Struktur Dasar Pemahaman Manusia. Cakrawala Pemahaman

Filsafat memberikan sumbangan yang berharga terhadap studi mengenai struktur-struktur dasar pemahaman manusiawi. Ricardo Antoncich memperlihatkan empat struktur dasar pemahaman yang masing-masing akan kita lihat dalam uraian berikut.
Cakrawala Pemahaman
Cakrawala Pemahaman
Cakrawala Pemahaman
Pertama-tama harus dikatakan bahwa pengetahuan kita selalu terarah keluar. Tak ada pengetahuan yang terisolasi dari kenyataan di luar. Pengetahuan kita selalu merupakan pengetahuan akan sesuatu. Husserl menyebut struktur hakiki pengetahuan ini intensional. Dalam mengetahui atau memahami kenyataan luar, pengetahuan kita selalu menampilkan diri di dalam sebuah cakrawala pemahaman. Cakrawala, sebagaimana kita ketahui, selalu membatasi pandangan kita menurut titik pijak kita, tetapi bersamaan dengan itu pergeseran titik pijak membuka cakrawala baru. Kita mengetahui suatu benda dalam kaitannya dengan benda-benda lainnya yang merupakan latar belakang bagi benda itu. Sebatang pensil dipahami dalam konteksnya dengan benda-benda lain di sekitarnya, misalnya buku, mistar, pena. Semua itu dilatarbelakangi oleh meja. Meja berada dalam konteks yang lebih luas lagi, yaitu kaitannya dengan kursi, almari. Semua itu berada dalam konteks kamar. Kamar berada dalam konteks rumah. Rumah dalam konteks kampung, begitu seterusnya. Kalau cakrawala diperluas terus, kita akan sampai pada suatu batas akhir, suatu cakrawala total yang kita sebut dunia.

Dunia di sini bukanlah segala sesuatu yang ada saja, melainkan segala sesuatu yang menjadi lingkungan hidup dan penghayatan hidup manusia. Oleh karena itu, manusia dan dunia bersifat korelatif: dunia ada karena manusia dan manusia membentuk dirinya dalam dan melalui dunia. Dunia dalam arti kata tertentu merupakan hasil pemahaman manusia atas kenyataan di luar dirinya. Manusia tak dapat memahami kenyataan yang berupa khaos (kekacaubalauan), maka kesadaran menatanya menjadi kosmos (tatanan).

Dengan kata lain, manusia memahami kenyataan sebagai suatu dunia. Perbedaan sudut pemahaman menghasilkan cakrawala yang berbeda, dan cakrawala yang berbeda menghasilkan dunia yang berbeda. Oleh karena itu, ada banyak dunia, misalnya dunia seni, dunia artis, dunia anak-anak, dunia Jawa, dan sebagainya. Berbagai dunia itu menunjukkan banyaknya sudut pandang manusia. Akan tetapi, banyak dunia ini pada akhirnya dirangkum dalam satu dunia yang adalah cakrawala total pemahaman kita, yaitu dunia kita ini, dunia kita bersama.

Apa yang dapat kita katakan mengenai pemahaman akan dunia? Pertama, perlu ditekankan di sini bahwa dunia atau kosmos itu merupakan produk sosial. Bukan individu, melainkan kelompoklah yang memasukkan tatanan itu menjadi suatu dunia, maka dunia adalah hasil penafsiran sosial atas kenyataan. Hal ini tampak paling jelas dalam produk-produk kebudayaan, seperti sistem ideologi, pandangan hidup, sistem tingkah laku, dan benda-benda kebudayaan yang ada di sekitar kita. Semua itu bukan hasil orang perseorangan, melainkan hasil karya masyarakat; bukan hanya dari orang-orang sezaman, melainkan juga dari generasi-generasi sebelumnya. Oleh karena itu, penafsiran dan pemahaman makna dunia tidak bisa tidak perlu memperhitungkan masyarakat dan kebudayaan yang menghasilkan dunia itu sekaligus masyarakat dan dunia yang menghasilkan kita sendiri atasnya, sebab bagaimana pun kita memiliki penafsiran sosial sendiri yang membentuk suatu dunia.

Meskipun dunia merupakan hasil penafsiran sosial atas kenyataan, pemahaman akan dunia itu melibatkan keberadaan kita yang menafsirkannya, bukan hanya pengaruh pada taraf psikologis dan sosiologis, melainkan lebih dalam lagi, pada taraf eksistensial. Oleh karena itu, pemahaman akan cakrawala total itu disertai dengan suatu pemahaman akan makna eksistensi. Pemahaman pada akhirnya adalah pemahaman akan makna hidup yang melibatkan keberadaan si penafsir.


Ket. klik warna biru untuk link


Gerak Melingkar dari Pemahaman 


Download


Sumber
Hardiman, Budi. F. 2002. Melampaui Positivisme dan Modernitas. Kanisius. Yogyakarta.
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Struktur Dasar Pemahaman Manusia. Cakrawala Pemahaman"