Teori Kausal Baru

Table of Contents
Teori Kausal Baru
Teori Kausal Baru
Walaupun teori permainan telah mendapatkan apa yang diinginkannya, tetapi dia bukan merupakan disiplin yang disenangi seperti halnya teori kausal-baru yang bertopang pada statistik. Teori kausal-baru lebih dari sekedar model matematis. Dia dianggap sebagai sarana yang bisa menjembatani kesenjangan antara teori dan penelitian. Bukannya menggunakan model-model situasi hipotesis atau model jika... maka teori kausal baru terutama berakar pada dunia sosial empiris. Dia merupakan peningkatan penggunaan analisa statistika, termasuk penggunaan analisa jalur di dalam membentuk teori sosiologis.

Nicholas Mullins (1974:213-249) sudah menjajaki perkembangan teori-kausal yang baru dalam sosiologi. Dia mempertentangkan saling hubungan teori dan data dari teori-kausal yang baru dengan masalah-masalah teoretis fungsionalisme struktural yang lebih abstrak. Walaupun kaum fungsionalisme struktural dekat dengan pengembangan teori, tetapi ahli teori biasanya mengembangkan model-model penelitian yang dapat diuji oleh para sosiolog. Di pihak lain para ahli metodologi mengembangkan teknik-teknik untuk mereka yang tertarik dalam pengujian yang demikian untuk digunakan saat melakukan penelitian. Mullin (1974:214) menyatakan bahwa pola ini telah diterapkan oleh Talcott Parsons dan Robert K. Merton: dan katanya tak seorang pun yang secara metodologis canggih tetapi terkadang keduanya menemukan kolega-kolega yang dimaksud seperti Paul Lazarsfeld dan Samuel Stoufer, dan para mahasiswa yang membantu mereka. Karena itu tercipta suatu pembagian peranan artifisial antara ahli teori dan ahli metodologi. Mullin (1973:240) berkomentar, orang yang melakukan pekerjaan teori serta metodologi secara serentak dianggap sebagai sosiolog yang luar biasa, dan ahli sosiologi yang demikian hanya beberapa gelintir saja. Teori kausal baru akan menambahkan synthetic approach kepada keahlian-keahlian  dan ide-ide para ahli teori.

Para ahli teori kausal yang baru itu sangat memperhatikan timbal-balik hubungan teori dan metodologi, tak hanya dalam prinsip (seperti yang banyak terjadi pada kaum fungsionalisme), tetapi juga dalam praktik. Secara rutin mereka menggunakan peralatan dari ahli metodologi ketika bekerja sebagai ahli teori dalam lapangan sosiologi. Para sosiolog dengan orientasi matematis itu menentang setiap pembagian antara teori dengan metode dan menegaskan bahwa teori harus dibangun atas dasar-metodologis.

Mullins melihat hubungan yang intim antara kaum fungsionalisme struktural dan ahli teori-kausal yang baru. Dia menyatakan bahwa yang disebut terakhir (sekarang berada dalam profesi puncak) berbeda dengan yang disebut terdahulu, yang hanya berhubungan dengan kepentingan-kepentingan dan keahlian-keahlian. Perlu dijelaskan bahwa perbedaan tersebut tidak dapat diselesaikan. Mullin (1974:241) meramalkan, harapan saya ialah bahwa beberapa perbedaan relatif teori kausal yang baru dengan Standard American Sociology (struktural fungsionalisme) secara perlahan akan teratasi dan keduanya akan disintesakan; hasilnya ialah sosiologi yang lebih akurat karena menurut Mullins, teori kausal-baru telah memperoleh kewibawaan dominan dalam sosiologi. Tetapi dia mengakui bahwa kelompok tersebut sama sekali belum mengambil alih seluruh disiplin (dan hal itu mungkin tidak bisa dilakukan). Mullins (1974:238) memang mengharapkan kelangsungan berbagai penelitian, publikasi, dan karya bersama. Contoh dari teori kausal yang baru ialah karya bersama Peter M. Blau (fungsionalisme-pertukaran) dan Otis Dudley Duncan The American Occupational Structure (1967), karya Blau dan Duncan tetap merupakan salah satu karya terkenal dalam pengembangan teori kausal yang baru itu. 


Ket. klik warna biru untuk link

Download

Teori Permainan. Batasan dan Ilustrasi
Penggunaan Matematika dalam Teori Sosiologi


Sumber
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment