Sejarah Lengkap Perkembangan Sosiologi Dunia: Dari Akar Eropa hingga Adaptasi Global
Table of Contents
Pendahuluan: Kelahiran Sosiologi sebagai Disiplin Ilmu Global
Sosiologi, sebagai disiplin ilmu yang berfokus pada studi masyarakat, muncul pada abad ke-19, sebuah periode yang ditandai oleh perubahan sosio-historis dan intelektual yang mendalam di Eropa. Kelahiran ilmu ini bukan sekadar kebetulan historis, melainkan sebuah kebutuhan intelektual dan ilmiah yang mendesak sebagai respons terhadap pergolakan sosial, ekonomi, dan politik yang dahsyat.Konteks Sosio-Historis: Revolusi Industri dan Revolusi Prancis
Dua peristiwa monumental menjadi pemicu utama munculnya sosiologi: Revolusi Industri dan Revolusi Prancis. Revolusi Industri, yang berlangsung di Inggris pada abad ke-18 dan ke-19, membawa transformasi sosial, ekonomi, dan politik yang fundamental. Dampak yang terasa meliputi urbanisasi yang cepat, perubahan drastis dalam struktur pekerjaan, dan munculnya ketimpangan sosial yang mencolok. Kesenjangan yang lebar di kalangan masyarakat menimbulkan kebutuhan mendesak untuk memahami dinamika sosial yang kompleks ini.Bersamaan dengan itu, Revolusi Prancis pada akhir abad ke-18 mengguncang tatanan politik dan sosial yang telah mapan. Revolusi ini mengakhiri sistem pemerintahan teokrasi dan mendorong munculnya ide-ide tentang egalitarianisme serta hak-hak individu. Peristiwa ini mengarah pada pencerahan dan pemikiran rasional untuk mencapai kesejahteraan bersama, secara fundamental mengubah cara masyarakat memandang dirinya sendiri. Perubahan-perubahan besar ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang bagaimana masyarakat berfungsi dan berubah, pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh disiplin ilmu yang ada saat itu. Oleh karena itu, sosiologi lahir sebagai upaya untuk memahami dinamika masyarakat secara ilmiah.
Kelahiran sosiologi ini bukan sekadar kebetulan historis, melainkan sebuah kebutuhan intelektual dan ilmiah yang mendesak. Pergolakan sosial, ekonomi, dan politik yang dahsyat pada masa Revolusi Industri dan Revolusi Prancis menciptakan kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kerangka pemikiran yang ada saat itu, baik keagamaan maupun filosofis, terbukti tidak memadai untuk menjelaskan atau mengelola perubahan sistemik yang begitu cepat. Oleh karena itu, sosiologi muncul sebagai disiplin ilmu yang berupaya tidak hanya mendeskripsikan dinamika masyarakat, tetapi juga mendiagnosis penyakit-penyakit sosial dan mengusulkan solusi ilmiah untuk stabilitas dan kemajuan sosial. Ini merupakan dimensi terapan yang merupakan aspek inti dari identitas awal sosiologi.
Fondasi Intelektual: Era Pencerahan dan Positivisme Auguste Comte
Secara intelektual, Era Pencerahan memainkan peran penting dalam kemunculan sosiologi. Pemikiran rasional dan penekanan pada metode ilmiah mendorong para pemikir untuk mencari penjelasan logis dan empiris tentang fenomena sosial, berbeda dari penjelasan teologis atau metafisis sebelumnya.Auguste Comte (1798-1857) dikenal luas sebagai "Bapak Sosiologi". Ia adalah seorang filsuf Prancis yang pertama kali menggunakan istilah "sosiologi" pada tahun 1838 dalam bukunya yang berjudul Positive Philosophy. Comte mengembangkan konsep positivisme, yang menekankan bahwa studi tentang masyarakat harus didasarkan pada observasi empiris dan analisis ilmiah, mirip dengan pendekatan ilmu alam. Ia juga memperkenalkan "hukum tiga tahap" perkembangan intelektual manusia: tahap teologis, metafisis, dan positif, di mana tahap positif dianggap sebagai puncak perkembangan pemikiran manusia yang berfokus pada ilmu pengetahuan empiris. Pemikiran Comte melihat perlunya ilmu yang mempelajari masyarakat dan mengarahkan perkembangannya agar perubahan yang terjadi dapat diarahkan ke arah yang lebih baik. Pemikir lain seperti Claude Henri Saint-Simon turut berkontribusi dengan gagasan tentang pentingnya ilmu sosial dalam memahami dan mengarahkan perubahan masyarakat, meletakkan dasar bagi sosiologi sebagai disiplin yang berusaha memahami struktur, fungsi, dan perubahan dalam masyarakat melalui pendekatan ilmiah.
Pencerahan, yang mengagungkan akal dan metode empiris, secara langsung memengaruhi positivisme Comte. Namun, revolusi yang terinspirasi oleh cita-cita Pencerahan (seperti kebebasan dan kesetaraan) juga melepaskan kekacauan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya. Visi Comte untuk sosiologi agar dapat "mengarahkan" pembangunan masyarakat menunjukkan sebuah paradoks: meskipun merangkul penyelidikan rasional yang radikal, terdapat juga kerinduan pasca-revolusi yang mendalam untuk membangun kembali atau membangun tatanan sosial yang baru. Studi ilmiah tentang masyarakat, dalam pandangan ini, dipandang sebagai sarana tidak hanya untuk memahami, tetapi juga untuk memperoleh kendali atas kekuatan sosial yang terbukti sangat merusak. Hal ini menghubungkan penekanan Pencerahan pada akal dan kebebasan individu dengan keinginan selanjutnya untuk kontrol dan prediktabilitas sosial. Sosiologi awal, dalam konteks ini, dapat dipandang sebagai upaya untuk mendamaikan potensi pembebasan akal dengan kebutuhan akan stabilitas masyarakat.
Perkembangan Sosiologi di Eropa: Para Pemikir Klasik dan Aliran Utama
Perkembangan sosiologi di Eropa ditandai oleh kontribusi para pemikir fundamental yang membentuk kerangka teoritis disiplin ilmu ini. Masing-masing tokoh ini menawarkan perspektif unik yang hingga kini masih menjadi dasar studi sosiologi.Auguste Comte: Bapak Sosiologi dan Positivisme
Seperti yang telah dibahas, Auguste Comte adalah tokoh pertama yang secara eksplisit menggunakan istilah "sosiologi" dan menganjurkan studi ilmiah masyarakat berdasarkan observasi empiris, yang ia sebut positivisme. Teori "hukum tiga tahap" (teologis, metafisik, positif) yang dikembangkannya merupakan kerangka untuk memahami evolusi pemikiran manusia dan masyarakat, dengan tahap positif sebagai puncak kemajuan ilmiah.Karl Marx: Teori Konflik dan Analisis Kelas
Karl Marx (1818-1883), seorang filsuf dan ekonom Jerman, adalah tokoh sentral yang berfokus pada analisis konflik sosial dan ekonomi sebagai fondasi masyarakat. Ia berpendapat bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan antara kelas-kelas sosial yang berbeda. Dalam masyarakat kapitalis, Marx mengidentifikasi dua kelas utama: borjuis (pemilik alat produksi) dan proletariat (pekerja).Marx mengemukakan bahwa sistem kapitalisme secara inheren mengeksploitasi pekerja, di mana keuntungan kapitalis berasal dari "pencurian" nilai lebih dari kerja keras buruh. Hal ini menciptakan ketegangan kelas yang tak terhindarkan dan konflik yang terus-menerus antara kepentingan borjuis dan proletariat. Marx memprediksi bahwa kondisi eksploitasi yang memburuk akan mendorong pekerja untuk mengembangkan kesadaran kelas, yang pada akhirnya akan memicu revolusi untuk menggantikan kapitalisme dengan masyarakat tanpa kelas, yaitu komunisme. Karyanya, Das Kapital, menjadi dasar bagi pemikiran sosiologi kritis dan memengaruhi banyak aliran pemikiran sosial dan politik di Eropa dan dunia. Istilah "Marxisme" sendiri dipopulerkan oleh Karl Kautsky, meskipun Friedrich Engels menyatakan bahwa Marx sendiri tidak mendukung penggunaan istilah tersebut untuk pandangannya.
Émile Durkheim: Fakta Sosial dan Solidaritas
Émile Durkheim (1858-1917) adalah salah satu pendiri sosiologi modern yang berasal dari Prancis. Ia berfokus pada studi tentang "fakta sosial" – yaitu struktur dan norma eksternal yang memengaruhi perilaku individu dalam masyarakat. Karya terkenalnya, The Division of Labor in Society, menjelaskan bagaimana pembagian kerja dalam masyarakat modern menciptakan bentuk solidaritas sosial yang berbeda (mekanis dan organik).Durkheim adalah tokoh penting dalam formalisasi sosiologi. Ia menjadi orang pertama yang mendirikan departemen sosiologi di universitas di Eropa (pada tahun 1895) dan meluncurkan jurnal ilmu sosial L'Année Sociologique. Ia menerapkan pendekatan empiris dalam risetnya, yang paling terkenal adalah studinya tentang bunuh diri, yang menunjukkan bagaimana faktor-faktor sosial (bukan hanya psikologis) dapat memengaruhi tindakan individu. Durkheim berpendapat bahwa sosiologi memiliki keunggulan atas filsafat karena metodenya memungkinkan studi empiris terhadap pertanyaan filosofis.
Max Weber: Tindakan Sosial dan Rasionalisasi
Max Weber (1864-1920) adalah seorang sosiolog dan ekonom politik Jerman yang dikenal karena pendekatannya yang multidimensional dalam mempelajari masyarakat. Ia mengembangkan konsep "verstehen" atau pemahaman subjektif, yang menekankan pentingnya memahami makna di balik tindakan sosial dari perspektif aktornya.Karya terkenalnya, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, menjelaskan hubungan antara etika Protestan (khususnya Calvinisme) dan perkembangan kapitalisme di Eropa, menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dapat memengaruhi struktur ekonomi. Weber juga dikenal atas idenya tentang birokrasi sebagai bentuk organisasi rasional yang dominan dalam masyarakat modern.
Tokoh Lainnya: Herbert Spencer dan Georg Simmel
Herbert Spencer (1820-1903), seorang sosiolog dan filsuf Inggris, adalah pendukung awal teori evolusi dalam konteks sosial. Ia mengembangkan konsep "survival of the fittest" dan menerapkan prinsip-prinsip evolusi biologis untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, berargumen bahwa masyarakat berkembang melalui proses seleksi alam. Karyanya A System of Synthetic Philosophy (1862-93) mengintegrasikan data dari berbagai ilmu alam dan sosial berdasarkan teori evolusinya. Spencer juga dipengaruhi oleh positivisme Auguste Comte, meskipun ia mengembangkan pandangannya sendiri tentang evolusi sosial.Georg Simmel (1858-1918), seorang sosiolog Jerman, berfokus pada interaksi sosial dan dinamika kelompok. Ia mengembangkan konsep-konsep penting seperti "sosiologi ruang" dan "sosiologi bentuk," yang menganalisis pola-pola interaksi sosial terlepas dari kontennya. Karyanya The Philosophy of Money mengeksplorasi bagaimana uang memengaruhi hubungan sosial dan interaksi manusia dalam masyarakat modern.
Para pendiri sosiologi Eropa ini, meskipun hidup di era yang sama dan merespons fenomena modernitas (industrialisasi, urbanisasi, sekularisasi), menawarkan kerangka analitis yang sangat berbeda. Comte mencari keteraturan melalui positivisme, Marx melihat konflik sebagai mesin sejarah, Durkheim menekankan solidaritas dan kohesi, sementara Weber fokus pada tindakan sosial dan rasionalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa sosiologi tidak lahir dari satu pandangan tunggal, melainkan dari berbagai upaya intelektual untuk memahami dunia yang baru dan kompleks. Perbedaan ini bukan hanya divergensi teoritis, tetapi juga cerminan dari kompleksitas realitas sosial itu sendiri, yang tidak dapat dijelaskan oleh satu teori saja. Ini meletakkan dasar bagi pluralisme teoritis yang menjadi ciri khas sosiologi hingga saat ini.
Para pendiri sosiologi ini seringkali memiliki latar belakang multidisiplin. Marx adalah filsuf dan ekonom, Weber seorang ekonom politik, Durkheim awalnya belajar filsafat dan berupaya membedakan sosiologi dari filsafat melalui empirisme. Comte adalah seorang filsuf yang ingin menerapkan metode ilmiah ke masyarakat. Spencer menerapkan prinsip evolusi biologis ke dalam analisis sosial. Hal ini menunjukkan bahwa sosiologi tidak muncul dalam ruang hampa, melainkan merupakan sintesis dari berbagai disiplin ilmu yang ada, berusaha menciptakan pendekatan ilmiah yang unik untuk fenomena sosial. Keterkaitan ini menggarisbawahi sifat interdisipliner sosiologi sejak awal dan mengapa kolaborasi dengan ilmu lain (seperti ekonomi, sejarah, filsafat, bahkan biologi) tetap relevan untuk memahami fenomena sosial secara holistik.
Untuk memberikan gambaran ringkas mengenai tokoh-tokoh kunci dan kontribusi mereka di Eropa, tabel berikut disajikan:
Perkembangan Sosiologi di Amerika: Pragmatisme dan Fokus Urban
Perkembangan sosiologi di Amerika Serikat mengambil jalur yang berbeda, dipengaruhi oleh konteks masyarakatnya yang unik dan tradisi intelektualnya sendiri.Pengaruh Awal dari Pemikiran Eropa
Pada awalnya, perkembangan pemikiran di Amerika Serikat banyak dipengaruhi oleh pemikir-pemikir yang berasal dari Eropa, yang kemudian disesuaikan dengan kondisi lokal Amerika. Gerakan Pencerahan (Enlightenment) yang berawal dari Prancis, dengan penekanan pada peran akal, metode ilmiah, dan kemampuan manusia untuk menyempurnakan diri, juga memengaruhi pemikir Amerika seperti Thomas Jefferson dan Benjamin Franklin. Industrialisme di Amerika, meskipun membawa kemajuan mekanis dan materi, juga menyebabkan dampak negatif dalam tatanan sosial seperti masalah ketenagakerjaan dan depresi ekonomi, serta mendorong peningkatan pesat urbanisasi. Kondisi ini menciptakan kebutuhan akan studi sosial yang relevan dengan masalah-masalah kontemporer Amerika.Mazhab Chicago: Studi Urban, Ekologi Manusia, dan Interaksionisme Simbolik
Mazhab Chicago (terkadang dikenal sebagai mazhab ekologi) muncul pada awal abad ke-20 di University of Chicago. Mazhab ini mencapai puncak pengaruhnya sebagai episentrum pemikiran sosiologis maju antara tahun 1915 dan 1935, periode yang disebut "Golden Age of Sociology". Mazhab ini sangat terkenal karena sosiologi perkotaannya, yang secara khusus berfokus pada perilaku manusia yang dibentuk oleh struktur sosial dan faktor lingkungan fisik, bukan karakteristik genetik atau personal. Mereka mempelajari kota Chicago sebagai objek studi utama, mencari bukti apakah urbanisasi dan peningkatan mobilitas sosial menjadi penyebab masalah sosial kontemporer.Mazhab Chicago memandang kota sebagai ekosistem kompleks, dengan berbagai kelompok sosial yang menempati ceruk ekologis yang berbeda. Perspektif ekologis ini menyoroti interaksi antara individu, kelompok, dan lingkungan fisik mereka, serta dampak pengaturan spasial terhadap perilaku sosial. Mazhab ini juga berkontribusi signifikan pada pengembangan pendekatan interaksionisme simbolik, terutama melalui karya Herbert Blumer. Para sarjana dari Mazhab Chicago memelopori penggunaan metode penelitian kualitatif, seperti observasi partisipan dan etnografi. Mereka melakukan studi mendalam tentang lingkungan dan komunitas perkotaan, menyelami kehidupan sehari-hari orang-orang yang mereka pelajari, yang memungkinkan pemahaman yang lebih bernuansa tentang fenomena sosial. Tokoh-tokoh penting dalam Mazhab Chicago antara lain Robert E. Park, Ernest Burgess, Louis Wirth, George Herbert Mead, W. I. Thomas, dan Florian Znaniecki. Mazhab Chicago bertujuan mengembangkan alat untuk meneliti dan kemudian mengubah masyarakat melalui perencanaan kota dan lembaga intervensi sosial, seperti "Chicago Area Project" yang berupaya mengendalikan kejahatan melalui program-program komunitas.
Berbeda dengan sosiologi Eropa yang pada awalnya berfokus pada pembangunan sistem teoritis besar, sosiologi di Amerika Serikat, khususnya melalui Mazhab Chicago, mengembangkan penekanan kuat pada penelitian empiris dan pemecahan masalah praktis. Orientasi ini terlihat dari fokus pada isu-isu urban konkret seperti kejahatan dan disorganisasi sosial, serta perintisan metode kualitatif seperti etnografi. Pergeseran ini didorong oleh tantangan industrialisasi dan urbanisasi yang cepat di Amerika Serikat. Kondisi sosial yang berubah pesat dan seringkali kacau di kota-kota Amerika secara langsung memicu kebutuhan akan penyelidikan sosiologis yang praktis dan berbasis empiris, yang pada gilirannya membentuk orientasi pragmatis dan berorientasi masalah dalam sosiologi Amerika.
Fungsionalisme Struktural: Talcott Parsons dan Robert K. Merton
Fungsionalisme adalah salah satu teori dasar dalam sosiologi, yang menawarkan wawasan tentang bagaimana masyarakat beroperasi dan mempertahankan stabilitas. Talcott Parsons (1902-1979) dianggap sebagai arsitek sistem sosial. Parsons mengembangkan fungsionalisme struktural, yang melihat masyarakat sebagai sebuah keseluruhan sistem yang bekerja untuk menciptakan tatanan dan stabilitas sosial. Ia berfokus pada masyarakat secara keseluruhan dan berbagai institusi serta struktur di dalamnya, menekankan kebutuhan sistem sosial untuk adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola (AGIL). Parsons berpendapat bahwa norma dan peran sosial adalah komponen krusial yang berkontribusi pada stabilitas dan fungsi sistem sosial yang lebih besar.Robert K. Merton (1910-2003), sebagai murid Parsons, membawa perspektif yang lebih bernuansa ke teori fungsionalis. Ia mengkritik beberapa ide abstrak Parsons dan memperkenalkan konsep-konsep yang memungkinkan pemahaman yang lebih fleksibel dan realistis tentang bagaimana struktur sosial berfungsi. Merton membedakan antara fungsi manifes (konsekuensi yang disengaja dan diakui) dan fungsi laten (konsekuensi yang tidak disengaja dan tidak diakui). Ia juga menyoroti adanya disfungsi, yaitu konsekuensi negatif dari struktur atau tindakan sosial yang dapat mengganggu atau merusak keseimbangan masyarakat.
Sosiologi Kritis: Kontribusi C. Wright Mills
Meskipun teori-teori Marx kurang mendapat tempat dominan di Amerika Serikat dibandingkan fungsionalisme struktural, C. Wright Mills (1916-1962) berusaha memperkenalkan dan mempertahankan tradisi Marx di Amerika. Mills menerbitkan buku-buku yang mencerminkan sikap politiknya yang radikal, seperti White Collar (1951), sebuah kritik terhadap eksekutif dan pekerja, dan The Power Elite (1956), yang menguraikan bagaimana masyarakat Amerika didominasi oleh sekelompok elit yang terdiri dari pengusaha, politikus, dan pemimpin angkatan bersenjata. Kritik Mills mencapai puncaknya dengan penerbitan buku The Sociological Imagination (1959), di mana ia secara terang-terangan mengkritik "grand theory" Talcott Parsons. Meskipun Mills sering dipojokkan dalam sosiologi Amerika karena sikap radikalnya, ia berhasil meletakkan dasar bagi perkembangan teori konflik di Amerika Serikat.Fungsionalisme struktural, melalui Talcott Parsons dan Robert K. Merton, menjadi paradigma yang dominan dalam sosiologi Amerika selama beberapa dekade. Penekanannya pada tatanan dan stabilitas sosial sejalan dengan kebutuhan untuk memahami bagaimana masyarakat yang beragam dan berubah dengan cepat dapat mempertahankan kohesi. Namun, kemunculan sosiologi kritis melalui C. Wright Mills menunjukkan adanya kritik internal yang signifikan, menantang fokus fungsionalis pada konsensus dengan menyoroti ketidakseimbangan kekuasaan dan konflik kelas. Ketegangan ini mencerminkan perdebatan sosial dan politik yang lebih luas di Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-20. Hal ini menggambarkan dinamika yang kaya dalam sosiologi Amerika: tradisi dominan yang berfokus pada pemeliharaan sistem (fungsionalisme) berhadapan dengan tradisi kritis yang berfokus pada kekuasaan, ketidaksetaraan, dan perubahan sosial (teori konflik). Ini menunjukkan pluralisme teoritis yang menjadi ciri sosiologi Amerika.
Tabel berikut menyajikan perbandingan fokus dan karakteristik sosiologi di Eropa dan Amerika:
Perkembangan Sosiologi di Italia: Teori Elit dan Hegemoni Kultural
Sosiologi di Italia menyumbangkan perspektif yang khas, terutama melalui penekanannya pada teori elit dan konsep hegemoni kultural, yang menawarkan pandangan berbeda dari pemikiran sosiologis arus utama di Eropa dan Amerika.Vilfredo Pareto: Teori Elit dan Analisis Ekonomi-Sosial
Vilfredo Pareto (1848-1923) adalah seorang ekonom dan sosiolog Italia-Prancis yang dikenal karena teorinya tentang interaksi massa dan elit, serta penerapannya alat matematika pada analisis ekonomi. Minatnya pada analisis keseimbangan dalam ekonomi dan sosiologi dapat ditelusuri kembali ke tesis tekniknya. Meskipun tidak secara langsung mempromosikan temuannya, karyanya tentang distribusi kekayaan, khususnya "prinsip 80-20" (80% kekayaan dimiliki oleh 20% populasi), menjadi sangat berpengaruh dalam berbagai bidang.Pareto sangat mengkritik doktrin utama Karl Marx. Dalam pandangannya, penekanan Marxis pada perjuangan kelas proletariat-kapitalis terlalu sempit dan menyesatkan. Ia berpendapat bahwa sejarah dipenuhi dengan berbagai jenis konflik, dan perjuangan kelas hanyalah salah satu di antaranya, serta bukan yang paling penting secara historis. Pareto menyadari bahwa masyarakat tidak dapat sepenuhnya dipahami hanya melalui analisis ekonomi karena manusia tidak hanya dimotivasi oleh logika dan akal, tetapi juga oleh faktor emosional. Pemikiran ini menginspirasi pengembangan pemikiran "behavioralis" dalam ekonomi. Penting untuk dicatat bahwa analisis sosiologis Pareto sayangnya diadopsi oleh Benito Mussolini dalam pengembangan fasisme Italia, meskipun Pareto sendiri tidak mendukung fasisme maupun Marxisme. Fakta bahwa teori Pareto, terlepas dari niatnya, diadopsi oleh Benito Mussolini untuk membenarkan fasisme Italia merupakan poin krusial yang melampaui sekadar fakta historis. Hal ini menunjukkan risiko inheren dalam pengembangan teori sosial yang kuat: bahwa mereka dapat diinterpretasikan ulang dan disalahgunakan untuk tujuan politik yang tidak etis atau otoriter. Ini mengangkat pertanyaan etis yang mendalam bagi sosiolog dan ilmuwan sosial lainnya mengenai tanggung jawab mereka terhadap implikasi praktis dari teori-teori yang mereka kembangkan. Hal ini menekankan pentingnya konteks interpretasi dan penggunaan teori dalam ranah publik.
Gaetano Mosca: Teori Kelas Penguasa
Gaetano Mosca (1858-1933) adalah seorang profesor hukum konstitusional di Universitas Turin dan kemudian di Universitas Roma. Ia adalah tokoh penting dalam pengembangan teori elit. Mosca berpendapat bahwa dalam semua bentuk rezim politik, terlepas dari klaim ideologisnya, selalu ada kelompok kecil yang berkuasa, yang ia sebut "kelas penguasa". Menurut Mosca, setiap individu yang termasuk dalam kelas penguasa diasumsikan memiliki merit dan kualitas yang sangat dihargai dalam masyarakat di mana ia hidup, dan kualitas tersebut tidak dimiliki oleh semua orang. Ia juga membedakan antara tiga jenis negara: negara feodal, negara birokratis, dan negara kota, dan mengamati bahwa pembentukan kelompok kecil yang berkuasa adalah fenomena universal dalam semua otokrasi dan bentuk rezim politik.Antonio Gramsci: Neo-Marxisme dan Konsep Hegemoni
Antonio Gramsci (1891-1937) adalah seorang pemikir dan aktivis politik kiri Italia yang sangat kritis dan produktif. Ia dianggap sebagai salah satu pemikir orisinal utama dalam tradisi pemikiran Marxis. Gramsci dikenal sebagai penemu konsep "hegemoni budaya" sebagai cara untuk menjaga keberlangsungan negara dalam masyarakat kapitalis. Konsep ini merupakan kritik terhadap pemahaman Marxisme tradisional yang cenderung determinisme ekonomi dan fatalistik, menekankan pentingnya ide dan kepemimpinan moral-intelektual, bukan hanya kekuatan fisik, dalam kontrol sosial politik.Menurut Gramsci, penguasaan melalui hegemoni terjadi ketika yang dikuasai tidak hanya mematuhi penguasa, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai dan norma penguasa, serta memberikan persetujuan aktif atas subordinasi mereka. Ia menyebut hegemoni sebagai "organisasi konsensus" atau menguasai dengan "kepemimpinan moral dan intelektual" secara konsensual. Gramsci secara berlawanan mendudukkan hegemoni (penguasaan konsensual) sebagai bentuk supremasi yang berbeda dari dominasi (kekuasaan yang ditopang oleh kekuatan fisik). Ia berpendapat bahwa melalui hegemoni, penguasaan dapat dilakukan melalui penerapan ideologi sehingga peluang terjadinya konflik dapat dibatasi. Pemikiran Gramsci tentang hegemoni menjadi salah satu dasar bagi perintisan pedagogi kritis oleh Henry Armand Giroux dan memengaruhi pandangan Louis Althusser tentang ideologi. Konsepnya juga diterapkan dalam kajian budaya untuk memahami hubungan antara budaya, ideologi, dan kekuasaan. Ia juga mempelopori teori Neo-Marxisme, mengalihkan determinisme ekonomi ke teori-teori Marxisme yang lebih modern.
Sementara Karl Marx menekankan perjuangan kelas yang didasarkan pada kepemilikan ekonomi, sosiolog Italia seperti Pareto dan Mosca mengembangkan teori elit yang tidak hanya berakar pada ekonomi, melainkan juga pada aspek politik dan psikologis kekuasaan. Pareto bahkan secara eksplisit mengkritik fokus tunggal Marx pada konflik proletariat-kapitalis. Gramsci, meskipun seorang Marxis, secara radikal memperluas pemahaman kekuasaan dengan konsep hegemoni budaya, yang menekankan peran ideologi, kepemimpinan moral, dan konsensus dalam mempertahankan dominasi. Hal ini menunjukkan tradisi Italia yang unik dalam menganalisis kekuasaan dari berbagai dimensi, jauh melampaui determinisme ekonomi. Kontribusi Italia ini sangat penting untuk memahami bagaimana kekuasaan dipertahankan dalam masyarakat modern, tidak hanya melalui paksaan atau kontrol ekonomi, tetapi juga melalui pembentukan konsensus dan internalisasi nilai-nilai dominan. Ini memberikan kerangka yang lebih canggih untuk analisis sosial.
Perkembangan Sosiologi di Indonesia: Dari Kearifan Lokal hingga Disiplin Modern
Perjalanan sosiologi di Indonesia memiliki lintasan yang unik, dari keberadaan awalnya dalam kearifan tradisional hingga pembentukan formalnya sebagai disiplin ilmu dan adaptasinya dalam konteks lokal.Unsur Sosiologis dalam Pemikiran Pra-Kemerdekaan (Wulang Reh, Taman Siswa)
Perkembangan sosiologi di Indonesia memiliki akar yang panjang, jauh sebelum menjadi disiplin ilmu formal yang dikenal secara akademis. Pada masa Sri Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta, terdapat ajaran Wulang Reh yang mengajarkan tentang tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan berbeda (intergroup relation). Ajaran ini mengandung banyak aspek sosiologi, khususnya dalam bidang hubungan antar golongan. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, juga telah menyumbangkan unsur-unsur sosiologi dalam konsep-konsepnya tentang kekeluargaan dan kepemimpinan. Praktik dari ajaran ini diterapkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa, melibatkan murid dalam proses pembelajaran sosiologis.Pada masa ini, sosiologi belum dianggap sebagai ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanya sebatas ilmu pembantu untuk ilmu pengetahuan lainnya. Karya-karya orang Belanda, seperti tulisan ter Haar dan Duyvendak, yang mencakup unsur-unsur sosiologis, kala itu dikupas secara ilmiah dari aspek nonsosiologis dan belum menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sebelum Perang Dunia Kedua, Indonesia hanya memiliki Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta sebagai satu-satunya lembaga perguruan tinggi yang memberikan kuliah sosiologi. Namun, karena belum ada spesialisasi sosiologi baik di Indonesia maupun di Belanda, para pengajar kala itu tidak berasal dari latar belakang sosiologi, dan teori yang diajarkan bersifat filsafat sosial dan teoretis, berdasarkan buku-buku karya Leopold von Wiese, Bierens de Haan, dan sebagainya. Kuliah sosiologi di sekolah tersebut bahkan sempat ditiadakan pada 1934 hingga 1935, karena pandangan bahwa pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat tidak diperlukan dalam hubungan dengan pelajaran hukum positif.
Data yang ada menunjukkan bahwa unsur-unsur sosiologis sudah terwujud dalam kearifan lokal Indonesia, seperti ajaran Wulang Reh dan konsep Taman Siswa, jauh sebelum sosiologi secara formal diperkenalkan sebagai disiplin ilmu. Namun, formalisasi akademisnya baru benar-benar terjadi secara signifikan setelah kemerdekaan, dan bahkan sempat mengalami penolakan di masa pra-kemerdekaan. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun sosiologi sebagai ilmu Barat datang terlambat, terdapat "imajinasi sosiologis" pribumi yang sudah tertanam dalam praktik budaya dan filosofi lokal. Ini menantang pandangan Eurosentris tentang asal-usul sosiologi, menunjukkan bahwa pemikiran proto-sosiologis dapat muncul secara independen dalam konteks budaya yang beragam, meskipun tidak diformalkan sebagai disiplin akademis. Hal ini menekankan pentingnya mengakui dan mengintegrasikan sistem pengetahuan lokal dalam sejarah sosiologi global.
Formalisasi Sosiologi Pasca-Kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, sosiologi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan.28 Pada tahun 1948, seorang sarjana Indonesia, Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya memberikan kuliah sosiologi berbahasa Indonesia di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta (yang kemudian diubah namanya menjadi Universitas Gadjah Mada). Peristiwa ini menandai titik balik penting dalam formalisasi dan pengakuan sosiologi di bidang akademisi Indonesia.Dengan dibukanya kesempatan bagi para sarjana dan mahasiswa Indonesia untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950-an, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam pengetahuannya tentang sosiologi, bahkan ada di antaranya yang mengkhususkan diri dalam sosiologi. Ini tidak hanya menjadi dorongan untuk berkembangnya dan meluasnya ilmu sosiologi, tetapi sekaligus membawa perubahan dalam sifat sosiologi di Indonesia. Publikasi buku-buku sosiologi berbahasa Indonesia mulai muncul sejak satu tahun setelah pecahnya revolusi fisik, seperti Sosiologi Indonesia oleh Djody Gondokusumo yang memuat pengertian elementer sosiologi yang teoritis dan filosofis. Kemudian, buku karangan Hassan Shadily berjudul Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia menjadi buku pelajaran pertama berbahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi modern.
Tokoh-tokoh Penting dan Kontribusinya (Selo Soemardjan, Koentjaraningrat)
Selo Soemardjan (1915-2003) dikenal sebagai akademisi senior sosiologi di Universitas Indonesia dan dijuluki "Pioneer of Indonesian Social Sciences". Beliau menulis buku Social Changes in Yogyakarta (1962) dan bersama Soelaeman Soemardi menghimpun bagian-bagian terpenting dari beberapa buku teks ilmu sosiologi berbahasa Inggris yang disertai pengantar ringkas dalam Bahasa Indonesia, dirangkum dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi.Koentjaraningrat (1923-1999), meskipun lebih dikenal sebagai "Bapak Antropologi Indonesia," berperan besar dalam mendeskripsikan sejarah dan kebudayaan Indonesia, serta membangun dan mengembangkan pendidikan ilmu antropologi di berbagai universitas di Indonesia. Karyanya mencakup hubungan antara antropologi sosial dan sosiologi, menunjukkan interkoneksi dan kolaborasi antar disiplin ilmu sosial di Indonesia dalam memahami masyarakat.
Adaptasi Sosiologi dalam Konteks Sosial Budaya Lokal
Meskipun sosiologi sebagai ilmu formal berasal dari Barat, perkembangannya di Indonesia melibatkan proses adaptasi yang signifikan dengan konteks sosial budaya lokal yang majemuk. Awalnya, penelitian sosiologi di Indonesia belum mendapat perhatian yang sewajarnya karena keragaman masyarakat Indonesia dan anggapan bahwa sosiologi sulit diterapkan secara umum pada masyarakat majemuk yang mencakup beratus suku. Hal ini menunjukkan tantangan awal dalam mengadaptasi dan menerapkan teori sosiologi Barat secara langsung.Konsep-konsep seperti "adaptasi sosial budaya" menjadi sangat relevan dalam studi interaksi di masyarakat majemuk Indonesia, misalnya dalam konteks pendidikan (siswa Papua yang beradaptasi di Jawa) atau pariwisata (interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan asing). Perubahan sosial budaya pasca-kemerdekaan di Indonesia, seperti tidak adanya pembedaan kelas sosial berdasarkan keturunan, agama, atau ras, menunjukkan relevansi sosiologi dalam menganalisis transformasi masyarakat lokal dan bagaimana ilmu ini dapat digunakan untuk memahami dinamika internal.
Setelah kemerdekaan, meskipun sosiologi diperkenalkan dan berkembang, terdapat pengakuan bahwa penelitian sosiologi belum mendapat perhatian yang layak karena keragaman masyarakat Indonesia dan anggapan bahwa teori sosiologi sulit diterapkan secara umum pada masyarakat majemuk yang mencakup ratusan suku. Ini menunjukkan ketegangan antara klaim universalistik teori sosiologi Barat dan realitas yang spesifik dan bernuansa dari struktur sosial Indonesia. Kebutuhan akan adaptasi sosiologi dengan konteks sosial budaya lokal menjadi sangat penting. Hal ini menggarisbawahi tantangan yang berkelanjutan bagi sosiologi di konteks non-Barat: bagaimana mengintegrasikan kerangka kerja teoritis yang diakui secara global dengan realitas empiris yang relevan secara lokal dan kekhasan budaya, bergerak melampaui sekadar aplikasi menuju adaptasi dan pengembangan teoritis yang berakar pada pengalaman lokal.
Dampak dan Peran Sosiologi: Kontribusi terhadap Pemahaman Masyarakat dan Kebijakan Publik
Sosiologi telah berkembang melampaui ranah akademis murni menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami dan membentuk masyarakat. Disiplin ini memiliki peran krusial dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika masyarakat, yang dapat menjadi dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan yang efektif.Peran Sosiologi dalam Analisis Sosial dan Pembangunan
Dalam konteks pembangunan, sosiologi berperan penting dalam memberikan pemahaman tentang struktur sosial, pola interaksi, nilai-nilai budaya, dan berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya yang perlu dipertimbangkan secara cermat dalam merencanakan dan melaksanakan program-program pembangunan.Pada tahap perencanaan pembangunan, sosiologi membantu mengidentifikasi kebutuhan riil masyarakat melalui penelitian dan analisis sosial yang mendalam. Ini mencakup analisis struktur sosial, prediksi kemungkinan dampak sosial dari suatu program pembangunan, dan perumusan kebijakan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Sosiologi juga membantu dalam penentuan prioritas pembangunan berdasarkan urgensi kebutuhan dan potensi dampak sosial.
Pada tahap pelaksanaan pembangunan, sosiologi memfasilitasi partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan, mengidentifikasi dan mengelola konflik kepentingan antar kelompok masyarakat, membantu adaptasi program agar sesuai dengan kondisi lapangan, dan merancang program pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial budaya setempat.
Pada tahap penilaian pembangunan, sosiologi berperan dalam menganalisis efek atau dampak sosial dari pembangunan yang telah dilaksanakan, memastikan bahwa program mencapai tujuannya dan tidak menimbulkan konsekuensi negatif yang tidak diinginkan.
Sosiologi berfungsi untuk pembangunan di berbagai sektor, seperti pembangunan ekonomi (memastikan pembangunan tidak merugikan kelompok tertentu, contoh ojek online vs. tukang becak), pembangunan hukum (fokus pada kesetaraan dan keadilan, contoh perkembangan hukum terkait ujaran kebencian), pembangunan pendidikan (implikasi dan akibat sosial dari pendidikan, contoh sistem zonasi), pembangunan pertanian (mendorong petani tradisional ke modernisasi), dan pembangunan sosial (merancang kebijakan sosial seperti Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar).
Sosiologi sebagai Konsultan Kebijakan
Sosiologi berperan penting sebagai konsultan dalam perumusan dan evaluasi kebijakan publik. Ini melibatkan penyediaan data dan analisis sosial yang akurat untuk pengambilan keputusan, evaluasi dampak sosial dari kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan, identifikasi kebutuhan dan aspirasi berbagai kelompok masyarakat, serta membantu merumuskan kebijakan yang responsif terhadap perubahan sosial yang terjadi. Secara fundamental, fungsi sosiologi sebagai konsultan kebijakan adalah memberikan arahan, nasihat, atau bimbingan yang berbasis bukti untuk membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih maju dan mengalami peningkatan. Di Indonesia, peran sosiologi dalam kebijakan publik dapat dilihat dalam perancangan program-program seperti Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar, yang merupakan hasil dari pemahaman sosiologis tentang kebutuhan dan dinamika masyarakat.Sejarah awal sosiologi menunjukkan kelahirannya dari kebutuhan untuk memahami dan mengatasi masalah sosial pasca-revolusi. Peran sosiologi dalam analisis sosial dan pembangunan menunjukkan bagaimana pemahaman teoritis ini bertransisi menjadi utilitas praktis bagi pembuat kebijakan dan praktisi pembangunan. Ini bukan hanya tentang akumulasi pengetahuan, tetapi tentang penerapan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan kondisi sosial. Penyebutan eksplisit "konsultan kebijakan" dan peran dalam "pembangunan" menyoroti transisi ini dari pengejaran akademis murni ke alat vital untuk tata kelola dan peningkatan masyarakat. Hal ini memperkuat gagasan bahwa sosiologi adalah disiplin ilmu yang secara inheren terlibat, dengan potensi kuat untuk dampak di dunia nyata, bergerak melampaui teori abstrak ke intervensi konkret. Nilainya terletak pada kemampuannya untuk menjembatani penelitian akademis dengan kebutuhan kebijakan praktis.
Fungsi sosiologi dalam pembangunan dijelaskan terjadi di berbagai tahap: perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Ini menunjukkan proses yang berulang di mana penelitian sosiologis menginformasikan kebijakan, kebijakan diimplementasikan, dan kemudian analisis sosiologis mengevaluasi dampaknya, yang mengarah pada penyesuaian lebih lanjut atau kebijakan baru. Hal ini menyiratkan lingkaran umpan balik yang berkelanjutan antara penyelidikan akademis dan manajemen masyarakat praktis. Ini menyoroti peran sosiologi bukan hanya sebagai kumpulan pengetahuan statis tetapi sebagai proses dinamis yang tertanam dalam upaya berkelanjutan perubahan sosial dan tata kelola, terus-menerus beradaptasi dan memberikan wawasan untuk masyarakat yang berkembang.
Kesimpulan
Sosiologi lahir sebagai respons terhadap krisis sosial dan intelektual yang mendalam di Eropa abad ke-19, terutama dipicu oleh Revolusi Industri dan Revolusi Prancis. Auguste Comte, dengan konsep positivisme dan hukum tiga tahapnya, mempelopori disiplin ini sebagai upaya ilmiah untuk memahami dan mengarahkan perubahan sosial.Perkembangan sosiologi di Eropa diperkaya oleh kontribusi para pemikir klasik seperti Karl Marx, Émile Durkheim, dan Max Weber, yang menawarkan perspektif beragam tentang struktur sosial, konflik kelas, solidaritas, tindakan sosial, dan rasionalisasi. Masing-masing memberikan kerangka teoritis fundamental yang terus memengaruhi pemikiran sosiologis hingga saat ini.
Di Amerika Serikat, sosiologi mengambil jalur yang lebih pragmatis dan empiris, dengan fokus kuat pada studi urban melalui Mazhab Chicago. Mazhab ini memelopori metode penelitian kualitatif dan konsep-konsep seperti ekologi manusia dan interaksionisme simbolik. Selanjutnya, fungsionalisme struktural yang dikembangkan oleh Talcott Parsons dan Robert K. Merton mendominasi pemikiran sosiologis Amerika, meskipun kemudian ditantang oleh sosiologi kritis yang dipelopori oleh C. Wright Mills.
Sosiologi di Italia menyumbangkan perspektif unik melalui teori elit yang dikembangkan oleh Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca, yang memperluas pemahaman tentang kekuasaan di luar dimensi ekonomi. Kontribusi paling signifikan datang dari Antonio Gramsci dengan konsep hegemoni kulturalnya, yang menjelaskan bagaimana kekuasaan dipertahankan melalui konsensus dan kepemimpinan moral-intelektual, bukan hanya paksaan.
Di Indonesia, sosiologi memiliki akar yang dalam dalam kearifan lokal pra-kemerdekaan, seperti ajaran Wulang Reh dan konsep Taman Siswa. Formalisasi sosiologi sebagai disiplin akademis baru terjadi secara signifikan setelah kemerdekaan, dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Soenario Kolopaking, Selo Soemardjan, dan Koentjaraningrat. Perkembangan ini melibatkan upaya adaptasi teori sosiologi Barat dengan konteks sosial budaya lokal yang sangat majemuk.
Secara keseluruhan, sosiologi telah berkembang menjadi disiplin ilmu yang krusial dalam memahami dinamika masyarakat, menganalisis masalah sosial, dan memberikan masukan penting untuk perumusan kebijakan publik serta program pembangunan di berbagai belahan dunia. Perjalanan sosiologi mencerminkan respons intelektual terhadap perubahan sosial yang kompleks dan terus-menerus beradaptasi untuk relevan dengan tantangan kontemporer.
Karya yang dikutip
1. Apa Konteks sosiohistoris dan pengaruh intelektual kemunculan Sosiologi ? - Quora, diakses Juli 11, 2025, https://id.quora.com/Apa-Konteks-sosiohistoris-dan-pengaruh-intelektual-kemunculan-Sosiologi
2. Latar Belakang Peristiwa Lahirnya Sosiologi di Eropa Abad ke-19 - detikcom, diakses Juli 11, 2025, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5826541/latar-belakang-peristiwa-lahirnya-sosiologi-di-eropa-abad-ke-19
3. Ringkasan Sejarah Perkembangan Sosiologi di Eropa - Gramedia, diakses Juli 11, 2025, https://www.gramedia.com/literasi/ringkasan-sejarah-perkembangan-sosiologi-di-eropa/
4. Kontribusi Pemikiran Auguste Comte (Positivisme) Terhadap Dasar Pengembangan Ilmu Dakwah | Hasanah | Al-I'lam: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, diakses Juli 11, 2025, https://journal.ummat.ac.id/index.php/jail/article/view/1261/0
5. Kontribusi Pemikiran Auguste Comte (Positivisme) Terhadap Dasar Pengembangan Ilmu Dakwah - ResearchGate, diakses Juli 11, 2025, https://www.researchgate.net/publication/337699484_Kontribusi_Pemikiran_Auguste_Comte_Positivisme_Terhadap_Dasar_Pengembangan_Ilmu_Dakwah/fulltext/5de5d0b9299bf10bc33a78f4/Kontribusi-Pemikiran-Auguste-Comte-Positivisme-Terhadap-Dasar-Pengembangan-Ilmu-Dakwah.pdf
6. Karl Marx Sociologist: Contributions and Theory - Simply Psychology, diakses Juli 11, 2025, https://www.simplypsychology.org/sociological-theories-of-karl-marx.html
7. Marxism - Wikipedia, diakses Juli 11, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Marxism
8. Durkheim, Emile | Internet Encyclopedia of Philosophy, diakses Juli 11, 2025, https://iep.utm.edu/emile-durkheim/
9. Teori Emile Durkheim: Pemikiran-Pemikiran Bapak Sosiologi Modern - Gramedia, diakses Juli 11, 2025, https://www.gramedia.com/literasi/teori-emile-durkheim/
10. www.britannica.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.britannica.com/biography/Max-Weber-German-sociologist#:~:text=Max%20Weber%20(born%20April%2021,for%20his%20ideas%20on%20bureaucracy.
11. www.britannica.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.britannica.com/biography/Herbert-Spencer#:~:text=Herbert%20Spencer%20(born%20April%2027,over%20society%20and%20of%20science
12. Spencer, Herbert - Internet Encyclopedia of Philosophy, diakses Juli 11, 2025, https://iep.utm.edu/spencer/
13. sejarah perkembangan pemikiran bangsa amerika - Neliti, diakses Juli 11, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/99343-ID-sejarah-perkembangan-pemikiran-bangsa-am.pdf
14. Chicago school (sociology) - Wikipedia, diakses Juli 11, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Chicago_school_(sociology)
15. The Chicago School of Sociology: An Overview, diakses Juli 11, 2025, https://easysociology.com/sociological-perspectives/the-chicago-school-of-sociology-an-overview/
16. Perbedaan Antara Sosiologi Amerika dan Sosiologi Eropa - RRI, diakses Juli 11, 2025, https://www.rri.co.id/bukittinggi/lain-lain/1193754/perbedaan-antara-sosiologi-amerika-dan-sosiologi-eropa
17. Advancements in Functionalism: Parsons and Merton's Contributions - Sociology Institute, diakses Juli 11, 2025, https://sociology.institute/introduction-to-sociology/advancements-functionalism-parsons-merton-contributions/
18. Review Teori Sosiologi Tentang Teori Structural Fungsional Amerika Serikat Oleh Robert K, diakses Juli 11, 2025, https://id.scribd.com/document/534711418/Review-Teori-Sosiologi-Tentang-Teori-Structural-Fungsional-Amerika-Serikat-Oleh-Robert-k
19. Sociology 319 – Contemporary Social Theories - University of Regina, diakses Juli 11, 2025, https://uregina.ca/~gingrich/319j2306.htm
20. TEORI SOSIOLOGI MODERN - Repository IFTK Ledalero, diakses Juli 11, 2025, http://repository.iftkledalero.ac.id/309/1/Teori%20Sosiologi%20Modern.pdf
21. www.britannica.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.britannica.com/money/Vilfredo-Pareto#:~:text=Vilfredo%20Pareto%20(born%20July%2015,of%20mathematics%20to%20economic%20analysis.
22. Vilfredo Pareto - New World Encyclopedia, diakses Juli 11, 2025, https://www.newworldencyclopedia.org/entry/Vilfredo_Pareto
23. Gaetano Mosca and the Theory of the Ruling Class | Cairn.info, diakses Juli 11, 2025, https://shs.cairn.info/on-mosca-and-pareto--9782600040662-page-11?lang=en
24. Antonio Gramsci - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juli 11, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Antonio_Gramsci
25. Hegemoni Menurut Antonio Gramsci - JurnalPost, diakses Juli 11, 2025, https://jurnalpost.com/hegemoni-menurut-antonio-gramsci/59421/
26. PEMIKIRAN HEGEMONI ANTONIO GRAMSCI (1891- 1937) DI ITALIA, diakses Juli 11, 2025, https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/yaqhzan/article/download/5482/2544
27. Perkembangan sosiologi di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juli 11, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_sosiologi_di_Indonesia
28. Perkembangan Sosiologi di Indonesia dari Masa ke Masa | kumparan.com, diakses Juli 11, 2025, https://kumparan.com/berita-hari-ini/perkembangan-sosiologi-di-indonesia-dari-masa-ke-masa-1zIqBuawf8b
29. Pada masa sebelum kemerdekaan, Indonesia secara formal belum mengenal sosiologi. Namun, beberapa - Mas Dayat, diakses Juli 11, 2025, https://www.masdayat.net/2023/05/pada-masa-sebelum-kemerdekaan-indonesia.html
30. Perkembangan Sosiologi Sesudah Perang Dunia Ke2 | PDF - Scribd, diakses Juli 11, 2025, https://id.scribd.com/doc/313631122/Perkembangan-Sosiologi-Sesudah-Perang-Dunia-Ke2
31. en.wikipedia.org, diakses Juli 11, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Selo_Soemardjan#:~:text=Selo%20Soemardjan%20(May%2023%2C%201915,Pioneer%20of%20Indonesian%20Social%20Sciences.
32. Koentjaraningrat | S1 | Terakreditasi | Universitas STEKOM Semarang, diakses Juli 11, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Koentjaraningrat
33. KOENTJARANINGRAT: Bapak Antropologi Indonesia-Membangun Antropologi di Indonesia | UGM PRESS - Badan Penerbit dan Publikasi Universitas Gadjah Mada, diakses Juli 11, 2025, https://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/budaya/koentjaraningrat-bapak-antropologi-indonesia-membangun-antropologi-di-indonesia
34. ADAPTASI SOSIAL BUDAYA SISWA ASAL PAPUA (Studi pada Peserta Program Afirmasi Pendidikan Menengah di SMA Negeri 3 Purwokerto), diakses Juli 11, 2025, http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1811791&val=10311&title=Adaptasi%20Sosial%20Budaya%20Siswa%20Asal%20Papua
35. ADAPTASI KULTURAL MASYARAKAT LOKAL TERHADAP BUDAYA ASING (Studi Kasus di Desa Maudil, Kecamatan Teupah Barat, Kabupaten Simeulue, diakses Juli 11, 2025, https://repository.ar-raniry.ac.id/8906/1/RETI%20SUFARNI.pdf
36. Apa Saja Perubahan Sosial Budaya Pasca Proklamasi Kemerdekaan? Ini Penjelasannya, diakses Juli 11, 2025, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5832919/apa-saja-perubahan-sosial-budaya-pasca-proklamasi-kemerdekaan-ini-penjelasannya
37. Fungsi dan Peran Sosiologi dalam Kehidupan Masyarakat - Feeds Liputan6.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.liputan6.com/feeds/read/5848198/fungsi-dan-peran-sosiologi-dalam-kehidupan-masyarakat
38. Fungsi Sosiologi dalam Pembangunan, Peran Penting Ilmu Sosial untuk Kemajuan Masyarakat - Feeds Liputan6.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.liputan6.com/feeds/read/5847467/fungsi-sosiologi-dalam-pembangunan-peran-penting-ilmu-sosial-untuk-kemajuan-masyarakat
39. 6 Fungsi Sosiologi untuk Pembangunan, Apa Saja? | kumparan.com, diakses Juli 11, 2025, https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/6-fungsi-sosiologi-untuk-pembangunan-apa-saja-2184wGC1w9D
40. Fungsi Sosiologi sebagai Konsultan Kebijakan dalam Masyarakat | kumparan.com, diakses Juli 11, 2025, https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/fungsi-sosiologi-sebagai-konsultan-kebijakan-dalam-masyarakat-218WTqSyh2J
1. Apa Konteks sosiohistoris dan pengaruh intelektual kemunculan Sosiologi ? - Quora, diakses Juli 11, 2025, https://id.quora.com/Apa-Konteks-sosiohistoris-dan-pengaruh-intelektual-kemunculan-Sosiologi
2. Latar Belakang Peristiwa Lahirnya Sosiologi di Eropa Abad ke-19 - detikcom, diakses Juli 11, 2025, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5826541/latar-belakang-peristiwa-lahirnya-sosiologi-di-eropa-abad-ke-19
3. Ringkasan Sejarah Perkembangan Sosiologi di Eropa - Gramedia, diakses Juli 11, 2025, https://www.gramedia.com/literasi/ringkasan-sejarah-perkembangan-sosiologi-di-eropa/
4. Kontribusi Pemikiran Auguste Comte (Positivisme) Terhadap Dasar Pengembangan Ilmu Dakwah | Hasanah | Al-I'lam: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, diakses Juli 11, 2025, https://journal.ummat.ac.id/index.php/jail/article/view/1261/0
5. Kontribusi Pemikiran Auguste Comte (Positivisme) Terhadap Dasar Pengembangan Ilmu Dakwah - ResearchGate, diakses Juli 11, 2025, https://www.researchgate.net/publication/337699484_Kontribusi_Pemikiran_Auguste_Comte_Positivisme_Terhadap_Dasar_Pengembangan_Ilmu_Dakwah/fulltext/5de5d0b9299bf10bc33a78f4/Kontribusi-Pemikiran-Auguste-Comte-Positivisme-Terhadap-Dasar-Pengembangan-Ilmu-Dakwah.pdf
6. Karl Marx Sociologist: Contributions and Theory - Simply Psychology, diakses Juli 11, 2025, https://www.simplypsychology.org/sociological-theories-of-karl-marx.html
7. Marxism - Wikipedia, diakses Juli 11, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Marxism
8. Durkheim, Emile | Internet Encyclopedia of Philosophy, diakses Juli 11, 2025, https://iep.utm.edu/emile-durkheim/
9. Teori Emile Durkheim: Pemikiran-Pemikiran Bapak Sosiologi Modern - Gramedia, diakses Juli 11, 2025, https://www.gramedia.com/literasi/teori-emile-durkheim/
10. www.britannica.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.britannica.com/biography/Max-Weber-German-sociologist#:~:text=Max%20Weber%20(born%20April%2021,for%20his%20ideas%20on%20bureaucracy.
11. www.britannica.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.britannica.com/biography/Herbert-Spencer#:~:text=Herbert%20Spencer%20(born%20April%2027,over%20society%20and%20of%20science
12. Spencer, Herbert - Internet Encyclopedia of Philosophy, diakses Juli 11, 2025, https://iep.utm.edu/spencer/
13. sejarah perkembangan pemikiran bangsa amerika - Neliti, diakses Juli 11, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/99343-ID-sejarah-perkembangan-pemikiran-bangsa-am.pdf
14. Chicago school (sociology) - Wikipedia, diakses Juli 11, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Chicago_school_(sociology)
15. The Chicago School of Sociology: An Overview, diakses Juli 11, 2025, https://easysociology.com/sociological-perspectives/the-chicago-school-of-sociology-an-overview/
16. Perbedaan Antara Sosiologi Amerika dan Sosiologi Eropa - RRI, diakses Juli 11, 2025, https://www.rri.co.id/bukittinggi/lain-lain/1193754/perbedaan-antara-sosiologi-amerika-dan-sosiologi-eropa
17. Advancements in Functionalism: Parsons and Merton's Contributions - Sociology Institute, diakses Juli 11, 2025, https://sociology.institute/introduction-to-sociology/advancements-functionalism-parsons-merton-contributions/
18. Review Teori Sosiologi Tentang Teori Structural Fungsional Amerika Serikat Oleh Robert K, diakses Juli 11, 2025, https://id.scribd.com/document/534711418/Review-Teori-Sosiologi-Tentang-Teori-Structural-Fungsional-Amerika-Serikat-Oleh-Robert-k
19. Sociology 319 – Contemporary Social Theories - University of Regina, diakses Juli 11, 2025, https://uregina.ca/~gingrich/319j2306.htm
20. TEORI SOSIOLOGI MODERN - Repository IFTK Ledalero, diakses Juli 11, 2025, http://repository.iftkledalero.ac.id/309/1/Teori%20Sosiologi%20Modern.pdf
21. www.britannica.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.britannica.com/money/Vilfredo-Pareto#:~:text=Vilfredo%20Pareto%20(born%20July%2015,of%20mathematics%20to%20economic%20analysis.
22. Vilfredo Pareto - New World Encyclopedia, diakses Juli 11, 2025, https://www.newworldencyclopedia.org/entry/Vilfredo_Pareto
23. Gaetano Mosca and the Theory of the Ruling Class | Cairn.info, diakses Juli 11, 2025, https://shs.cairn.info/on-mosca-and-pareto--9782600040662-page-11?lang=en
24. Antonio Gramsci - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juli 11, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Antonio_Gramsci
25. Hegemoni Menurut Antonio Gramsci - JurnalPost, diakses Juli 11, 2025, https://jurnalpost.com/hegemoni-menurut-antonio-gramsci/59421/
26. PEMIKIRAN HEGEMONI ANTONIO GRAMSCI (1891- 1937) DI ITALIA, diakses Juli 11, 2025, https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/yaqhzan/article/download/5482/2544
27. Perkembangan sosiologi di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juli 11, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_sosiologi_di_Indonesia
28. Perkembangan Sosiologi di Indonesia dari Masa ke Masa | kumparan.com, diakses Juli 11, 2025, https://kumparan.com/berita-hari-ini/perkembangan-sosiologi-di-indonesia-dari-masa-ke-masa-1zIqBuawf8b
29. Pada masa sebelum kemerdekaan, Indonesia secara formal belum mengenal sosiologi. Namun, beberapa - Mas Dayat, diakses Juli 11, 2025, https://www.masdayat.net/2023/05/pada-masa-sebelum-kemerdekaan-indonesia.html
30. Perkembangan Sosiologi Sesudah Perang Dunia Ke2 | PDF - Scribd, diakses Juli 11, 2025, https://id.scribd.com/doc/313631122/Perkembangan-Sosiologi-Sesudah-Perang-Dunia-Ke2
31. en.wikipedia.org, diakses Juli 11, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Selo_Soemardjan#:~:text=Selo%20Soemardjan%20(May%2023%2C%201915,Pioneer%20of%20Indonesian%20Social%20Sciences.
32. Koentjaraningrat | S1 | Terakreditasi | Universitas STEKOM Semarang, diakses Juli 11, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Koentjaraningrat
33. KOENTJARANINGRAT: Bapak Antropologi Indonesia-Membangun Antropologi di Indonesia | UGM PRESS - Badan Penerbit dan Publikasi Universitas Gadjah Mada, diakses Juli 11, 2025, https://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/budaya/koentjaraningrat-bapak-antropologi-indonesia-membangun-antropologi-di-indonesia
34. ADAPTASI SOSIAL BUDAYA SISWA ASAL PAPUA (Studi pada Peserta Program Afirmasi Pendidikan Menengah di SMA Negeri 3 Purwokerto), diakses Juli 11, 2025, http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1811791&val=10311&title=Adaptasi%20Sosial%20Budaya%20Siswa%20Asal%20Papua
35. ADAPTASI KULTURAL MASYARAKAT LOKAL TERHADAP BUDAYA ASING (Studi Kasus di Desa Maudil, Kecamatan Teupah Barat, Kabupaten Simeulue, diakses Juli 11, 2025, https://repository.ar-raniry.ac.id/8906/1/RETI%20SUFARNI.pdf
36. Apa Saja Perubahan Sosial Budaya Pasca Proklamasi Kemerdekaan? Ini Penjelasannya, diakses Juli 11, 2025, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5832919/apa-saja-perubahan-sosial-budaya-pasca-proklamasi-kemerdekaan-ini-penjelasannya
37. Fungsi dan Peran Sosiologi dalam Kehidupan Masyarakat - Feeds Liputan6.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.liputan6.com/feeds/read/5848198/fungsi-dan-peran-sosiologi-dalam-kehidupan-masyarakat
38. Fungsi Sosiologi dalam Pembangunan, Peran Penting Ilmu Sosial untuk Kemajuan Masyarakat - Feeds Liputan6.com, diakses Juli 11, 2025, https://www.liputan6.com/feeds/read/5847467/fungsi-sosiologi-dalam-pembangunan-peran-penting-ilmu-sosial-untuk-kemajuan-masyarakat
39. 6 Fungsi Sosiologi untuk Pembangunan, Apa Saja? | kumparan.com, diakses Juli 11, 2025, https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/6-fungsi-sosiologi-untuk-pembangunan-apa-saja-2184wGC1w9D
40. Fungsi Sosiologi sebagai Konsultan Kebijakan dalam Masyarakat | kumparan.com, diakses Juli 11, 2025, https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/fungsi-sosiologi-sebagai-konsultan-kebijakan-dalam-masyarakat-218WTqSyh2J



Post a Comment