Analisis Komprehensif Social Change With Respect to Culture and Original Nature Karya William F. Ogburn: Teori, Kritik, dan Warisan Intelektual

Table of Contents

Social Change With Respect to Culture and Original Nature Karya William F. Ogburn
1. Pendahuluan: William F. Ogburn dalam Konteks Sosiologi Awal Abad Ke-20

1.1 Biografi dan Latar Belakang Intelektual

William Fielding Ogburn (1886–1959) adalah seorang sosiolog, statistikawan, dan pendidik Amerika yang menonjol di paruh pertama abad ke-20. Setelah memperoleh gelar dari Mercer University dan Columbia University, ia memegang jabatan penting di Columbia dan University of Chicago, serta memimpin American Sociological Society dan American Statistical Association. Ogburn dikenal karena dorongannya untuk menerapkan metode kuantitatif ke dalam ilmu sosial, sebuah pendekatan yang ia yakini akan mengubah sosiologi dari disiplin "filosofi sosial dan program reformasi" menjadi "ilmu yang lebih eksak tentang fenomena sosial".

Dalam pandangan Ogburn, tujuan utama sains adalah "menemukan pengetahuan baru," sebuah tugas yang menuntut objektivitas ketat, bebas dari bias emosi atau ideologi. Ia membedakan antara peran ilmuwan—yang tugasnya hanya memverifikasi fakta dan bukti—dengan peran individu yang menerapkan pengetahuan tersebut untuk tujuan sosial. Ogburn sendiri merupakan contoh menarik dari ketegangan antara idealisme ilmiahnya dan keterlibatan praktisnya dalam urusan sosial. 

Meskipun secara terbuka ia menganut idealisme saintifik yang ketat, ia juga secara aktif terlibat dalam masalah-masalah publik, seperti yang ditunjukkan oleh perannya sebagai direktur penelitian Komite Penelitian Tren Sosial Presiden Herbert Hoover dan penerbitan pamflet yang mendidik masyarakat tentang bahaya pengangguran akibat teknologi. Penggunaan analisis sosiologisnya untuk mengadvokasi perbaikan sosial menunjukkan bahwa bagi Ogburn, objektivitas kuantitatif bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk menghasilkan pengetahuan yang berguna dalam mengatasi masalah-masalah dunia nyata.

1.2 Gambaran Umum Buku Social Change

Diterbitkan pada tahun 1922, buku Social Change with Respect to Culture and Original Nature adalah karya seminal Ogburn yang dicetak ulang sebanyak sebelas kali, menjadikannya klasik dalam sosiologi. Karya ini sangat penting karena memperkenalkan konsep "keterlambatan budaya" (cultural lag), yang menjadi warisan intelektual Ogburn yang paling abadi. 

Tujuan utama buku ini adalah untuk memberikan penjelasan sosiologis tentang bagaimana budaya dan masyarakat berubah, dengan fokus utama pada dinamika internal budaya itu sendiri, bukan pada faktor-faktor biologis atau evolusioner. Buku ini juga menguraikan mekanisme perubahan sosial yang ia yakini dapat menjelaskan perkembangan masyarakat modern secara ilmiah.

2. Prinsip-prinsip Fondasional: Budaya dan Hakikat Asli Manusia

2.1 Memahami Budaya dan Hakikat Asli

Ogburn memulai analisisnya dengan membedakan secara tegas antara dua sumber perilaku manusia: "hakikat asli" (original nature) dan "warisan budaya" (cultural heritage). Hakikat asli merujuk pada warisan biologis dan psikologis bawaan manusia, yang ia catat tidak berbeda secara esensial dari manusia modern sejak era glasial terakhir. Di sisi lain, budaya didefinisikan sebagai "warisan sosial" yang meliputi segala sesuatu yang dibuat dan diwariskan oleh manusia, seperti alat, pengetahuan, kepercayaan, moral, dan hukum.

Dalam tesisnya, Ogburn berpendapat bahwa meskipun perilaku individu adalah hasil dari kedua sumber ini, budaya memiliki peran yang jauh lebih signifikan dalam membentuk masyarakat dan menjelaskan perbedaan antar kelompok. Ia menggunakan contoh perbedaan dalam kebiasaan hemat antara orang Amerika dan Prancis, yang ia atribusikan pada faktor budaya seperti kebutuhan akan konservasi sumber daya, bukan pada disposisi bawaan atau sifat rasial.

Dengan menempatkan perubahan sosial pada dinamika budaya—sebuah entitas yang dapat diamati dan diukur secara sosiologis—Ogburn secara metodologis membangun fondasi bagi sosiologi sebagai sebuah ilmu. Pendekatan ini memungkinkan studinya untuk fokus pada faktor-faktor yang dapat dilacak dan diukur, menjauhkan disiplin dari penjelasan berbasis biologi atau ras yang umum pada masanya. Dengan demikian, meskipun judulnya menyertakan "hakikat asli," Ogburn secara strategis meminimalkan perannya untuk membuka jalan bagi analisis sosiologis murni tentang perubahan.

2.2 Memisahkan Budaya Material dan Non-Material

Kontribusi mendasar Ogburn yang lain adalah pemisahan antara budaya material dan non-material. Budaya material meliputi objek fisik dan teknologi seperti infrastruktur, mesin, dan alat. Sementara itu, budaya non-material mencakup aspek-aspek tak berwujud seperti nilai, keyakinan, norma, hukum, dan ideologi.

Ogburn mengamati bahwa kedua jenis budaya ini tidak berubah pada laju yang sama. Ia berpendapat bahwa budaya material cenderung berkembang secara "terarah atau progresif" dan dengan kecepatan yang jauh lebih cepat. Di sisi lain, budaya non-material lebih resisten terhadap perubahan dan cenderung tetap stabil untuk waktu yang lebih lama. Perbedaan laju perubahan inilah yang menjadi inti dari teori keterlambatan budayanya, yang ia perkenalkan di bagian akhir bukunya.

3. Teori Sentral: Keterlambatan Budaya (Cultural Lag)

3.1 Tesis Keterlambatan Budaya

Tesis utama Ogburn adalah bahwa "berbagai bagian dari budaya modern tidak berubah pada tingkat yang sama, beberapa bagian berubah jauh lebih cepat daripada yang lain". Karena adanya korelasi dan saling ketergantungan antar bagian-bagian budaya, perubahan cepat pada satu bagian akan membutuhkan penyesuaian di bagian lainnya. Keterlambatan ini, atau waktu antara invensi baru dan penyesuaian yang sesuai dalam budaya non-material, menciptakan periode "ketidakselarasan" (maladjustment) dan masalah sosial.

Ogburn mengidentifikasi budaya material, khususnya teknologi, sebagai "sumber sebagian besar perubahan sosial modern" dan "mesin utama kemajuan". Ia berpendapat bahwa kemajuan teknologi, yang terjadi pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada respons sosial, adalah pemicu utama dari ketidakselarasan ini.

3.2 Mekanisme Perubahan Sosial Ogburn

Untuk menjelaskan proses perubahan sosial, Ogburn mengidentifikasi empat faktor utama yang ia klaim "menyelesaikan masalah evolusi sosial".

  • Invensi (Invention): Proses fundamental di mana bentuk-bentuk teknologi atau ide baru diciptakan. Ogburn mendefinisikan invensi sebagai "kombinasi baru dari elemen-elemen budaya yang ada". Ia mencontohkan kereta api sebagai invensi yang menggabungkan roda dengan mesin uap.
  • Akumulasi (Accumulation): Sifat budaya yang bertambah seiring waktu, yang ia gambarkan sebagai pertumbuhan yang "cukup geometris" atau eksponensial. Ogburn berpendapat bahwa semakin banyak teknologi dan alat yang ada, semakin besar kemungkinan untuk kombinasi baru, yang secara progresif meningkatkan laju invensi.
  • Difusi (Diffusion): Proses penyebaran invensi atau penemuan dari satu kelompok atau budaya ke kelompok atau budaya lain.
  • Penyesuaian (Adjustment): Periode yang dibutuhkan budaya non-material—hukum, etika, dan norma—untuk "mengejar" perubahan yang dipicu oleh budaya material. Penyesuaian ini sering kali terjadi secara perlahan dan menciptakan "keterlambatan".

Model Ogburn menunjukkan adanya lingkaran umpan balik yang kuat. Setiap invensi baru menambah basis budaya yang ada, yang pada gilirannya menyediakan lebih banyak elemen untuk invensi di masa depan. Hal ini menciptakan laju perubahan material yang semakin cepat dan eksponensial, yang bertindak sebagai "penentu laju" bagi budaya non-material yang lebih lambat dan resisten. Sistem yang kompleks dan semakin cepat ini menjadikan efek dari invensi dan difusi tidak dapat diprediksi, yang membuat Ogburn berkesimpulan bahwa hanya "penyesuaian minor" yang mungkin dilakukan, dan perubahan besar dalam peradaban tidak dapat dikendalikan.

Tabel berikut menyajikan ringkasan mekanisme perubahan sosial Ogburn:

mekanisme perubahan sosial Ogburn

4. Aplikasi Historis dari Teori Ogburn

4.1 Transisi dari Masyarakat Agraris ke Industri

Ogburn menggunakan kasus keluarga yang bertransisi dari unit produksi agraris menjadi unit konsumsi di masyarakat industri sebagai contoh utama dari ketidakselarasan budaya. Perubahan material—munculnya pabrik dan industrialisasi—menghancurkan organisasi sosial dan ekonomi keluarga tradisional, yang secara historis berfungsi sebagai unit kerja kolektif. 

Ketidakselarasan yang dihasilkan memerlukan penyesuaian budaya non-material, seperti penciptaan sistem pendidikan publik wajib, pengadilan anak, dan undang-undang perburuhan anak. Penyesuaian-penyesuaian ini diperlukan untuk mengatasi masalah sosial baru yang muncul dari perubahan teknologi dan ekonomi.

4.2 Kasus Mobil dan Infrastruktur

Contoh klasik lain yang ia gunakan adalah penemuan mobil dan peningkatan kecepatannya. Budaya material ini berkembang jauh lebih cepat daripada budaya non-material, yang membutuhkan waktu untuk membangun infrastruktur yang sesuai (jalan beraspal, rambu lalu lintas) dan membuat undang-undang lalu lintas baru untuk mengatasi masalah keselamatan dan kenyamanan. Penyesuaian-penyesuaian ini adalah manifestasi dari penyesuaian budaya non-material terhadap perubahan dalam budaya material.

5. Kritik dan Perdebatan Akademis

5.1 Kritik Terhadap Obyektivitas

Salah satu kritik utama terhadap konsep Ogburn adalah bahwa "arah penyesuaian tidak dapat ditentukan secara obyektif" dan sangat bergantung pada nilai-nilai yang diterapkan oleh pengamat. Istilah "keterlambatan" itu sendiri mengimplikasikan kondisi negatif—sebuah "kegagalan" untuk menyesuaikan diri—dan menyarankan arah perubahan yang diinginkan, yaitu mengejar teknologi. Hal ini merusak objektivitas penuh yang Ogburn anut. 

Meskipun ia bertujuan untuk membangun "ilmu yang eksak" dengan data kuantitatif yang imparsial, konsep inti dari teorinya secara inheren normatif dan sarat nilai. Ketegangan ini menunjukkan bahwa bahkan teori yang dibangun di atas analisis data tidak dapat sepenuhnya melepaskan diri dari bias filosofis penciptanya, mengungkapkan kesulitan yang melekat dalam menciptakan ilmu sosial yang bebas nilai.

5.2 Hubungan dengan Determinisme Teknologi

Teori Ogburn sering dianggap sebagai bentuk determinisme teknologi, yaitu teori yang berargumen bahwa teknologi adalah kekuatan yang secara independen menentukan perkembangan nilai-nilai budaya dan struktur sosial. Namun, Ogburn tidak menganut pandangan yang kaku. Ia menekankan bahwa teknologi "diredam oleh respons sosial terhadapnya," dan bahwa masyarakat harus "menyesuaikan diri dengan konsekuensi invensi besar," tetapi mereka "memiliki kesempatan untuk membuat keputusan mengenai hasil dari suatu situasi". Oleh karena itu, posisinya lebih tepat dikategorikan sebagai determinisme teknologi "lunak," yang mengakui pengaruh teknologi yang kuat sambil tetap memberikan ruang untuk agensi dan pilihan sosial.

5.3 Perbandingan dengan Teori Perubahan Sosial Lainnya

Teori Ogburn dapat dipahami lebih baik melalui perbandingan dengan kerangka kerja sosiologis lainnya.

Perbandingan Teori Ogburn dengan Teori Perubahan Sosial Lainnya
Tidak seperti Marx, Ogburn melihat perubahan sosial didorong oleh invensi dan akumulasi teknologi, bukan oleh konflik kelas yang berakar pada ekonomi. Namun, seperti Marxisme, ia mengenali adanya "keterlambatan" antara perkembangan teknologi dan respons sosial, meskipun ia melihatnya sebagai ketidakselarasan fungsional yang memerlukan penyesuaian, bukan sebagai pemicu konflik kelas yang tak terhindarkan.

Sementara itu, ia mirip dengan teori fungsionalis struktural karena ia memandang masyarakat sebagai sistem yang saling terkait di mana perubahan pada satu bagian memerlukan penyesuaian di bagian lain untuk memulihkan "keseimbangan". Hal ini juga membedakannya dari teori evolusionisme unilinear yang sudah usang, yang secara etnosentris mengasumsikan semua masyarakat berkembang di sepanjang satu jalur menuju peradaban Barat.

6. Relevansi dalam Masyarakat Kontemporer

Meskipun dikembangkan lebih dari satu abad yang lalu, konsep keterlambatan budaya Ogburn tetap sangat relevan untuk menganalisis tantangan masyarakat modern. Laju perubahan teknologi yang pesat di era digital secara konsisten menciptakan ketidakselarasan yang Ogburn deskripsikan.

  • Privasi dan Big Data: Kemampuan teknologi dan media sosial untuk mengumpulkan "data dalam jumlah besar" telah melampaui jauh norma, etika, dan hukum yang mengatur privasi. Kesenjangan ini menciptakan masalah baru tentang keamanan data, pengawasan, dan hak individu yang masih terus berusaha diatasi oleh masyarakat.
  • AI dan Otomatisasi: Perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang canggih dan otomatisasi menciptakan "ketidakselarasan" di pasar kerja dengan menggantikan pekerja manusia di banyak pekerjaan. Hal ini menimbulkan pertanyaan filosofis yang mendalam tentang nilai kemanusiaan, yang sulit dijawab oleh norma dan sistem kepercayaan yang ada.
  • Perubahan Iklim: Ilmu pengetahuan material yang memungkinkan invensi dan teknologi penghasil emisi telah maju jauh lebih cepat daripada respons budaya non-material—kebijakan, nilai-nilai, dan gaya hidup—terhadap dampak lingkungan. Akibatnya, ada "keterlambatan" yang berbahaya antara kemampuan kita untuk mengubah lingkungan dan kemampuan kita untuk bertindak secara kolektif untuk mitigasi.

7. Kesimpulan: Warisan Intelektual William F. Ogburn

William F. Ogburn meninggalkan warisan yang kompleks namun abadi. Meskipun ia tidak menciptakan banyak istilah sosiologis, konsep "keterlambatan budaya" yang ia perkenalkan dalam Social Change with Respect to Culture and Original Nature telah menjadi klasik dan alat diagnostik yang kuat untuk memahami ketidakselarasan yang diciptakan oleh laju perubahan yang tidak merata. Kontribusinya yang lain adalah upayanya untuk menjadikan sosiologi sebagai "ilmu yang lebih eksak" melalui metode kuantitatif, yang membantu menggeser fokus disiplin dari filsafat sosial murni.

Meskipun teorinya dikritik karena subyektivitas inheren dari konsep "keterlambatan" dan kecenderungan ke arah determinisme teknologi, kerangka kerja Ogburn tetap relevan. Dunia yang semakin didorong oleh teknologi digital, big data, dan AI merupakan bukti nyata bahwa keterlambatan budaya bukanlah fenomena historis yang sudah ketinggalan zaman, tetapi fitur yang semakin menonjol dari masyarakat modern.

Analisis Ogburn menantang kita untuk melihat perubahan bukan hanya sebagai kemajuan linier, tetapi juga sebagai sumber ketegangan, konflik, dan ketidakselarasan yang berkelanjutan, yang membutuhkan "penyesuaian yang bijaksana" daripada solusi sapuan besar. Pada akhirnya, ia tidak hanya menjelaskan bagaimana masyarakat berubah tetapi juga memberikan bahasa dan kerangka kerja untuk mendiagnosis masalah sosial yang diciptakan oleh laju perubahan itu sendiri, menjadikan karyanya sebagai landasan yang tak tergantikan dalam studi sosiologi.

Sumber yang dikutip:

American Sociological Association. (n.d.). William F. Ogburn. ASA. https://www.asanet.org

ARL International. (n.d.). Social change. https://www.arl-international.com

Beyond Intractability. (n.d.). Cultural lag. https://www.beyondintractability.org

Britannica. (n.d.). William Fielding Ogburn: Social theorist, cultural change, social change. In Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com

Brock University. (n.d.). Floyd Henry Allport: Social change: An analysis of Professor William F. Ogburn. Brock University. https://brocku.ca

Brock University. (n.d.). William F. Ogburn: Folkways of a scientific sociology. Brock University. https://brocku.ca

DigitalCommons@Providence. (n.d.). Creative destruction and cultural lag in the digital age (by George Ritzer & Piergiorgio Degli Esposti). Providence College. https://digitalcommons.providence.edu

DigitalCommons@Providence. (n.d.). Culture, change, and cultural lag: A commentary and a challenge. Providence College. https://digitalcommons.providence.edu

EBSCO. (n.d.). Marx, social change and revolution. EBSCO Research Starters. https://www.ebsco.com

En.wikipedia.org. (n.d.). Cultural lag. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_lag

En.wikipedia.org. (n.d.). Technological determinism. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Technological_determinism

En.wikipedia.org. (n.d.). Unilineal evolution. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Unilineal_evolution

En.wikipedia.org. (n.d.). William Fielding Ogburn. In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/William_Fielding_Ogburn

Journals.uchicago.edu. (n.d.). An answer to criticisms of the lag concept. American Journal of Sociology. https://www.journals.uchicago.edu

Ogburn, W. F. (1922). Social change with respect to culture and original nature. New York, NY: B. W. Huebsch.

Ogburn, W. F. (2023). Social change with respect to culture and original nature. Legare Street Press.

Ogburn, W. F. (n.d.). Social change with respect to culture and original nature [Review]. ResearchGate. https://www.researchgate.net

OpenEd CUNY. (n.d.). Pop culture, subculture, and cultural change. https://opened.cuny.edu

ResearchGate. (n.d.). Ogburn, William F. (1886–1959). https://www.researchgate.net

Science and Technology Policy Research, University of Colorado. (n.d.). Cultural lag. https://sciencepolicy.colorado.edu

Scribd. (n.d.). Cultural lag Ogburn. https://www.scribd.com

SimplyPsychology. (n.d.). Cultural lag: 10 examples & easy definition. https://www.simplypsychology.org

SimplyPsychology. (n.d.). [Website homepage]. https://www.simplypsychology.org

SociologyLens. (n.d.). Cultural lag. Sociology Lens. https://www.sociologylens.in

UNESCO. (n.d.). Theories, models and indicators of social change. UNESCO Digital Library. https://unesdoc.unesco.org

University of Chicago Press. (n.d.). American Journal of Sociology. https://www.journals.uchicago.edu

YouTube. (2021). Functionalist theories of social change || Ogburn's cultural lag theory || Parson's AGIL model [Video]. YouTube. https://www.youtube.com

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment