Kamus Sosiologi, Abjad B

Table of Contents

Bab-

Bab hasil penelitian: Bagian laporan penelitian sosiologi yang menyajikan deskripsi umum tentang subjek dan objek penelitian, sajian data dan/atau uji statistik untuk masing-masing data. Bila penelitian berbentuk deskripsi maka sajiannya berupa uraian data tanpa menguji hipotesis. Bila penelitian berbentuk eksplanasi maka sajiannya berupa data yang menguji hipotesis. Jika diterapkan pendekatan kualitatif maka sajian datanya tidak berupa uji statistik, akan tetapi berupa uraian data sederhana dalam bentuk kalimat-kalimat. Bila pendekatannya bersifat kuantitatif, sajian datanya berupa uji statistik yang diwujudkan lewat angka-angka yang dimuat di dalam tabel-tabel.

Bab kesimpulan dan saran: Bagian dalam laporan penelitian sosiologi yang menguraikan apa yang menjadi kesimpulan hasil penelitian dan apa yang dapat disarankan sesuai dengan hasil penelitian itu. Selain memuat hal-hal yang bersifat praktis, hal-hal yang disarankan sebaiknya juga meliputi masalah-masalah baru yang perlu diteliti selanjutnya.

Bab metodologi penelitian: Bagian dalam laporan penelitian sosiologi yang menerangkan mengenai subjek, objek, dan ruang lingkup penelitian, teknik sampling, teknik pengumpulan data, instrumen atau alat pengumpul data, jenis atau metode penelitian, metode pengolahan, dan analisis data. Metodologi penelitian biasanya sudah disajikan dalam rancangan penelitian. Selanjutnya peneliti tinggal melengkapi dan menyempurnakannya pada saat penyusunan bab ini sehingga apa yang menjadi subjek dan objek penelitian serta alasan pemilihannya semakin jelas.

Bab pembahasan: Bagian dalam laporan penelitian sosiologi di mana seluruh hasil penelitian, tinjauan kepustakaan/hasil penelitian lain, metodologi yang digunakan, dibandingkan satu dengan yang lain, dan dilacak keterkaitan antara satu dan yang lain serta dievaluasi keterkaitannya. Bagian pembahasan hasil penelitian harus diuraikan secara lengkap dan menarik karena bagian inilah yang ditunggu dan ingin diketahui oleh pembaca.

Bab pendahuluan: Bagian dalam laporan penelitian sosiologi yang memberi gambaran kepada pembaca mengenai keterangan seperti latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis (kalau ada), asumsi (kalau ada), batasan konsep, dan hambatan yang didapat selama penelitian. Keterangan tersebut umumnya telah dipersiapkan peneliti sebelum penelitian pada saat menyusun rancangan penelitian. Pada bagian pendahuluan, peneliti tinggal memindahkan hal yang perlu dari rancangan penelitian, setelah dilengkapi dan disempurnakan.

Bab tinjauan kepustakaan: Bagian dalam laporan penelitian sosiologi yang memberi gambaran mengenai hal yang telah dirintis oleh peneliti lain seperti konsep, teori, data, penemuan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang sedang dikerjakan. Keseluruhan hal tersebut dirangkum dan dihubungkan dengan apa yang sedang diteliti sehingga masalah yang diteliti menjadi lebih jelas. Sumber-sumber kepustakaan antara lain buku-buku teks, laporan-laporan penelitian, buletin, jurnal, dan lain-lain.

Bad-

Badan sosial: Sekelompok orang yang membentuk suatu badan atau organisasi yang berperan dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan aktivitas masyarakat.

Badik atau badek: Pisau dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda, dengan panjang mencapai sekitar setengah meter. Seperti keris, bentuknya asimetris dan bilahnya kerap kali dihiasi dengan pamor. Namun demikian, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki ganja (penyangga bilah).

Baduy: Suku yang merupakan bagian dari suku bangsa Sunda karena sebagian besar unsur budaya dan bahasanya sama dengan kebudayaan Sunda. Suku Baduy ada dua macam yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Masyarakat Baduy Luar umumnya mengenakan pakaian serba hitam. Adapun suku Baduy Dalam mengenakan pakaian serba putih. Suku Baduy Luar cenderung masih dapat menerima pengaruh dari luar, tetapi suku Baduy Dalam tidak mau menerima pengaruh dari luar.

Bah-

Bahasa: Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi dan mengidentifikasi diri.

Bahasa casual: Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi dan santai. Dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling mengenal (tidak intim). Bentuk bahasa yang digunakan tidak baku.

Bahasa consultative: Ragam bahasa yang digunakan untuk tawar menawar oleh penjual-pembeli, tanya jawab antara siswa dan gurunya. Ciri bahasa consultative adalah pilihan kata yang digunakan berpusat pada transaksi atau pertukaran informasi.

Bahasa formal: Ragam bahasa yang digunakan dalam rapat atau diskusi resmi. Ciri khas bahasa formal adalah pilihan kata dan kalimat yang lengkap serta akurat, yang mencerminkan jarak hubungan dan situasi formal di antara peserta diskusi.

Bahasa frozen: Ragam bahasa yang digunakan pada acara ritual dan seremonial, sering digunakan oleh hakim, jaksa dan pembela dalam sidang pengadilan. Disebut beku (frozen) karena ungkapan dan istilah yang dipakai tetap dan tidak memungkinkan adanya perubahan satu patah kata pun. Bahkan tekanan pada pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali.

Bahasa gaul: Lihat bahasa prokem.

Bahasa intimate: Ragam bahasa yang digunakan untuk orang yang memiliki hubungan sangat akrab dan intim, biasanya digunakan oleh kawula muda.

Bahasa lisan: Bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, yang terikat dengan ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapannya dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan dalam perwujudannya sering dibantu dengan isyarat, mimik, gerak-gerik anggota tubuh, dan intonasi ucapan. Hal tersebut ditujukan untuk mendukung maksud kalimat-kalimat yang diucapkan.

Bahasa lokal: Bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi di daerah dan tidak di integrasikan dalam lingkup nasional. Bahasa daerah ini yang menjadi bahasa komunikasi sehari-hari bagi masyarakat. Di samping itu bahasa lokal juga ditentukan dan dipengaruhi oleh kebudayaan khusus. Pengaruh budaya mendasari bentuk logat bahasa daerah.

Bahasa nasional: Bahasa resmi, bahasa yang digunakan untuk digunakan di sekolah atau dipertemuan resmi, bahasa pemersatu bangsa.

Bahasa prokem atau bahasa gaul: Ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -ok- di depan fonem yang terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi -ok- menjadi bokap. Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh para narapidana. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.

Bahasa tulis: Bahasa yang menggunakan media tulis yang tidak terikat dengan ruang dan waktu sampai kepada sasaran secara visual.

Bal-

Balieu (Minahasa): Balai desa.

Baj-

Baju bodo (Bugis): Pakaian tradisional perempuan Bugis, Sulawesi, Indonesia. Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia. Menurut adat Bugis, setiap warna baju bodo yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat pemakainya. Pakaian ini kerap dipakai untuk acara adat seperti upacara pernikahan. Tetapi kini, baju bodo mulai direvitalisasi melalui acara lainnya seperti lomba menari atau menyambut tamu agung.

Bak-

Bakat (talent): Sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.

Bal-

Balai Bengong (Bali): Tempat istirahat raja dan keluarganya.

Balai Wanikan (Bali): Tempat adu ayam atau penyelenggaraan pertunjukan kesenian.

Balean dadas: Jenis tarian masyarakat suku Dayak yang ditujukan untuk memohon kesembuhan bagi mereka yang sedang sakit.

Bam-

Bambangan-cakil: Tarian adat Jawa yang melukiskan peperangan antara Arjuna melawan raksasa.

Ban-

Bangsa (nation): Perkumpulan orang-orang yang saling membutuhkan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu wilayah tertentu. Bangsa dalam pengertian sosiologi antropologi diikat oleh ikatan-ikatan seperti kesatuan ras, tradisi, sejarah, adat istiadat, bahasa, agama, atau kepercayaan, dan daerah. Ikatan seperti itu disebut dengan primordial. Misalnya, bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa. Bangsa dalam pengertian politik merupakan suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk dalam kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Jadi, bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara dan mengakui serta tunduk pada kekuasaan dari negara yang bersangkutan.

Bangsawan: Kelas sosial tertinggi dalam masyarakat pra-modern. Dalam sistem feodal (di Eropa dan sebagainya), bangsawan sebagian besar adalah mereka yang memiliki tanah dari penguasa dan harus bertugas untuknya, terutama dinas militer. Bangsawan segera menjadi kelas turun-temurun, kadang-kadang dengan hak untuk memberikan gelar turun-temurun dan memiliki hak keuangan dan lain-lain. Di Indonesia, istilah “bangsawan” sering disamakan dengan “keturunan raja”. Sebetulnya bangsawan tidak harus dari keluarga raja. Misalnya di Bali, kalangan bangsawan terdiri dari apa yang dinamakan Tri wangsa yaitu para brahmana, ksatria, dan waisya. Di Jawa, di samping keturunan raja, ada kalangan priyayi yang terdiri dari kerabat para pamong praja atau pejabat pemerintahan pribumi di masa Hindia Belanda, mulai dari bupati sampai ke demang.

Banjar: Suatu bentuk kolektivitas komunal terkecil di Bali. Banjar memiliki anggota 50 sampai 100 keluarga. Di antara anggota banjar pada umumnya saling membantu dalam urusan-urusan bersama, seperti perkawinan, pesta keluarga, kematian, membangun rumah, memperbaiki kuil, mengurus pesta atau upacara adat. Setiap banjar pasti mempunyai sebuah gedung pertemuan yang dipakai untuk mengadakan pertemuan bulanan. Pertemuan tersebut biasanya membahas masalah sosial keagamaan bersama yang dipimpin oleh seorang Kelian (kepala banjar). Hubungan antaranggota banjar tersebut terjalin atas ikatan sosial komunal berdasarkan perasaan bersama. Perasaan bersama itu meliputi rasa memiliki daerah setempat dan berdasar kepercayaan adat bersama.

Bap-

Bapa Raja: Gelar kepala desa (kepala negeri) orang Ambon.

Bappenas: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Lembaga pemerintah nonkementerian Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.

Bar-

Bargaining (tawar-menawar): Suatu proses tawar menawar di dalam pertukaran barang dan jasa dalam kehidupan masyarakat.

Bas-

Basa walikan: Transkripsi dari huruf ha, na, ca, ra, ka yang terdiri dari empat baris yang kemudian dipasangkan. Baris kesatu dengan baris ketiga, dan baris kedua dengan baris keempat. Misalnya kata “mari” menjadi dayi. Kata-kaya dalam basa walikan tersebut umumnya digunakan oleh pelajar perempuan atau banyak digunakan oleh mahasiswa dibandingkan oleh mahasiswi.

Basic group: Lihat Kelompok dasar.

Basic institutions: Lembaga sosial yang sangat berperan dalam memelihara dan mempertahankan tata tertib kehidupan masyarakat. Contoh: keluarga, sekolah, dan negara.

Bat-

Batak: Salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.

Batara tujuh: Roh/dewa yang dipuja masyarakat Baduy.

Batasan konsep: Bagian dari rancangan penelitian sosial yang batasan konsep dimaksudkan untuk memberikan batasan pengertian terhadap setiap istilah atau variabel yang digunakan, baik dalam judul, rumusan masalah, maupun tujuan penelitian.

Batih: Lihat keluarga batih.

Batik: Kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.

Beg-

Begu (Batak): Hantu, kekuatan yang memberi hidup pada orang yang sudah meninggal.

Beh-

Behavior: Kelakuan, tingkah laku.

Bel-

Bela negara: Sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut. Secara fisik, hal itu dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

Belenggo: Jenis tarian yang gerakan tarinya banyak mengambil dasar-dasar gerakan pencak silat. Macam gerakan yang ditampilkan oleh penari tergantung dari penguasaan penari pada jurus-jurus silat, sehingga antara penari yang satu dan lainnya bisa menampilkan bentuk gerakan yang berbeda. Berdasarkan musik pengiringnya Tari Belenggo dibedakan menjadi dua macam yaitu belenggo rebana dan belenggo ajeng. Tari Belenggo rebana adalah Tarian Belenggo yang diiringi rebana biang, sedangkan Tarian Belenggo ajeng diiringi dengan gamelan ajeng.

Beliefs: Kepercayaan.

Ber-

Berburu dan meramu: Kegiatan produksi yang banyak dijumpai pada zaman prasejarah atau pada zaman yang masih primitif, di mana manusia melakukan perburuan terhadap binatang-binatang di hutan dan mengumpulkan makanan sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Setelah mereka mengenal kegiatan bercocok tanam, maka kegiatan berburu dan meramu semakin berkurang. Dalam skala kecil, kegiatan tersebut masih dapat dijumpai di beberapa wilayah yang potensial untuk perburuan, seperti di Australia, Amerika Selatan, dan masyarakat pedalaman Afrika.

Bercocok tanam: Kegiatan yang biasa dilakukan oleh para petani. Bercocok tanam baik di sawah maupun ladang merupakan bentuk kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kegiatan produksi jenis ini lebih banyak dijumpai di negara-negara agraris lain yang mengembangkan cocok tanam. Dalam hal ini lembaga ekonomi mengatur masalah kegiatan-kegiatan produksi, misalnya waktu penanaman, sistem irigasi, sistem pengolahan tanah, sistem upah, dan lain sebagainya.

Bet-

Betawi: Suku bangsa yang berasal dari hasil kawin mawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku bangsa dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.

Beternak: Kegiatan produksi yang berperan dalam mencukupi kebutuhan daging bagi masyarakat. Pada umumnya, terdapat dua motif masyarakat dalam menjalankan produksi beternak, yaitu pertama, untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pribadi. Kedua, beternak untuk komersialisasi, dalam artian untuk didistibusikan pada konsumen-konsumen lain. Negara-negara yang mengembangkan peternakan dengan tujuan komersialisasi yakni Australia, Inggris, Mongolia, Arab, Asia Tengah, dan lain sebagainya. Sementara di Indonesia peternakan untuk dikomersialisasikan masih sangat terbatas.

Bev-

Beverages: Minuman; salah satu klasifikasi makanan berdasarkan tujuan konsumsinya.

Bgu

Bgu: Orang asli Papua.

Bhi

Bhinneka Tunggal Ika: Semboyan pada pita yang dicengkeram burung garuda “Pancasila” sebagai lambang kesatuan Republik Indonesia. Kalimat ini diambil dari bagian Kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular dari Majapahit.

Bia-

Biadab (Inggris: barbar): Istilah untuk orang yang tak beradab, penjelasan secara umum kepada salah satu anggota masyarakat dari sebuah bangsa atau etnis, penjelasan inferior peradaban masyarakat kota. Sebagai idiomatis dalam penggunaan figuratif, biadab dapat pula merujuk kepada kelompok individu yang brutal, kejam, dalam menyelesaikan persoalan antar masyarakat diselesaikan melalui perang, penggunaan kekerasan secara pisis atau pisik antara lain dengan teror, intimidasi, adu perang, tombak, panah atau menjelaskan pada sebuah masyarakat yang tanpa adanya hukum ketertiban umum.

Bias: Distorsi sistematis yang mempengaruhi penelitian.

Bib-

Bibliografi atau teknik studi dokumenter: Pengumpulan data dengan menggunakan sumber dokumen tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, misalnya dari sumber dokumen, buku, koran, dan majalah.

Bic-

Bicara (Bugis-Makasar): Bagian dari pangaderreng, yaitu mengenai semua kegiatan dan konsep-konsep yang bersangkut paut dengan hukum adat, acara di muka pengadilan, dan mengajukan gugatan.

Bid-

Bidal: Salah satu puisi rakyat yang tergabung dalam folklore lisan.

Bil-

Bilai: Seikat batang bambu atau rotan yang digunakan dalam teater Mak Yong oleh tokoh utama sebagai tongkat wasiat untuk memukuli punakawan untuk menunjukkan siapa raja (pangeran atau ratu) dan siapa si tolol.

Bilateral: Sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari kedua belah pihak, baik dari laki-laki atau ayah maupun dari perempuan atau ibu. Di negara kita, sistem kekerabatan ini antara lain dianut oleh masyarakat Jawa. Sistem kekerabatan ini disebut juga dengan parental.

Biliek: Ruangan yang berfungsi sebagai ruang tidur pada rumah gadang.

Bilineal: Suatu prinsip dalam kekerabatan dengan memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan laki-laki bagi hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu, dan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan perempuan bagi hak-hak tertentu yang lain pula. Dengan demikian, untuk keperluan-keperluan tertentu seseorang menggunakan kedudukannya sebagai kerabat ayahnya, dan di kesempatan lain sebagai kerabat ibunya. Masyarakat yang menggunakan prinsip ini adalah masyarakat Umbundu di Angola, Afrika Barat.

Bilingual: Mampu atau bisa memakai dua bahaya dengan baik.

Bilokal: Suatu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diwajibkan tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kerabat istri pada masa lainnya.

Bir-

Birau: Sebuah festival budaya yang menjadi agenda tahunan dan berlangsung di kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur, Indonesia. Birau ditetapkan pada setiap tanggal 12 Oktober, dan ketetapan tersebut dikukuhkan dalam Perda Tk II Bulungan Nomor 02 Tahun 1991.

Birokrasi: Sistem pemerintahan yang dijalankan pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan; hierarki sebuah tata organisasi.

Birokrat: Anggota dari suatu birokrasi yang menjalankan tugas-tugas administrasi dari sebuah organisasi yang sering kali merupakan cerminan atas kebijakan organisasinya dalam bentuk ukuran besar maupun kecil, namun biasanya istilah ini mengacu pada seseorang yang berada di dalam sebuah lembaga pemerintah. Tugas dan pekerjaan umum sering berupa pekerjaan administrasi “pekerjaan meja”.

Bis-

Bissu (Bugis): Kaum pendeta yang tidak mempunyai golongan gender dalam kepercayaan tradisional Tolotang yang dianut oleh komunitas Amparita Sidrap dalam masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan di Pulau Sulawesi, Indonesia. Golongan Bissu umumnya disebut “di luar batas gender”, suatu “makhluk yang bukan laki-laki atau perempuan”, atau sebagai “memiliki peran ritual”, di mana mereka “menjadi perantara antara manusia dan dewa”.

Blt-

BLT: Bantuan Langsung Tunai. Salah satu upaya pemerintah untuk mengantisipasi pengaruh kenaikan BBM terhadap rumah tangga miskin, di mana BLT diberikan pada Rumah Tangga yang dikategorikan miskin menurut Data BPS (Badan Pusat Statistik).

Blu-

Blue collar crime: Kejahatan-kejahatan kecil dan dengan latar belakang kesulitan hidup.

Bod-

Body values (nilai-nilai kejasmanian): Nilai-nilai yang berhubungan dengan kondisi jasmani seseorang.

Bon-

Bondan: jenis tarian permainan anak-anak yang menari di atas kendhi (tempat air bejana tanah liat) dengan menggendong boneka sambil membawa payung.

Bor-

Borjuis (majikan): 1. Lapisan pemilik atau penguasa alat-alat atau sarana produksi dalam masyarakat kapitalis. Lapisan ini terdiri atas berbagai tingkat, dari pemilik modal yang kaya raya sampai para pemilik toko eceran. Tetapi, setelah dipergunakan oleh Karl Marx, istilah ini lama kelamaan diartikan sebagai istilah yang selalu dikaitkan dengan doktrin Marxis. 2. Golongan yang memiliki kekuasaan dan hak-hak istimewa, yang pada zaman sebelum revolusi Perancis berkedudukan antara golongan bangsawan dan massa.

Bra-

Brahman: Kepercayaan dalam prinsip ajaran agama Hindu kepada para dewa dalam berbagai bentuk perwujudannya.

Brahmana: Kasta para pendeta agama Hindu, yang merupakan lapisan tertinggi pada masyarakat. Kasta utama dan tertinggi pada masyarakat Bali.

Brain drain: Berpindahnya orang-orang atau tenaga-tenaga ahli ke lain tempat.

Bro-

Broken home: Kehancuran keluarga akibat perceraian, perselingkuhan, maupun, maupun kematian salah satu atau kedua orang tua.

Broker (penghubung): Orang yang menghubungkan klien dengan barang-barang dan jasa dan mengontrol kualitas barang dan jasa tersebut. Ada tiga kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagai broker, yaitu: menghubungkan (linking), barang-barang dan jasa (goods and services), dan pengontrolan kualitas (quality control).

Bud-

Budaya: Berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Lihat kebudayaan (culture).

Budaya asing: Kebudayaan yang berada di luar wilayah kebudayaan sendiri.

Budaya Barat: (Kadang-kadang disamakan dengan peradaban Barat atau peradaban Eropa) Istilah yang mengacu pada budaya yang berasal dari Eropa. Istilah “budaya Barat” digunakan sangat luas untuk merujuk pada warisan norma-norma sosial, nilai-nilai etika, adat istiadat, keyakinan agama, sistem politik, artefak budaya khusus, serta teknologi.

Budaya daerah: Lihat budaya lokal.

Budaya ideal: Tata kelakuan dan kebiasaan yang secara formal disetujui dan diharapkan diikuti oleh anggota masyarakat.

Budaya lokal: Budaya asli dari suatu kelompok atau daerah masyarakat tertentu.

Budaya nasional: Budaya yang dihasilkan oleh masyarakat bangsa tersebut sejak zaman dahulu hingga kini sebagai suatu karya yang dibanggakan yang memiliki kekhasan bangsa tersebut dan memberi identitas warga, serta menciptakan suatu jati diri bangsa yang kuat.

Budaya politik: Pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.

Budaya politik parokial: Budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati angka nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. Dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun, yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.

Budaya politik kaula (subjek): Budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subjek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak perlu diperhatikan. Para subjek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka.

Budaya politik partisipan: Budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.

Budaya riil: Tata kelakuan dan kebiasaan yang betul-betul dilaksanakan oleh anggota masyarakat.

Bug-

Bugis: salah satu suku bangsa yang mendiami Pulau Sulawesi. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi di Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Orang Bugis juga banyak yang merantau ke mancanegara.

Buj-

Bujangan atau bujang: Sebutan untuk seorang pria dewasa yang tidak mempunyai istri. Sedangkan seorang perjaka atau jejaka atau jaka selain dapat berarti bujangan juga adalah seorang pria yang belum mengadakan hubungan seksual atau sanggama dengan perempuan. Seorang bujang bisa saja telah bercerai dengan istrinya (bujang cerai atau duda cerai), sehingga tidak dapat dikatakan perjaka lagi, sedangkan seorang perjaka menurut definisinya berarti bujangan. Dalam bahasa Indonesia, istilah bujang juga dapat merujuk pada anak perempuan atau gadis yang perawan dan juga dapat merujuk pada janda. Selain arti lain dari bujang adalah seorang pembantu laki-laki (jongos).

Buk-

Bukti: Kenyataan atau gejala sosial yang cukup untuk memperlihatkan sesuatu hal. Wujud bukti berupa data atau fakta yang relevan dengan permasalahan yang hendak dibuktikan. Namun, teknik dan metode penelitian yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan mendapatkan bukti yang akurat. Dalam penelitian mengenai kerusuhan sosial, terdapat bukti-bukti adanya perusakan fasilitas-fasilitas umum, senjata tajam yang masih tertinggal, dan lain-lain.

Bun-

Bungai: Lihat tambun.

Bur-

Buruh: Lihat Proletar.

Bus-

Bushman: Ras khusus yang terdapat di daerah gurun Kalahari (Afrika Selatan).

But-

Buton: Salah satu suku bangsa yang mendiami Pulau Sulawesi. Seperti suku-suku di Sulawesi kebanyakan, suku Buton juga merupakan suku pelaut. Orang-orang Buton sejak lama merantau ke seluruh pelosok dunia Melayu dengan menggunakan perahu berukuran kecil yang hanya dapat menampung lima orang, hingga perahu besar yang dapat memuat barang sekitar 150 ton. Secara umum, orang Buton adalah masyarakat yang mendiami wilayah kekuasaan Kesultanan Buton. Daerah-daerah itu kini telah menjadi beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara di antaranya Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana dan Kabupaten Muna. Namun, kini masyarakat Muna lebih senang menyebut diri mereka sebagai orang Muna dibandingkan orang Buton.

Ket. klik warna biru untuk link

Download Kamus Sosiologi di Sini

Lihat Juga
Kamus Sosiologi, Abjad A
Kamus Sosiologi, Abjad B
Kamus Sosiologi, Abjad C
Kamus Sosiologi, Abjad D
Kamus Sosiologi, Abjad E
Kamus Sosiologi, Abjad F
Kamus Sosiologi, Abjad G
Kamus Sosiologi, Abjad H
Kamus Sosiologi, Abjad I
Kamus Sosiologi, Abjad J
Kamus Sosiologi, Abjad K
Kamus Sosiologi, Abjad L
Kamus Sosiologi, Abjad M
Kamus Sosiologi, Abjad N
Kamus Sosiologi, Abjad O
Kamus Sosiologi, Abjad P
Kamus Sosiologi, Abjad Q
Kamus Sosiologi, Abjad R
Kamus Sosiologi, Abjad S
Kamus Sosiologi, Abjad T
Kamus Sosiologi, Abjad U
Kamus Sosiologi, Abjad V
Kamus Sosiologi, Abjad W
Kamus Sosiologi, Abjad X
Kamus Sosiologi, Abjad Y
Kamus Sosiologi, Abjad Z
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment