Analisis Mendalam Cours de Philosophie Positive Karya Auguste Comte

Table of Contents

Analisis Mendalam Cours de Philosophie Positive Karya Auguste Comte
1. Pengantar: Auguste Comte dan Lahirnya Filsafat Positif

1.1. Konteks Intelektual dan Sosial Abad ke-19

Karya monumental Auguste Comte, Cours de philosophie positive, harus dipahami dalam konteks historis yang penuh gejolak di awal abad ke-19. Setelah turbulensi Revolusi Prancis dan periode Napoleon, masyarakat Eropa berada dalam keadaan anarki dan ketidakstabilan sosial yang mendalam.

Kekuasaan dan otoritas tradisional yang didasarkan pada monarki dan agama telah runtuh, tetapi belum ada kerangka kerja intelektual dan sosial yang koheren untuk menggantikannya. Comte melihat kondisi ini sebagai "titik balik yang menentukan dalam sejarah manusia," di mana masyarakat mengalami konflik kekerasan dan terombang-ambing tanpa keyakinan, sentimen, atau institusi yang mapan untuk dijadikan pegangan. 

Ia meyakini bahwa kebutuhan mendesak saat itu adalah untuk menemukan tatanan sosial yang stabil tanpa kembali ke despotisme lama. Comte berpendapat bahwa solusi untuk kekacauan ini terletak pada pengembangan sebuah "doktrin sosial baru berdasarkan sains" yang akan menyatukan masyarakat di bawah satu pemahaman yang rasional.

Proyek filosofisnya, oleh karena itu, tidak sekadar upaya akademis, tetapi sebuah respons politik dan sosial terhadap krisis zamannya. Cours de philosophie positive adalah cetak biru untuk menciptakan tatanan sosial yang baru, yang menggabungkan kemajuan ilmu pengetahuan modern dan disiplin sosial yang diperlukan untuk membimbing masyarakat industri yang sedang tumbuh.

1.2. Pengaruh Henri de Saint-Simon dan Tujuan Utama Karya

Dalam upayanya merumuskan filsafat baru ini, Comte sangat dipengaruhi oleh mentor dan kolaborator awalnya, Henri de Saint-Simon. Saint-Simon juga terobsesi dengan gagasan perlunya tatanan sosial baru dan pentingnya peran ilmu pengetahuan dalam membimbingnya.

Dari Saint-Simon, Comte menyerap ide-ide sentral bahwa fenomena sosial dapat dianalisis dan dijelaskan melalui hukum-hukum umum, sama seperti teori gravitasi Newton yang menjelaskan pergerakan benda langit. Lebih lanjut, Comte mengadopsi pandangan bahwa ilmu pengetahuan sosial yang baru ini harus memiliki tujuan yang bersifat perbaikan, dengan hasil akhirnya adalah panduan untuk perencanaan sosial yang lebih baik di masa depan. 

Ilmu baru ini, yang pertama kali ia sebut "sosiologi," akan menjadi alat untuk mencapai tujuan tersebut.

Meskipun kolaborasi mereka berakhir dengan perselisihan pada tahun 1824, pengaruh Saint-Simon sangat menentukan. Saint-Simon menyediakan benih-benih ide utama: kebutuhan akan ilmu sosial, peran sentral ilmuwan dalam masyarakat, dan konsep inti positivisme.

Namun, kemampuan sejati Comte adalah mensintesis ide-ide yang beragam ini menjadi sebuah sistem filosofis yang komprehensif, logis, dan sangat terperinci, sesuatu yang Saint-Simon tidak mampu lakukan. 

Comte bukan sekadar pencetus ide, tetapi seorang arsitek sistem yang berupaya menyatukan seluruh pengetahuan manusia ke dalam satu kerangka kerja yang koheren.

1.3. Struktur dan Latar Belakang Publikasi Karya

Cours de philosophie positive adalah mahakarya Comte yang terdiri dari enam volume. Karya ini diterbitkan secara bertahap selama dua belas tahun, dari 1830 hingga 1842. Asal-usulnya adalah serangkaian kuliah yang dimulai Comte di Paris pada tahun 1826. 

Teks ini kemudian diringkas dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harriet Martineau pada tahun 1853, menjadikannya lebih mudah diakses oleh audiens yang lebih luas dan sangat berpengaruh di dunia Anglophone.

2. Hukum Tiga Tahap: Teori Evolusi Intelektual Kemanusiaan

2.1. Uraian Detail Hukum Tiga Tahap

Konsep sentral dan paling terkenal yang diperkenalkan dalam Cours de philosophie positive adalah "Hukum Tiga Tahap" (Law of Three Stages). 

Teori ini mengklaim bahwa pemikiran manusia, baik secara kolektif dalam sejarah masyarakat maupun secara individual, berkembang melalui tiga tahap intelektual yang berurutan dan esensial.
1. Tahap Teologis (Fiktif)
Ini adalah tahap awal perkembangan intelektual manusia. Dalam tahap ini, manusia menjelaskan semua fenomena alam dan sosial dengan mengaitkannya pada kekuatan supernatural, dewa, atau makhluk ilahi. Manusia pada tahap ini percaya bahwa dunia diatur oleh kehendak gaib, bukan hukum alam. Comte membagi tahap teologis ini menjadi tiga sub-tahap yang lebih rinci:
a. Fetishisme: Keyakinan primitif di mana manusia mempersonifikasikan dan memuja benda-benda mati, menganggapnya memiliki roh atau kekuatan ilahi.
b. Politeisme: Ketika fetishisme menimbulkan keraguan, pemikiran manusia berkembang menjadi kepercayaan pada banyak dewa yang menguasai berbagai aspek alam, seperti dewa air atau dewa langit. Kepercayaan ini melahirkan kelas pendeta untuk menengahi hubungan antara manusia dan dewa-dewa.
c. Monoteisme: Puncak tahap teologis, di mana kepercayaan disederhanakan menjadi satu Tuhan mahakuasa yang mengatur seluruh alam semesta. Ini menandai awal kebangkitan intelektual yang menghilangkan aspek emosional dan imajinatif dari politeisme.

2. Tahap Metafisik (Abstrak)
Tahap ini berfungsi sebagai masa transisi antara pemikiran teologis dan positif. Dalam tahap metafisik, manusia mulai mempertanyakan penjelasan supernatural, tetapi belum sepenuhnya beralih ke metode ilmiah.

Penjelasan fenomena diganti dari dewa-dewa konkret menjadi konsep-konsep abstrak atau entitas impersonal, seperti "esensi," "kekuatan alamiah," atau "hak-hak yang tidak dapat dicabut". 

Comte menganggap tahap ini sebagai "teologi yang depersonalisasi," di mana kekuatan abstrak menggantikan dewa-dewa sebagai penyebab akhir peristiwa.

3. Tahap Positif (Ilmiah)
Ini adalah tahap terakhir dan paling maju dalam perkembangan intelektual manusia. Dalam tahap ini, manusia meninggalkan pencarian sia-sia untuk penyebab akhir atau penjelasan absolut.

Sebaliknya, pikiran berfokus pada apa yang dapat diamati dan diverifikasi secara empiris. Tujuannya adalah untuk menemukan "hukum-hukum deskriptif," atau hubungan yang tidak berubah antara fenomena, melalui metode ilmiah seperti observasi, eksperimen, dan perbandingan.

Pengetahuan yang dihasilkan di tahap ini adalah pengetahuan yang bersifat "positif"—fakta nyata yang dapat dibuktikan dan diukur.

Tabel berikut meringkas perbedaan utama antara ketiga tahap ini:

Analisis Mendalam Cours de Philosophie Positive Karya Auguste Comte

2.2. Aplikasi Historis dan Implikasi Teori

Comte menerapkan Hukum Tiga Tahap sebagai "hukum universal yang menggeneralisasi evolusi masyarakat" di sepanjang sejarah. Ia bahkan melihat paralel antara perkembangan pemikiran manusia secara keseluruhan dan perkembangan individu dari masa kanak-kanak hingga dewasa, di mana anak cenderung teologis, remaja metafisik, dan orang dewasa positif.

Namun, teori ini bukanlah tanpa kritik. Meskipun Comte menyajikannya sebagai proses yang linear dan tak terhindarkan, banyak pihak menuduhnya bersifat teleologis—yaitu, mengasumsikan bahwa perkembangan menuju positivisme adalah tujuan akhir yang sudah ditentukan sebelumnya. 

Pandangan ini dikritik karena dianggap terlalu simplistik dan Eurosentris, karena tidak memperhitungkan keragaman sistem pemikiran dan filosofi di berbagai budaya yang tidak selalu mengikuti jalur evolusi yang sama.

Kritik ini menyoroti bahwa realitas sosial lebih kompleks, di mana unsur-unsur dari ketiga tahap dapat hidup berdampingan dalam masyarakat yang sama, bahkan dalam pemikiran individu yang sama.

3. Klasifikasi Ilmu dan Fondasi Sosiologi

3.1. Hierarki Sains Auguste Comte

Dalam Cours de philosophie positive, Comte menyajikan sebuah klasifikasi sistematis dari semua ilmu pengetahuan yang dikenal. Ia mengklaim bahwa ilmu berkembang secara historis dalam urutan yang ketat, dari yang paling sederhana dan umum ke yang paling kompleks dan spesifik. 

Hierarki ini didasarkan pada prinsip bahwa setiap ilmu yang lebih kompleks bergantung pada dan dibangun di atas ilmu yang lebih sederhana. Urutan hierarki yang diusulkannya adalah:
1. Matematika: Comte memandangnya bukan sebagai ilmu, melainkan sebagai alat berpikir logis yang paling abstrak dan mendasar untuk semua sains lainnya.
2. Astronomi: Ilmu yang paling sederhana dan umum dari ilmu-ilmu alam, mempelajari fenomena benda langit.
3. Fisika: Mempelajari fenomena yang lebih spesifik dan kompleks daripada astronomi.
4. Kimia: Mempelajari fenomena yang lebih rumit, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan hukum fisika.
5. Biologi: Mempelajari organisme hidup, yang jauh lebih kompleks daripada materi yang dipelajari dalam kimia.
6. Sosiologi: Ilmu yang paling kompleks dan spesifik, karena mempelajari masyarakat manusia, yang merupakan fenomena paling rumit dari semuanya.

Tabel berikut mengilustrasikan hierarki ini:

Analisis Mendalam Cours de Philosophie Positive Karya Auguste Comte

3.2. Sosiologi sebagai "Ilmu Ratu"

Dalam hierarki ini, Comte memposisikan sosiologi, atau yang ia sebut "fisika sosial," sebagai puncaknya. Sosiologi adalah "ilmu ratu" karena merupakan yang paling menantang dan kompleks, yang keberadaannya bergantung pada perkembangan ilmu-ilmu yang lebih sederhana terlebih dahulu.

Comte percaya bahwa harmoni sosial hanya akan tercapai ketika ada harmoni intelektual, dan ini hanya mungkin jika semua ilmu telah memasuki tahap positif, dengan sosiologi menjadi yang terakhir tiba. Posisi sosiologi sebagai puncak hierarki bukanlah sekadar pernyataan deskriptif tentang kompleksitas, melainkan pernyataan ideologis. 

Dengan menempatkan sosiologi di posisi ini, Comte membenarkan perannya sendiri dan peran sosiolog sebagai "imam-imam ilmiah" yang akan membimbing masyarakat menuju tatanan dan kemajuan. Hierarki ini, pada dasarnya, adalah sebuah cetak biru untuk membentuk struktur kekuasaan intelektual baru yang akan menggantikan pendeta teologis dan metafisis.

4. Isi dan Analisis Kunci Karya

4.1. Tinjauan Konten per Volume

Cours de philosophie positive diterbitkan dalam enam volume, dan isinya dapat dibagi menjadi dua bagian besar yang mencerminkan hierarki sains Comte.
Volume I-III: Berfokus pada ilmu-ilmu fisik dan biologis yang telah ada dan mencapai tahap positif pada masanya, yaitu matematika, astronomi, fisika, kimia, dan biologi. Dalam volume-volume ini, Comte menunjukkan bagaimana ilmu-ilmu yang lebih sederhana telah berkembang melalui tiga tahap, sehingga membangun landasan filosofis dan metodologis untuk penerapan metode serupa pada ilmu sosial.
Volume IV-VI: Menekankan "kedatangan ilmu sosial yang tak terhindarkan". Volume-volume ini membahas filsafat sosial, dengan Volume IV membahas bagian dogmatisnya, Volume V membahas bagian historis (khususnya tahap teologis dan metafisik), dan Volume VI menyajikan pelengkap dan kesimpulan umum.

4.2. Metode Sosiologis Comte dan Pembagiannya

Comte memandang sosiologi sebagai ilmu yang harus dipelajari dengan metode yang sama ketatnya dengan ilmu-ilmu alam. Ia membagi sosiologi menjadi dua cabang utama:
1. Statika Sosial: Cabang ini mempelajari hukum-hukum yang mengatur stabilitas dan tatanan masyarakat. Statika sosial berfokus pada struktur-struktur sosial seperti keluarga, agama, dan pemerintahan, serta bagaimana elemen-elemen ini berinteraksi untuk menjaga kohesi sosial.
2. Dinamika Sosial: Cabang ini mempelajari hukum-hukum perkembangan dan perubahan masyarakat, yang diidentifikasi melalui Hukum Tiga Tahap. Dinamika sosial adalah ilmu sejarah, yang bertujuan untuk menemukan pola dan membuat prediksi tentang masa depan masyarakat manusia.

Untuk mengkaji kedua cabang ini, Comte mengusulkan empat metode penelitian sosiologis:
● Observasi: Pengamatan sistematis terhadap fenomena sosial untuk mengumpulkan data empiris yang objektif, bukan interpretasi subjektif.
● Eksperimentasi: Comte mengakui bahwa eksperimen di laboratorium tidak mungkin dilakukan pada masyarakat. Namun, ia memperkenalkan konsep "eksperimentasi alami," di mana sosiolog dapat mempelajari fenomena sosial yang normal dengan menganalisis kasus-kasus patologis atau gangguan sosial, seperti yang dilakukan ahli biologi dengan mempelajari penyakit untuk memahami fungsi tubuh normal.
● Komparasi: Membandingkan berbagai bentuk organisasi sosial, baik di antara masyarakat yang ada maupun dengan masyarakat hewan yang lebih rendah, untuk menemukan pola dan hukum umum.
● Analisis Historis: Menggunakan sejarah untuk membandingkan masyarakat di berbagai periode waktu dan memahami bagaimana masyarakat berevolusi melalui tiga tahap.

Pembagian sosiologi menjadi statika dan dinamika menunjukkan bahwa Comte sangat peduli dengan kondisi yang memungkinkan stabilitas dan ketertiban, sekaligus dengan hukum-hukum yang mendorong kemajuan. Ini kembali memperkuat tujuan utamanya: menyelesaikan krisis sosial pasca-Revolusi Prancis dengan menyediakan cetak biru ilmiah untuk tatanan dan kemajuan.

5. Kritik, Pergeseran, dan Warisan Pemikiran Comte

5.1. Pergeseran ke Positivisme Religius

Setelah publikasi Cours de philosophie positive, pemikiran Comte mengalami pergeseran yang signifikan dan kontroversial, terutama dalam karyanya yang lebih kemudian seperti Système de politique positive (1851-1854). Comte mengembangkan "positivisme religius" dan mendirikan "Agama Kemanusiaan" (Religion of Humanity). 

Agama ini dirancang untuk menggantikan agama-agama tradisional dengan sistem moral sekuler yang berpusat pada "Kemanusiaan" sebagai "Makhluk Tertinggi yang Baru" (Nouveau Grand-Être Suprême). Pilar-pilar agama ini adalah cinta, ketertiban, dan kemajuan, dan ia bahkan merancang ritual dan tujuh sakramen, termasuk "pernikahan" dan "inkorporasi" tiga tahun setelah kematian.

Pergeseran ini, yang oleh Comte dianggap sebagai perpanjangan logis dari filsafatnya, pada kenyataannya mengandung kontradiksi internal yang mendasar. Positivisme awalnya menolak metafisika dan teologi, namun Agama Kemanusiaan justru menciptakan dogma dan ritual baru yang menggantikan otoritas teologis dengan otoritas sekuler. Hal ini mencerminkan ketegangan dalam pemikiran Comte antara pendekatan ilmiah yang objektif dan kebutuhan afektif manusia akan kohesi sosial dan moralitas.

5.2. Kritik terhadap Positivisme Comte

Pemikiran Comte, terutama setelah pergeserannya, mendapat kritik tajam dari banyak pihak, termasuk dari para pengagumnya sendiri.
● John Stuart Mill: Filsuf sezaman yang awalnya mengagumi Comte, namun kemudian menjadi kritikus terkemuka. Mill mengkritik visi Comte tentang masyarakat yang diperintah oleh "imam-imam ilmiah" sebagai ide yang kaku dan otoriter yang mengancam kebebasan individu dan perbedaan pendapat, yang ia anggap vital untuk kemajuan sosial. Mill melihat "Agama Kemanusiaan" sebagai bentuk dogma sekuler yang berpotensi menghambat kemajuan intelektual, karena hanya menyisakan ruang untuk pandangan dunia tunggal yang tidak fleksibel.
● Karl Popper: Filsuf sains abad ke-20 ini mengkritik metodologi positivisme Comte, khususnya ketergantungannya pada induktivisme (menarik kesimpulan umum dari pengamatan spesifik) dan verifikasi. Popper berpendapat bahwa kriteria sejati untuk sebuah teori ilmiah adalah falsifiabilitas—kemampuan sebuah teori untuk diuji dan disangkal—yang diabaikan oleh positivisme Comte. Kritik ini menyoroti bahwa ketergantungan berlebihan pada data empiris yang dapat diamati mengabaikan sifat hipotetis dan dapat disangkal dari teori-teori ilmiah.
● Perspektif Non-Barat (Islam): Positivisme Comte juga dikritik karena penolakan totalnya terhadap teologi dan metafisika. Dari perspektif Islam, positivisme dianggap bertentangan dengan ajaran agama karena iman pada hal-hal gaib atau metafisik merupakan fondasi dari keyakinan. Kritikus berpendapat bahwa positivisme, dengan membatasi pengetahuan pada yang empiris, mengabaikan dimensi spiritual manusia dan berpotensi menghasilkan pandangan hidup ateistik.

5.3. Pandangan Kontroversial tentang Perempuan dan Otoritarianisme Sosial

Pandangan Comte tentang perempuan adalah salah satu aspek yang paling kontroversial. Meskipun di awal kehidupannya ia menunjukkan sentimen feminis dan mengkritik dominasi laki-laki, ia kemudian menyatakan bahwa perempuan secara konstitusional inferior karena memiliki "otak yang lebih kecil," dan bahwa mereka harus tunduk kepada laki-laki. Namun, dalam Agama Kemanusiaan-nya, ia justru menempatkan perempuan pada posisi sentral sebagai sumber moralitas dan altruisme, memandang mereka sebagai makhluk yang lebih penuh kasih dan simpatik.

