perselisihan ini mencapai puncaknya ketika Parsons mengambil alih kepemimpinan departemen dan mengubahnya menjadi Departemen Hubungan Sosial. Konfrontasi ini sangat sengit sehingga dalam sejarah resmi departemen, peran Sorokin sebagai pendiri sering kali diabaikan.

Namun, pandangan yang lebih bernuansa muncul dari pernyataan publik kedua tokoh. Meskipun ada konflik pribadi dan institusional, Sorokin sendiri dalam suratnya kepada The Crimson menyatakan "kepuasan mendalam bahwa dua sistem sosiologi yang tampaknya berbeda" menjadi "jauh lebih mirip satu sama lain". Ia bahkan menyebutnya sebagai "pertanda baik untuk kemunculan dan perkembangan Sekolah Harvard dalam Sosiologi".

Pernyataan ini menunjukkan bahwa terlepas dari perselisihan, ada pengakuan mendalam akan kesamaan konseptual dalam fondasi teoretis, seperti hubungan antara kepribadian, masyarakat, dan budaya. Konflik tersebut mungkin lebih merupakan cerminan dari pergolakan metodologis dan institusional dalam sosiologi sebagai disiplin yang matang, daripada perbedaan fundamental dalam substansi teoritis.

Tabel 2: Perbandingan Teori Perubahan Sosial

Social and Cultural Dynamics Karya Pitirim A. Sorokin

Tabel ini menempatkan teori Sorokin dalam lanskap intelektual yang lebih luas, secara visual mengontraskan pendekatan siklusnya dengan model linier (Comte) dan dialektis (Marx). Hal ini menyoroti apa yang membuat pendekatan Sorokin unik dan mengapa ia secara eksplisit menolak teori-teori ini, memberikan analisis komparatif yang ringkas dan kuat.

Bagian IV: Warisan dan Relevansi Kontemporer

Bab 8: Relevansi Teori Sorokin di Abad ke-21

Meskipun menghadapi kritik metodologis dan penolakan akademis di masanya, analisis Sorokin tetap sangat relevan bagi masyarakat kontemporer. Diagnosisnya tentang budaya Sensate yang "terlalu matang" dan gejalanya—seperti relativisme moral, anarki, dan disintegrasi sosial—selaras dengan banyak kritik terhadap modernitas dan postmodernitas. Karyanya memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami tantangan-tantangan yang tampaknya unik pada zaman kita, seperti krisis lingkungan, polarisasi politik, dan perpecahan budaya, yang menurut Sorokin hanyalah gejala dari transisi siklus yang lebih besar.

Penelitian modern bahkan menerapkan teori Sorokin untuk menganalisis masalah-masalah kontemporer. Beberapa studi telah mengkonfirmasi asumsinya bahwa masyarakat Barat berada dalam "fase sensate akhir" dan bahkan mendeteksi "sinyal-sinyal lemah" dari fase Idealistic yang muncul, seperti gerakan yang berfokus pada keberlanjutan dan altruisme. Hal ini menunjukkan bahwa ide-ide Sorokin tidak mati, tetapi terus memberikan lensa analitis yang ampuh untuk memahami dinamika perubahan sosial.

Bab 9: Kontribusi Lain dan Warisan Intelektual Sorokin

Sebagai respons terhadap diagnosisnya tentang krisis Sensate, Sorokin mengalihkan fokusnya pada studi "ilmu cinta" atau amitologi, sebuah upaya untuk memberikan landasan ilmiah bagi altruisme. Ia berpendapat bahwa sosiologi harus "menjadi alat untuk rekonstruksi sosial" dan perbaikan kondisi manusia.

Terlepas dari kontroversi, karya Sorokin secara keseluruhan membuka bidang studi baru dan memperluas cakupan sosiologi. Ia memberikan kontribusi signifikan dalam sosiologi pedesaan, mobilitas sosial, dan studi altruisme, menunjukkan bahwa warisan intelektualnya jauh melampaui Social and Cultural Dynamics saja.

Kesimpulan: Relevansi Abadi dari Sebuah Paradigma yang Ditolak

Social and Cultural Dynamics adalah sebuah studi makro-historis yang berani dan komprehensif yang berargumen bahwa perubahan peradaban bersifat siklus, digerakkan oleh fluktuasi mentalitas budaya. Sorokin, sebagai seorang ilmuwan-nabi, menggunakan metode ilmiah untuk mengkritik fondasi peradaban yang berorientasi pada sains, dan dalam prosesnya, ia menyediakan sebuah kerangka kerja yang tidak hanya menjelaskan masa lalu tetapi juga memprediksi tantangan masa depan.

Meskipun menghadapi kritik metodologis dan penolakan akademis di masanya, diagnosis Sorokin tetap sangat relevan. Karyanya memberikan kerangka kerja yang ampuh untuk memahami tantangan kontemporer yang tampak unik, tetapi yang menurut Sorokin adalah gejala dari transisi siklus yang lebih besar. Pada akhirnya, warisan Sorokin adalah seruan untuk "transendensi sosiologis" —sebuah sosiologi yang berani melihat gambaran besar, mengintegrasikan dimensi spiritual dan moral, dan berkomitmen pada perbaikan kondisi manusia. Karyanya tetap menjadi batu ujian utama untuk menilai upaya dalam menciptakan ilmu sosial internasional yang holistik.

Karya yang dikutip

American Sociological Association. (n.d.). Pitirim Aleksandrovich Sorokin. ASA. https://www.asanet.org

Berkeley Law. (n.d.). Social and cultural dynamics. https://lawcat.berkeley.edu

Blog UNNES. (n.d.). Auguste Comte versus Pitirim Sorokin serta masalah kemajemukan budaya. Universitas Negeri Semarang. https://blog.unnes.ac.id

Britannica. (n.d.). Western philosophy: Positivism, social theory, Marx. In Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com

BYU ScholarsArchive. (n.d.). The ISCSC celebrates the 130th birth anniversary of Pitirim A. Sorokin, the founding president, with a contemporary view. Brigham Young University. https://scholarsarchive.byu.edu

Cambridge University Press. (1937). Social and cultural dynamics (Vols. 1–3). American Book Company. https://www.cambridge.org

Cambridge University Press. (n.d.). Social and cultural dynamics (Vols. 1–3). https://www.cambridge.org

Cliff Street. (n.d.). Reviews – Pitirim Sorokin. https://cliffstreet.org

EBSCO. (n.d.). Dialectical materialism. EBSCO Research Starters. https://www.ebsco.com

EBSCO. (n.d.). Social theory. EBSCO Research Starters. https://www.ebsco.com

Emerald Insight. (n.d.). Conclusions and discussion. https://www.emerald.com

En.wikipedia.org. (n.d.). Pitirim Sorokin. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Pitirim_Sorokin

En.wikipedia.org. (n.d.). Social cycle theory. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Social_cycle_theory

Goodreads. (n.d.). Social and cultural dynamics: A study of change in major systems of art, truth, ethics, law and social relationships (By Pitirim A. Sorokin). Goodreads. https://www.goodreads.com

Harvard Crimson. (1955, March 8). Parsons calls Sorokin controversy on book similarities “oversight”. The Harvard Crimson. https://www.thecrimson.com

Id.scribd.com. (n.d.). Makalah Pitirim A. Sorokin 1928 [PDF]. Scribd. https://id.scribd.com

Iluminasi Hati. (n.d.). Kebudayaan menurut pandangan Pitirim Sorokin. https://msfoundation.blogspot.com

Jurnal UTU. (n.d.). Sebuah fenomena perubahan sosial ditinjau dari teori siklus. Universitas Teuku Umar. https://jurnal.utu.ac.id

Journal-vniispk.ru. (n.d.). Golovin, A. World outlook and general scientific prerequisites of the logico-meaningful method of Pitirim Sorokin’s “Dynamics”: A reconstruction. Sotsiologicheskie issledovaniya. https://journal-vniispk.ru

Journals.openedition.org. (n.d.). Pitirim A. Sorokin’s contribution to the theory and practice of altruism. OpenEdition Journals. https://journals.openedition.org

Pitirimsorokin.com. (n.d.). Assessments of Sorokin: The man & his oeuvre. https://pitirimsorokin.com

Pitirimsorokin.com. (n.d.). Pitirim Sorokin and his sociology. https://pitirimsorokin.com

ResearchGate. (n.d.). Are cyclical explanations of social change? https://www.researchgate.net

ResearchGate. (n.d.). Sorokin as lifelong Russian intellectual: The enactment of a historically rooted sensibility. https://www.researchgate.net

ResearchGate. (n.d.). Sorokin’s macrohistory. https://www.researchgate.net

ResearchGate. (n.d.). Social and cultural dynamics: A study of change in major systems of art, truth, ethics, law, and social relationships. https://www.researchgate.net

Routledge. (n.d.). Social and cultural dynamics: A study of change in major systems. Taylor & Francis Group. https://www.routledge.com

Scribd. (n.d.). Pitirim Sorokin. Scribd. https://www.scribd.com

Slideshare.net. (n.d.). Theories of social change [PowerPoint slides]. https://www.slideshare.net

Sociology Guide. (n.d.). Pitirim Sorokin – Social mobility, stratification & cultural dynamics. https://www.sociologyguide.com

Sociopedia. (n.d.). Cyclical theories of society (social cycle theory). Sociopedia. https://www.sociopedia.co

Sorokin, P. A. (2017). Social and cultural dynamics: A study of change in major systems of art, truth, ethics, law and social relationships. Routledge.

Taylor & Francis. (n.d.). Social and cultural dynamics: A study of change in major systems of art, truth, ethics, law, and social relationships. Taylor & Francis eBooks. https://www.taylorfrancis.com

Vernon Press. (n.d.). Pitirim A. Sorokin: Rediscovering a master of sociology [Hardback]. Vernon Press. https://vernonpress.com

Wikipedia bahasa Indonesia. (n.d.). Pitirim Sorokin. In Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Pitirim_Sorokin

Writersupport2. (n.d.). Ideational and sensate culture. Blogspot. https://writersupport2.blogspot.com

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment