Al-Ghazali. Paham Kebangkitan Jasmani

Paham Kebangkitan Jasmani Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali, gambaran Al-Qur’an dan hadis Nabi SAW tentang kehidupan di akhirat bukanlah mengacu pada kehidupan rohani, melainkan pada kehidupan yang bersifat rohani dan jasmani. Jasad dibangkitkan dan disatukan dengan jiwa-jiwa manusia yang pernah hidup di dunia untuk merasakan nikmat surgawi yang bersifat rohani-jasmani dan merasakan azab neraka yang bersifat rohani-jasmani. Kehidupan di surga dan neraka yang bersifat rohani-jasmani itu, menurut Al-Ghazali, bukanlah sesuatu yang mustahil. Oleh karena itu, gambaran Al-Qur’an dan hadis Nabi itu harus dipahami secara hakiki saja. Pemahaman bahwa kehidupan di surga dan neraka itu bersifat rohani, menurut Al-Ghazali, mengingkari adanya kebangkitan jasad di hari Akhirat.

Pemahaman ini bertentangan dengan yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan hadis Nabi SAW dan karena itu dikufurkannya. Al-Ghazali berpandangan bahwa yang akan dibangkitkan itu adalah jasmani. Ia berkata: ... adalah bertentangan dengan seluruh keyakinan Muslim, keyakinan mereka yang mengatakan bahwa badan jasmani manusia tidak akan dibangkitkan pada Hari Kiamat, tetapi hanya jiwa yang terpisah dari badan yang akan diberi pahala dan hukuman, dan pahala atau hukuman itu akan bersifat spiritual dan bukan bersifat jasmaniah. Sesungguhnya mereka itu benar dalam menguatkan adanya pahala dan hukuman yang bersifat spiritual karena itu memang ada secara pasti; tetapi secara salah mereka menolak adanya pahala dan hukuman yang bersifat jasmaniah dan mereka dikutuk oleh hukum yang telah diwahyukan dalam pandangan yang mereka nyatakan itu.

Pehamaham secara hakiki, menurut akal mereka adalah mustahil. Oleh karena itu, gambaran tersebut haruslah dipahami secara majazi. Penggambaran Tuhan tentang alam kubur/akhirat secara jasmani/materi, mereka pahami sebagai upaya materialisasi terhadap hal-hal yang bersifat spiritual dan upaya yang layak. Penggambaran seperti itu bijaksana.

Sebenarnya bukan hanya filsuf Muslim yang sulit memahami kehidupan alam kubur/akhirat secara rohani-jasmani, melainkan juga mereka yang bukan filsuf. Bagaimana bisa dipahami nikmat dan azab kubur secara rohani-jasmani bagi mereka yang mati dengan jasad habis dimakan oleh binatang atau menjadi abu karena terbakar? Bagaimana bisa dipahami jasad yang diletakan di liang lahat itu dapat merasakan nikmat atau azab, seperti azab malaikat berupa pukulan besi pada bagian telinganya atau merasakan jepitan kalajengking atau gigitan ular besar yang datang pada jasad yang berbaring di lahat? Bagaimana bisa dipahami bahwa kuburan orang-orang baik dilapangkan sampai 70 hasta dan dibentangkan hamparan sampai ke surga, atau kuburan orang jahat disempitkan sedemikian hebat sehingga remuk tulang-tulang jasad yang terbaring di lahat itu? bagaimana bisa dipahami bahwa semua manusia dibangkitkan di alam mahsyar dengan badan telanjang (padah matinya memakai pakaian)? Bagaimana bisa dipahami bahwa mereka yang berada di surga bisa berdialog dengan mereka yang sedang tersiksa di dalam neraka yang menyala-nyala? Karena tidak mudah dipahami secara rohani-jasmani, muncul pemahaman dari kalangan sufi bahwa alam kubur/akhirat itu adalah alam rohani semata. Jasad-jasad yang ada pada alam kubur/akhirat itu juga bersifat rohani, bukan bersifat jasmani/materi.


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
 

Download

Baca Juga
1. Al-Ghazali. Riwayat Hidup
2. Al-Ghazali. Karya Filsafat
3. Al-Ghazali. Pemikiran Filsafat
4. Tipologi Filsafat Al-Ghazali
5. Al-Ghazali. Paham Qadim-nya Alam
6. Al-Ghazali. Paham Bahwa Tuhan Tidak Mengetahui Juz'iyyat
7. Al-Ghazali. Metafisika 
8. Al-Ghazali. Klasifikasi Ilmu
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Al-Ghazali. Paham Kebangkitan Jasmani"