Pandangan yang kontradiktif ini dapat ditafsirkan sebagai cerminan ambivalensi Comte yang lebih besar tentang modernitas. Ia mengidentifikasi masalah-masalah modernitas—rasionalisasi yang berlebihan dan ketidakstabilan sosial—dengan maskulinitas, dan solusinya—moralitas dan kohesi—dengan feminitas. Dengan demikian, pandangannya tidak sekadar misogini sederhana, tetapi sebuah upaya yang kompleks dan cacat untuk menyeimbangkan kekuatan rasional dan emosional dalam cetak biru sosialnya. Kritik terhadap pandangan ini, seperti yang diungkapkan oleh John Stuart Mill, adalah bahwa hal itu menunjukkan sebuah sistem yang kaku, otoriter, dan menolak nilai individualitas dan perbedaan pendapat, yang merupakan prasyarat penting untuk kemajuan sejati.

5.4. Warisan Abadi

Terlepas dari kritik yang masif, warisan Comte sangat besar dan tak terbantahkan. Ia secara luas diakui sebagai "Bapak Sosiologi" karena perannya dalam melembagakan disiplin ilmu ini dan meletakkan fondasi epistemologis serta metodologis untuk studi ilmiah tentang masyarakat.

Pengaruhnya meluas ke sosiolog-sosiolog awal seperti Émile Durkheim, yang meskipun mengkritik beberapa aspek positivisme Comte, tetap terinspirasi oleh dedikasinya untuk memahami masyarakat secara ilmiah. Durkheim mengambil tantangan Comte untuk mempelajari "fakta sosial" secara empiris, yang memposisikan sosiologi sebagai disiplin yang berbeda dari psikologi atau filsafat.

Positivisme Comte juga menjadi prekursor penting bagi gerakan positivisme logis pada abad ke-20. Kelompok Lingkaran Wina, yang mengembangkan positivisme logis, mengambil inspirasi dari penekanan Comte pada verifikasi empiris sebagai dasar untuk pernyataan yang bermakna.

6. Kesimpulan: Relevansi Kontemporer Positivisme Comte

Cours de philosophie positive adalah salah satu "dokumen utama filsafat sekuler" yang mencoba menyatukan seluruh pengetahuan ke dalam satu kerangka filosofis yang koheren. Comte, melalui Hukum Tiga Tahap dan Hierarki Sains, menciptakan sebuah narasi besar tentang kemajuan manusia yang menempatkan sains dan sosiologi sebagai puncak evolusi intelektual.

Namun, karya ini juga memiliki warisan ganda. Di satu sisi, Comte adalah arsitek sebuah filsafat sains yang sangat berpengaruh, yang berkontribusi signifikan pada landasan sosiologi modern. Di sisi lain, ia adalah seorang utopian yang visinya tentang tatanan sosial yang sempurna terperangkap dalam kontradiksi, otoritarianisme, dan rigiditas, terutama dalam pemikirannya tentang Agama Kemanusiaan dan peran perempuan. 

Pemahamannya yang bernuansa mengharuskan kita melihatnya bukan hanya sebagai bapak sosiologi, tetapi juga sebagai produk kompleks dari zamannya, yang berjuang untuk menyelesaikan ketegangan antara tuntutan sains, tatanan sosial, dan moralitas manusia.

Positivisme Comte, meskipun beberapa gagasannya kini dianggap usang, tetap menjadi titik referensi penting dalam sejarah gagasan. Bahkan bagi mereka yang menentangnya, seperti post-modernisme dan realisme kritis, positivisme Comte berfungsi sebagai fondasi dan lawan bicara yang vital, memicu debat-debat penting tentang hakikat sains, masyarakat, dan pengetahuan manusia.

Referensi

Al-Mazahib, UIN Suka. (n.d.). Pengaruh positivisme dalam perkembangan ilmu hukum. Retrieved August 11, 2025, from https://ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/almazahib/article/download/1342/1164/2760

Cambridge University Press. (n.d.). Auguste Comte and the curious case of English women. In The anthem companion to Auguste Comte (Chapter 8). Retrieved August 11, 2025, from https://www.cambridge.org/core/books/anthem-companion-to-auguste-comte/auguste-comte-and-the-curious-case-of-english-women/AE3CA3FE1E36CAA9DFEAF1BD59DD3C8B

Cambridge University Press. (n.d.). The positive philosophy of Auguste Comte (Vol. 1). Retrieved August 11, 2025, from https://www.cambridge.org/core_title/gb/373368

Carnegie Mellon University. (n.d.). Course readings: Auguste Comte. Retrieved August 11, 2025, from https://www.andrew.cmu.edu/course/76-101AA/readings/comte.htm

Comte, A. (1830). Cours de philosophie positive (Vol. 1/6). Project Gutenberg. Retrieved August 11, 2025, from http://www.gutenberg.org/ebooks/31881

Comte, A. (1830–1842). Cours de philosophie positive (Vols. 1–6). Paris: Bachelier. Retrieved August 11, 2025, from https://www.riley-smith.com/hamish/document_view.php?doc=311

Comte, A. (1830–1842). Cours de philosophie positive (Vols. 1–6). AbeBooks. Retrieved August 11, 2025, from https://www.abebooks.com/COURS-PHILOSOPHIE-POSITIVE-VOL-1-6-COMTE/30221395071/bd

Comte, A. (1853). The positive philosophy of Auguste Comte (H. Martineau, Trans.). London: John Chapman. (Original work published 1830–1842)

EBSCO Research Starters. (n.d.). Logical positivism. Retrieved August 11, 2025, from https://www.ebsco.com/research-starters/religion-and-philosophy/logical-positivism

EBSCO Research Starters. (n.d.). The positive philosophy of Auguste Comte. Retrieved August 11, 2025, from https://www.ebsco.com/research-starters/literature-and-writing/positive-philosophy-auguste-comte

Encyclopedia Britannica. (n.d.). Auguste Comte - Positivism, sociology, philosophy. In Britannica. Retrieved August 11, 2025, from https://www.britannica.com/biography/Auguste-Comte/Thought

Encyclopedia Britannica. (n.d.). Law of three stages | Comte, definition, & significance. In Britannica. Retrieved August 11, 2025, from https://www.britannica.com/topic/law-of-three-stages

Humanist Heritage. (n.d.). Auguste Comte (1798–1857). Retrieved August 11, 2025, from https://heritage.humanists.uk/auguste-comte/

IJHESS. (n.d.). [Article on Comte’s positivism]. Universitas Muhammadiyah Palu. Retrieved August 11, 2025, from https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/IJHESS/article/download/4814/3529

JHI Blog. (2023, May 8). A positivist critique of “positivism”: Re-reading Auguste Comte. Retrieved August 11, 2025, from https://www.jhiblog.org/2023/05/08/a-positivist-critique-of-positivism-re-reading-auguste-comte/

Kompasiana. (2025, January). Perkembangan sosial modern: Teori Auguste Comte “Bapak sosiologi dunia”. Retrieved August 11, 2025, from https://www.kompasiana.com/jesicaamy6631/659cca26de948f3d5f2296f2/perkembangan-sosial-modern-teori-auguste-comte-bapak-sosiologi-dunia

Larousse. (n.d.). Positivisme. In Dictionnaire de français. Retrieved August 11, 2025, from https://www.larousse.fr/dictionnaires/francais/positivisme/62852

Licentia Poetica. (2023, May 8). Critiques of Comte’s positivism and legacy in modern thought. Retrieved August 11, 2025, from https://licentiapoetica.com/critiques-of-comtes-positivism-and-legacy-in-modern-thought-970c5abe3849

Licentia Poetica. (n.d.). The birth of sociology: Comte’s vision of a science of society. Retrieved August 11, 2025, from https://licentiapoetica.com/the-birth-of-sociology-comtes-vision-of-a-science-of-society-28939be23092

Licentia Poetica. (n.d.). The influence of Auguste Comte on modern social sciences and philosophical thought. Retrieved August 11, 2025, from https://licentiapoetica.com/the-influence-of-auguste-comte-on-modern-social-sciences-and-philosophical-thought-937354d217cd

Neliti. (n.d.). Positivisme Auguste Comte: Analisa epistemologis dan nilai etisnya terhadap sains. Retrieved August 11, 2025, from https://media.neliti.com/media/publications/58189-ID-positivisme-auguste-comte-analisa-episte.pdf

Online Note Bank. (2023, October 24). Use of sociological methods and critical view of Comte’s ideas. Retrieved August 11, 2025, from https://onlinenotebank.wordpress.com/2023/10/24/use-of-sociological-methods-by-auguste-comte/

Pene, J. (2020). Relevansi ilmu-ilmu Islam dengan pemikiran Auguste Comte positivisme terhadap dasar pengembangan ilmu dakwah Islam [Article]. Universitas Mataram. Retrieved August 11, 2025, from https://journal.ummat.ac.id/index.php/jail/article/download/8207/4267

Pickering, M. (2010). Angels and demons in the moral vision of Auguste Comte. Project MUSE. Retrieved August 11, 2025, from https://muse.jhu.edu/article/363757/summary

Portland State University. (n.d.). Comte - The person - Alliance with Saint-Simon. Retrieved August 11, 2025, from https://web.pdx.edu/~tothm/theory/DeadSoc/Comte/Comte%20-%20The%20Person%20-%20Alliance%20with%20Saint-Simon.htm

Portland State University. (n.d.). Comte - The work - Hierarchy of the sciences. Retrieved August 11, 2025, from https://web.pdx.edu/~tothm/theory/DeadSoc/Comte/Comte%20-%20The%20Work%20-%20Hierarchy%20of%20the%20Sciences.htm

ResearchGate. (2021). Critic on Auguste Comte’s positivism in sociology (An Islamic perspective). Retrieved August 11, 2025, from https://www.researchgate.net/publication/349470294_Critic_on_Auguste_Comte's_Positivism_in_Sociology_An_Islamic_Sociology_Perspective

Roberts, A. (n.d.). Saint Simon and Auguste Comte. Retrieved August 11, 2025, from http://studymore.org.uk/ysimcom.htm

Sage Publishing. (n.d.). The sociology of Auguste Comte. Retrieved August 11, 2025, from https://us.sagepub.com/sites/default/files/upm-binaries/44173_3.pdf

Semantic Scholar. (n.d.). Feminism and the changing of sociological perspectives on women. Retrieved August 11, 2025, from https://pdfs.semanticscholar.org/61d9/e7cc71df9d3652985ee670e85c6cd7b122b9.pdf

Social Work Blogspot. (2014, May). Auguste Comte’s “Law of the Three Stages”. Retrieved August 11, 2025, from http://socialworkbhu.blogspot.com/2014/05/auguste-comtes-law-of-three-stages.html

Sociology Institute. (n.d.). Auguste Comte’s law of three stages: The evolutionary stages of society. Retrieved August 11, 2025, from https://sociology.institute/sociological-theories-concepts/auguste-comte-law-three-stages-evolution-society/

Université de Lausanne. (2013, May). Auguste Comte et le positivisme – Projet BaSES. Retrieved August 11, 2025, from https://wp.unil.ch/bases/2013/05/auguste-comte-et-le-positivisme/

University of Central Florida. (2010). Auguste Comte, Gustave Le Bon, Emile Durkheim, and the development of positivism in France [Doctoral dissertation, UCF]. STARS Digital Repository. https://stars.library.ucf.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=5691&context=etd

Wikipedia contributors. (n.d.). Auguste Comte. In Wikipedia. Retrieved August 11, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Auguste_Comte

Wikipedia contributors. (n.d.). Course of positive philosophy. In Wikipedia. Retrieved August 11, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Course_of_Positive_Philosophy

Wikipedia contributors. (n.d.). Hierarchy of the sciences. In Wikipedia. Retrieved August 11, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Hierarchy_of_the_sciences

Wikipedia contributors. (n.d.). Law of three stages. In Wikipedia. Retrieved August 11, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Law_of_three_stages

Wikipedia contributors. (n.d.). Religion of humanity. In Wikipedia. Retrieved August 11, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Religion_of_Humanity

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment