Kegunaan Sosiologi dalam Pembangunan

Kegunaan Sosiologi dalam Pembangunan
Kegunaan Sosiologi
Pada masa perkembangan masyarakat dewasa ini, tampaknya konsep pembangunan sudah merupakan ideologi yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam upaya mengejar pertumbuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam suatu proses pembangunan itu perlu adanya kemauan keras serta kemampuan untuk memanfaatkan potensi-potensi yang tersedia dalam masyarakat untuk keperluan pembangunan. Berbagai perencanaan perlu disusun dan digelar dalam rangka menghimpun kekuatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa suatu proses pembangunan biasanya dikaitkan dengan pandangan yang optimis, yang berwujud dalam usaha-usaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih daripada apa yang telah dicapai.

Di dalam mencapai taraf hidup tadi, maka dapat ditempuh cara-cara sebagai berikut:
1. Struktural (perencanaan, pembentukan dan evaluasi lembaga kemasyarakatan, prosedurnya serta pembangunan secara kebendaan)
2. Spiritual (pembentukan watak dan pendidikan di dalam penggunaan cara-cara berpikir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi), atau dua-duanya

Fokus utama yang menjadi prioritas dalam pembangunan adalah usaha untuk mencapai perbaikan ekonomi dan cara berpikir masyarakat yang tidak hanya terbatas pada golongan elite saja, melainkan secara menyeluruh dan merata sampai pada lapisan terbawah.

Secara sosiologis, wujud hasil pembangunan itu hendaknya dapat diperlihatkan dan mengutamakan peruntukkannya bagi masyarakat; terutama sekali bagi masyarakat miskin. Pembangunan semacam ini biasanya secara nyata diwujudkan dalam kegiatan memberikan perlengkapan hidup material, seperti pangan, pakaian, kesehatan, pendidikan, dan meningkatkan keamanan masyarakat. Dengan kata lain bahwa pelaksanaan pembangunan itu ditujukan pada pemberantasan terhadap indikator-indikator kemiskinan yang biasanya banyak melanda negara-negara yang sedang berkembang. Salah satu contoh dalam rangka upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja; bukan berarti bahwa manusia harus bekerja keras tanpa memperhatikan peningkatan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja. Sesuatu yang ironis, jika hendak meningkatkan hasil tangkapan ikan, sedangkan kesehatan, pendidikan dan pendapatan nelayan sendiri tidak diperhatikan. Untuk mewujudkan itu semua, maka pemikiran-pemikiran ilmiah khususnya metode analisis sosiologis yang kira-kira lebih memadai sangat diperlukan dalam proses pembangunan tersebut.

Kepekaan dan kemajuan pemikiran sosiologis telah dapat dikategorikan sebagai arus utama dalam upaya membuka tabir suatu perspektif kehidupan masyarakat dan negara yang berdiri sendiri. Prosedur penelitian kuantitatif dan kualitatif yang merupakan pemikiran gabungan paling maju yang ada pada disiplin sosiologi; ini banyak diperlukan untuk menuntun proses pembangunan agar dapat lebih objektif dan efisien. Menurut Soerjono, kegunaan sosiologi bagi pembangunan dapat diidentifikasi beberapa hal. Pada tahap perencanaan, maka sosiologi dapat berguna di dalam mengadakan identifikasi-identifikasi terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial, pusat perhatian sosial, stratifikasi sosial, pusat-pusat kekuasaan serta sistem dan saluran-saluran komunikasi sosial. Pada tahap selanjutnya, yaitu pada taraf pelaksanaan, maka sosiologi dapat berguna untuk mengadakan identifikasi terhadap kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat serta mengamat-amati proses perubahan sosial yang terjadi. Pada taraf evaluasi dapat diadakan suatu analisis terhadap efek-efek sosial dari pembangunan tersebut.

Pembangunan menurut konsep sosiologis adalah proses peningkatan taraf hidup masyarakat yang didasarkan pada realitas sosial; mungkin cara ini akan paling baik daripada pembangunan harus ditentukan atas dasar kepentingan penguasa. Dengan cara ini masyarakat dapat memahami dan menikmati hasil pembangunan sesuai dengan cita-cita dan harapan mereka sendiri.

Hasil-hasil pembangunan akan terpelihara dengan baik, oleh karena keberadaannya atas kehendak dan kepentingan mereka sendiri. Kegagalan pembangunan banyak sekali karena tidak memperhatikan aspek-aspek sosiologis. Begitu pula kegagalan mahasiswa dalam kuliah kerja nyata membangun jembatan dan koperasi, oleh karena kepentingannya belum nyata sebagai kepentingan masyarakat desa; itulah sebabnya maka sebagian besar masyarakat menjadi tergantung tanpa inisiatif. Padahal pembangunan itu pada hakikatnya ditujukan agar masyarakat terlepas dari ketergantungan, menciptakan kemandirian dan mampu berinisiatif dalam upaya pembaruan yang bermanfaat secara umum. Paling tidak mengurangi ketergantungan terhadap subsidi pemerintah, atau kalau mungkin terlepas dari ketergantungan pemerintah terhadap bantuan luar negeri.

Dengan usaha mengurangi ketergantungan dengan pihak lain, berarti satu langkah maju mengurangi risiko yang biasanya berkaitan dengan ketertinggalan dan keburukan sistem otonomi. Suatu indikator keberhasilan pembangunan bukan hanya terletak pada kemegahan gedung perkantoran, hotel-hotel berbintang, pasar swalayan atau dilihat dari mobilitas pejabat hilir mudik ke luar negeri, yang kesemuanya itu nyaris tidak pernah dapat dinikmati oleh sebagian besar rakyatnya.

Bukan negara maju namanya, jika beratus-ratus hotel berbintang dibangun bukan untuk rakyatnya sendiri. Suatu organisasi juga tidak akan maju, apabila pengelolaannya mulai dari tukang sapu sampai pucuk pimpinannya semuanya anggota keluarga; sementara anggota masyarakat lainnya yang membutuhkan fungsi dari organisasi tersebut hanya bisa menyaksikan dalam sikap pasrah. Sosiologi sebagai pelopor ideologi pembangunan yang bersuara kerakyatan mempunyai pandangan otonom dalam menilai prestasi dan keterbatasannya sendiri.

Pandangan tersebut merupakan acuan dalam proses pembangunan jangka panjang; setidaknya berkemampuan untuk memprediksi suatu perilaku buatan yang tidak pasti, karena desakan kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Kaum intelektual yang semakin menumpuk adalah bukan jaminan suatu kemajuan, karena mereka tidak akan menghasilkan apa-apa dalam menunjang pembangunan, di waktu senggangnya terlalu banyak dihabiskan untuk berebut rezeki dan seminar-seminar tanpa membuahkan bukti. Oleh karena mengkhawatirkan kenyataan inilah maka lahirnya sosiologi merupakan suatu dorongan keberanian dalam melakukan penelitian secara empiris, logis dan objektif; dan tidak tergantung pada keyakinan dan kepercayaan semata.


Ket. klik warna biru untuk link

Sumber
Syani, Abdul. 1992. Sosiologi; Skematika, Teori, dan Terapan. Bumi Aksara. Jakarta


Download

Baca Juga
1. Kegunaan Sosiologi dalam Perencanaan Sosial
2. Kegunaan Sosiologi dalam Penelitian 
3. Kegunaan Sosiologi dalam Pemecahan Masalah Sosial

Materi Sosiologi SMA 
1. Materi Sosiologi Kelas X Bab 1.1 Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas X Bab 1.2 Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 1. Fungsi dan Peran Sosiologi (Kurikulum 2013)
4. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 1. Sosiologi sebagai Ilmu tentang Masyarakat (KTSP)
5. Materi Ujian Nasional Kompetensi Teori dan Pengetahuan Sosiologi
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Kegunaan Sosiologi dalam Pembangunan"