Analisis Buku Envisioning Real Utopias Erik Olin Wright: Strategi Anti-Kapitalis dan Visi Masyarakat Emansipatoris
I. Pengantar: Mendefinisikan Ilmu Sosial Emansipatoris dan Utopia Nyata
A. Latar Belakang dan Konteks Intelektual
Buku "Envisioning Real Utopias" (2010) karya sosiolog Marxis terkemuka Erik Olin Wright merupakan respons mendalam terhadap kelesuan politik dan intelektual yang melanda gerakan kiri setelah keruntuhan rezim Sosialis Negara di Eropa Tengah dan Timur. Kegagalan sistem sosialis negara pada tahun 1990-an menghasilkan stagnasi dalam perdebatan mengenai transformasi sistemik dan alternatif struktural yang lebih baik terhadap kapitalisme global. Kebanyakan akademisi dan aktivis menjadi sinis terhadap gagasan perubahan radikal.
Menghadapi krisis visi ini, Wright meluncurkan "Proyek Utopia Nyata" pada tahun 1992. Intensi utama proyek ini adalah mengalihkan fokus dari formulasi abstrak mengenai desain agung atau, sebaliknya, reformasi kecil yang dapat dicapai segera, menuju proposal spesifik untuk desain ulang fundamental arena institusi sosial yang berbeda. Karya ini, yang merupakan kulminasi dari serangkaian konferensi dan diskursus intensif selama bertahun-tahun di 18 negara, berupaya merekonstruksi tradisi Marxis agar lebih relevan dengan isu-isu kontemporer dan lebih kuat sebagai kerangka analisis ilmiah.
B. Menjembatani Ideal dan Realitas: Oksimoron Utopias Nyata
Judul "Envisioning Real Utopias" secara inheren mengandung oksimoron. Utopia secara tradisional dipandang sebagai fantasi di dunia antah-berantah (nowhere fantasy world) yang mustahil diwujudkan. Wright sengaja menggunakan istilah ini untuk menantang kebiasaan berpikir yang dominan, di mana realisme sering mencibir proposal radikal sebagai "utopis," menganggapnya bukan hanya gangguan, tetapi juga bahaya.
Bagi Wright, gagasan "Utopia Nyata" adalah cara berpikir yang pragmatis dan emansipatoris mengenai alternatif terhadap institusi yang ada, yang dicirikan oleh dominasi dan ketidaksetaraan. Ini mencakup baik tujuan ideal yang dicita-citakan maupun strategi praktis untuk mencapainya. Alih-alih mengabaikan fantasi, Wright mengambil serius ketegangan antara mimpi utopian dan praktik nyata, memanfaatkannya sebagai alat analisis. Tujuannya adalah untuk memberikan "proposal yang keras kepala (hard-nosed proposals) untuk secara pragmatis memperbaiki kehidupan kita" dengan tetap berpegang pada cita-cita emansipatoris.
C. Pilar Ilmu Sosial Emansipatoris
Ilmu sosial emansipatoris yang diadvokasi Wright beroperasi melalui empat tugas utama:
1. Diagnosis dan Kritik: Memahami sifat penderitaan dan ketidakadilan, serta mengidentifikasi mekanisme penyebabnya (Kapitalisme).
2. Visi Alternatif: Menjelaskan dan mengevaluasi alternatif institusional yang diinginkan (Utopia Nyata).
3. Teori Transisi: Merumuskan strategi dan jalur untuk bergerak dari Diagnosis saat ini menuju Visi alternatif.
Tulisan ini akan menguraikan secara rinci empat dimensi ini, dimulai dari kritik sentral Wright terhadap struktur kekuasaan kapitalis.
II. Diagnosis Kapitalisme: Eksploitasi, Dominasi, dan Perlunya Pemberdayaan Sosial
A. Rekonstruksi Analisis Kelas Marxis
Kerangka diagnostik Wright berakar pada tradisi Marxis, yang mendefinisikan hubungan kelas tidak hanya dalam hal pendapatan atau kategori pekerjaan, melainkan melalui hubungan mendasar eksploitasi dan dominasi. Wright secara eksplisit membedakan pendekatannya dari pendekatan sosiologi kelas konvensional yang berfokus pada hubungan teknis dalam produksi atau definisi berbasis pendapatan.
Penggunaan istilah 'Eksploitasi' dan 'Dominasi' bukanlah deskripsi netral. Istilah-istilah ini sarat secara normatif dan secara tegas mendukung kritik egaliter radikal terhadap hubungan kapitalis. Bagi seseorang yang berpegang teguh pada visi egaliter radikal, cara mendefinisikan kelas ini sangat menarik, karena secara terbuka menempatkan analisis sebagai fondasi untuk perubahan sosial.
B. Eksploitasi sebagai Hubungan Kausalitas Inti
Eksploitasi, menurut Wright, adalah fitur pembeda dari konsep kelas Marxis. Eksploitasi bukan sekadar kasus di mana sebagian orang lebih makmur daripada yang lain; sebaliknya, hal itu menunjukkan adanya hubungan kausal yang jelas: kaum kaya menjadi kaya, sebagian, karena kaum miskin menjadi miskin.
Secara lebih teknis, eksploitasi adalah kapasitas kelas dominan untuk mengapropriasi surplus tenaga kerja dari kelas subordinat. Pendapatan pemilik modal, misalnya, sebagian adalah hasil dari eksploitasi tenaga kerja pekerja. Hubungan eksploitatif ini memiliki implikasi struktural yang luas:
1. Hal ini memungkinkan anggota kelas dominan untuk mengonsumsi bahkan tanpa berproduksi.
2. Hal ini menyediakan sumber daya material bagi kelas dominan untuk memperkuat kekuasaan sosial dan politik mereka, melampaui kepentingan ekonomi murni.
C. Pemberdayaan Sosial (Social Empowerment): Respons Inti
Respons Wright terhadap dominasi dan eksploitasi kapitalis adalah gagasan Pemberdayaan Sosial. Pemberdayaan sosial didefinisikan sebagai kapasitas untuk memobilisasi orang untuk tindakan kolektif sukarela—baik dalam produksi ekonomi, institusi masyarakat sipil, atau kontrol Negara itu sendiri. Ini adalah konsep sentral dalam visi Wright untuk menciptakan kondisi bagi dunia yang lebih adil dan manusiawi.
Pemberdayaan sosial pada dasarnya mengacu pada ekonomi yang diorganisir dan dikontrol langsung melalui Kekuatan Sosial. Kekuatan Sosial ini berakar pada asosiasi sukarela orang-orang di masyarakat sipil. Dengan menekankan pemberdayaan di tingkat akar rumput, Wright membedakan pendekatannya dari Marxisme tradisional yang fokus pada perang kelas untuk transformasi kultural total negara kapitalis.
Namun, Wright menyadari adanya bahaya tersembunyi. Kekuasaan sosial itu sendiri bukanlah jaminan egalitarianisme. Masyarakat sipil adalah arena tidak hanya untuk pembentukan asosiasi demokratis-egaliter, tetapi juga untuk asosiasi yang eksklusif dan partikularistik yang menentang kondisi universalisasi bagi kemakmuran manusia. Oleh karena itu, meningkatkan peran kekuasaan sosial dalam struktur ekonomi harus disertai dengan mekanisme yang memastikan akuntabilitas untuk mencegah reproduksi penindasan di dalam masyarakat sipil itu sendiri.
III. Metodologi Visi Alternatif: Kerangka Desirability, Viability, Achievability (D-V-A)
A. Mengapa Utopia Saja Tidak Cukup
Agar utopia dapat menjadi "nyata," ia harus melampaui fantasi. Wright berpendapat bahwa idealisme murni bisa berbahaya; mengejar yang terbaik sering kali menjadi musuh dari hal yang baik (the best is the enemy of the good). Untuk menghindari jebakan idealisme murni atau fantasi politik yang tidak berkelanjutan, Wright menetapkan kerangka analitis yang ketat.
B. Tiga Kriteria Evaluasi Alternatif Sosial
Setiap alternatif emansipatoris harus dievaluasi berdasarkan tiga kriteria yang saling terkait: Daya Tarik (Desirability), Kelayakan (Viability), dan Ketercapaian (Achievability).
1. Daya Tarik (Desirability): Sejauh mana proposal institusional konsisten dengan nilai-nilai emansipatoris seperti keadilan, kesetaraan, dan demokrasi.
2. Kelayakan (Viability): Jika alternatif tersebut dapat diciptakan, apakah ia mampu bertahan? Viability menanyakan apakah sistem tersebut akan memiliki konsekuensi tak terduga, dinamika yang merusak diri sendiri, atau ketidakmampuan untuk berfungsi secara efisien dalam jangka panjang.
3. Ketercapaian (Achievability): Strategi dan jalur politik historis mana yang memungkinkan transisi dari institusi kapitalis yang ada menuju alternatif tersebut.
Jika seseorang hanya berfokus pada Daya Tarik tetapi mengabaikan Kelayakan atau Ketercapaian, ia adalah utopian murni (plain utopian). Eksplorasi utopia nyata menuntut pemahaman mendalam tentang dimensi Kelayakan dan Ketercapaian.
C. Analisis Mendalam Kriteria Viability (Kelayakan)
Fokus Wright pada Kelayakan adalah elemen metodologis kunci yang membedakan Ilmu Sosial Emansipatorisnya dari aktivisme naif. Kelayakan mengharuskan pencarian solusi yang sudah berakar dalam dunia yang ada (embryonic real utopias).
Kerangka D-V-A berfungsi sebagai mekanisme untuk mengubah ketegangan antara idealisme dan realisme menjadi alat analisis. Proposal yang sangat diinginkan tetapi terbukti tidak layak (misalnya, karena inefisiensi ekonomi yang parah atau kecenderungan regresif) harus dihindari sebagai "bahaya" politik. Keharusan untuk Viability inilah yang memandu Wright untuk mengidentifikasi dan mempelajari kasus-kasus empiris yang secara konkrit menunjukkan bahwa alternatif anti-kapitalis dapat berfungsi secara stabil.
Tabel I di bawah ini merangkum kerangka D-V-A dan risiko yang menyertainya.
Tabel I: Kerangka Evaluasi Alternatif Sosial (D-V-A Framework)
IV. Jalur Institusional Menuju Utopia Nyata: Demokrasi Ekonomi
Wright mengidentifikasi berbagai jalur institusional menuju pemberdayaan sosial, yang sering kali melibatkan kombinasi Kekuatan Negara, Kekuatan Pasar, dan Kekuatan Sosial (Masyarakat Sipil). Dua contoh utama dari alternatif institusional yang diperiksa Wright adalah Koperasi Pekerja dan Ekonomi Sosial.
A. Studi Kasus: Koperasi Pekerja (Worker-Owned Firms)
Koperasi pekerja mewakili alternatif fundamental terhadap perusahaan kapitalis konvensional. Dalam model kapitalis, kekuasaan terpisah: pemilik memerintah, karyawan mematuhi. Koperasi pekerja bertujuan untuk memperluas nilai tata kelola demokratis ke tempat kerja, menghapus pemisahan antara pemilik dan pekerja.
Secara tradisional, para ekonom berpendapat bahwa perusahaan yang dimiliki dan dikelola karyawan hanya layak dalam kondisi spesifik, seperti perusahaan kecil dengan tenaga kerja yang homogen. Mereka dianggap tidak mampu memproduksi produk canggih, padat modal, yang melibatkan pembagian kerja yang kompleks, karena hal-hal tersebut dianggap memerlukan hubungan kekuasaan hierarkis dan properti kapitalis.
B. Contoh Nyata: Mondragón Cooperative Corporation (MCC)
Mondragón Cooperative Corporation di wilayah Basque, Spanyol, adalah contoh empiris terkemuka yang secara langsung membantah skeptisisme ekonomi konvensional.
Detail Institusional dan Kelayakan Empiris:
Mondragón didirikan pada tahun 1950-an dan telah berkembang menjadi konglomerat koperasi pekerja terbesar di dunia, mencakup sekitar 250 perusahaan terpisah dan lebih dari 40.000 pekerja-pemilik, tanpa investor luar. Secara empiris, Mondragón telah membuktikan Viability-nya dengan memproduksi berbagai barang dan jasa canggih, termasuk mesin cuci kelas atas, suku cadang mobil, layanan perbankan, asuransi, dan toko bahan makanan.
Keberhasilan dan stabilitas Mondragón, bahkan selama krisis ekonomi global 2008—di mana hampir semua pekerja-pemilik dari satu-satunya koperasi yang bangkrut dipindahkan ke koperasi lain—memberikan bukti kuat yang menentang klaim bahwa hubungan properti kapitalis adalah prasyarat untuk efisiensi produksi modern dan kompleks.
Tata Kelola Demokrasi:
Dalam Mondragón, manajemen puncak dipilih oleh para pekerja. Keputusan korporat utama diputuskan melalui majelis umum pekerja-pemilik atau dewan direksi yang mewakili mereka. Ini menunjukkan bahwa praktik demokrasi dapat diintegrasikan ke dalam operasi bisnis skala besar.
Sinergi Strategis UBI:
Wright mengidentifikasi bahwa keberadaan perusahaan Mondragón dapat ditingkatkan secara dramatis jika ada Unconditional Basic Income (UBI). Salah satu kesulitan utama yang dihadapi koperasi baru adalah kebutuhan untuk menghasilkan aliran pendapatan yang cukup bagi anggotanya dengan cepat. Dengan adanya UBI, biaya hidup dasar akan tertutup (sebuah strategi Simbiotik), memberikan "ruang gerak" yang lebih besar bagi koperasi (strategi Interstitial) untuk bermanuver dan mencapai stabilitas, sehingga secara kausal meningkatkan Ketercapaian model-model Interstitial.
V. Studi Kasus Institusional (II): Ekonomi Sosial dan Tata Kelola Partisipatif
A. Ekonomi Sosial (Social Economy)
Ekonomi Sosial adalah model emansipatoris kedua yang fokus pada bagaimana kegiatan ekonomi dapat diorganisir dan dikontrol langsung melalui Kekuatan Sosial yang berakar pada masyarakat sipil.
Menurut aktivis ekonomi sosial Quebec, Nancy Neamtan, sebuah perusahaan ekonomi sosial memiliki ciri-ciri utama berikut:
- Bertujuan untuk melayani anggota atau komunitas, alih-alih hanya mengejar keuntungan.
- Mandiri dari Negara.
- Menetapkan proses pengambilan keputusan yang demokratis, yang mengharuskan partisipasi pengguna dan pekerja.
- Memprioritaskan orang dan pekerjaan di atas modal dalam distribusi pendapatan dan surplus.
- Berdasarkan prinsip partisipasi, pemberdayaan, dan tanggung jawab individual dan kolektif.
B. Contoh Nyata: Le Chantier de l’économie sociale (Quebec)
Model Le Chantier de l’économie sociale di Quebec merupakan contoh nyata dari ekonomi sosial dalam tindakan, khususnya dalam sistem dukungan lansia dan anak.
Detail Institusional:
Le Chantier adalah dewan yang dipilih secara demokratis di Quebec, dengan perwakilan dari berbagai sektor ekonomi sosial. Dewan ini berfungsi untuk mengorganisir inisiatif untuk meningkatkan ekonomi sosial, memediasi hubungannya dengan pemerintah provinsi, dan memperluas peran sektor tersebut dalam ekonomi regional secara keseluruhan.
Signifikansi Hibrida:
Model ini menunjukkan jalur menuju pemberdayaan sosial yang bersifat hibrida. Meskipun berakar pada asosiasi sukarela (Kekuatan Sosial), ia juga menciptakan mekanisme mediasi yang dilembagakan dengan negara (Kekuatan Negara). Hal ini sangat penting karena ia mengatasi risiko yang melekat dalam Kekuatan Sosial, yaitu kecenderungannya untuk mereproduksi penindasan atau eksklusivitas. Melalui mekanisme seperti Le Chantier, prinsip-prinsip demokratis-egaliter dapat diterapkan pada kegiatan ekonomi berbasis kebutuhan.
C. Tata Kelola Partisipatif yang Diberdayakan (Empowered Participatory Governance)
Tata kelola partisipatif yang diberdayakan adalah desain institusional yang bertujuan untuk mempromosikan partisipasi warga negara dalam demokrasi langsung. Desain ini secara khusus mencari cara untuk memberdayakan masyarakat sipil di tingkat akar rumput dan menggabungkannya dengan mekanisme pengambilan keputusan yang terikat secara hukum, yang pada dasarnya menciptakan bentuk hibrida dalam kerangka negara kapitalis.
D. Contoh Nyata: Anggaran Partisipatif Porto Alegre, Brasil
Porto Alegre, Brasil, adalah studi kasus yang paling sering dikutip untuk Tata Kelola Partisipatif yang Diberdayakan. Kota ini mengimplementasikan Anggaran Partisipatif, di mana warga secara langsung mengontrol alokasi bagian anggaran publik.
Signifikansi Pemberdayaan:
Inovasi ini menunjukkan bahwa dominasi Kekuatan Sosial dapat menembus dan meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas negara, melampaui peran tradisionalnya. Partisipasi warga dalam penganggaran ini menyebar dan memperluas ke domain belanja pemerintah yang baru, menciptakan institusi baru yang mendorong pemberdayaan sosial. Ini adalah contoh nyata bagaimana upaya social empowerment dapat berkembang tanpa memerlukan transformasi kultural perang kelas yang menyeluruh terhadap Negara kapitalis.
VI. Strategi Transformasi: Tiga Moda Perubahan Institusional
Bagi Wright, salah satu tantangan terbesar bagi gerakan anti-kapitalis adalah kurangnya teori transisi yang koheren—sebuah "kotak hitam" antara kondisi saat ini dan visi masa depan. Untuk mengatasi hal ini, Wright menguraikan tiga "moda transformasi" yang dapat digunakan untuk mencapai utopia nyata.
A. Moda 1: Transformasi Ruptural (Ruptural Transformation)
Transformasi ruptural mengacu pada strategi yang melibatkan pemutusan mendadak dan cepat dengan status quo.
Logika Strategis: Logika yang mendasarinya adalah Menghancurkan (Smashing) struktur kapitalis yang ada untuk membangun yang baru. Strategi ini diasosiasikan dengan Marxisme revolusioner.
Contoh Klasik: Revolusi Rusia.
Kritik Wright: Meskipun Wright merekonstruksi tradisi Marxis, ia sangat skeptis terhadap mode Ruptural di abad ke-21. Ia berpendapat bahwa di bawah kondisi historis yang dapat diperkirakan, penggunaan kekerasan pemberontakan tidak akan mampu menciptakan bentuk pemberdayaan sosial demokratis-egaliter yang mendalam di masyarakat kapitalis maju. Akibatnya, dalam karya-karya terakhirnya, ia mengecualikan strategi ruptural dari kerangkanya untuk "mengikis kapitalisme".
B. Moda 2: Transformasi Interstitial (Interstitial Transformation)
Transformasi interstitial berfokus pada pembangunan alternatif di "celah-celah (cracks) hegemoni kapitalis". Strategi ini adalah tentang menciptakan ruang baru bagi hubungan emansipatoris di mana kekuatan pasar dan negara tidak dominan.
Logika Strategis: Logika yang mendasarinya adalah Membangun (Building) institusi emansipatoris baru, sebagian besar dengan mengabaikan atau menghindari Negara dan kapitalis. Mode ini diasosiasikan dengan tradisi Anarkis dan Sindikalis.
Contoh Nyata: Mondragón Cooperative Corporation dan Wikipedia. Institusi-institusi ini menunjukkan bagaimana prinsip organisasi non-kapitalis dapat mencapai skala dan efisiensi di domain ekonomi (Mondragón) dan informasi (Wikipedia).
C. Moda 3: Transformasi Symbiotic (Symbiotic Transformation)
Transformasi simbiotik adalah strategi reformis yang berupaya menggunakan Negara secara sistematis untuk memajukan proses pemberdayaan sosial emansipatoris.
Logika Strategis: Logika yang mendasarinya adalah Menjinakkan (Taming) kapitalisme melalui regulasi dan reformasi progresif. Strategi ini melibatkan kerja sama dengan negara, dan terkadang dengan elemen kapitalis, untuk mencapai tujuan reformis. Ini diasosiasikan dengan gerakan Sosial Demokrat.
Contoh Nyata: Universal Basic Income (UBI), yang diusulkan sebagai hibah pendapatan universal yang didanai negara. Contoh lain termasuk regulasi sosial demokratis dan anggaran partisipatif (seperti di Porto Alegre).
Tabel II: Perbandingan Tiga Moda Strategis Transformasi
VII. Sintesis Strategis: Mengikis Kapitalisme dan Kombinasi Strategi
A. Logika Mengikis Kapitalisme (Eroding Capitalism)
Wright menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun mode transformasi yang memadai untuk membangun dunia pasca-kapitalis sendirian. Transisi tidak akan terjadi melalui kehancuran yang tiba-tiba, tetapi melalui proses erosi yang bertahap di mana institusi emansipatoris tumbuh dan meluas hingga akhirnya menenggelamkan kapitalisme.
Fokus Wright dalam karyanya yang lebih baru bergeser secara tegas ke kombinasi strategis antara mode Interstitial dan Symbiotic. Sementara strategi ruptural dikecualikan, upaya Interstitial (membangun koperasi, ekonomi sosial, dll.) dan Symbiotic (menggunakan negara untuk mendukungnya) dilihat sebagai elemen yang saling melengkapi dalam "mengikis kapitalisme".
B. Kasus Konkret Sinergi (Symbiotic dan Interstitial)
Sinergi antara UBI (Symbiotic) dan koperasi pekerja (Interstitial) adalah contoh utama bagaimana strategi yang berbeda dapat secara kausal meningkatkan Ketercapaian alternatif emansipatoris. UBI, sebagai reformasi berbasis negara, menyediakan jaring pengaman pendapatan dasar, yang secara signifikan mengurangi risiko kegagalan bagi koperasi pekerja baru. Ini menunjukkan bahwa reformasi progresif yang dilakukan melalui negara dapat menjadi fasilitator utama bagi pengembangan Kekuatan Sosial di masyarakat sipil.
Ini menegaskan sebuah pemahaman yang berbeda dari kritik radikal klasik, di mana Kekuatan Negara (sering dilihat sebagai musuh) menjadi penyokong utama bagi kemajuan ekonomi sosial akar rumput.
C. Dilema Utama dalam Transformasi
Meskipun Wright mendukung kombinasi strategis, ia menyadari adanya tantangan dan dilema mendasar:
1. Konflik dan Kepentingan Kelas: Kombinasi strategi simbiotik dan interstitial tidak menyiratkan jalur kerja sama yang mulus. Transformasi ini pada intinya mengancam hubungan kekuasaan inti kapitalisme dan akan selalu memicu konflik antara kepentingan kelas yang bertentangan.
2. Risiko Kooptasi (Co-optation): Strategi simbiotik berisiko tinggi. Jika reformasi hanya bertujuan untuk taming (menjinakkan) kapitalisme (misalnya, menstabilkan pasar tenaga kerja), alih-alih dismantling (membongkar) struktur inti kapitalis, maka reformasi tersebut bisa berakhir hanya memperkuat sistem yang ada.
3. Dilema Akuntabilitas Masyarakat Sipil: Kekuatan sosial dan asosiasi di masyarakat sipil, meskipun merupakan sumber pemberdayaan, dapat mereproduksi penindasan atau eksklusivitas. Inilah mengapa mekanisme tata kelola partisipatif yang diberdayakan, seperti Anggaran Partisipatif Porto Alegre, penting: mereka memaksakan transparansi dan akuntabilitas pada keputusan yang dibuat di arena masyarakat sipil, sehingga mengatasi risiko internal tersebut.
4. Tantangan Prioritas: Para pengkritik menunjukkan bahwa Wright tidak sepenuhnya menjawab pertanyaan mengenai prioritas strategis—yaitu, elemen mana (Interstitial atau Symbiotic) yang harus mendominasi, dan bagaimana menghindari nasib kegagalan di mana inisiatif Interstitial yang tadinya radikal, pada akhirnya, berfungsi seperti entitas kapitalis (seperti yang diamati dalam beberapa kasus Eurokomunisme di Italia).
VIII. Kesimpulan: Relevansi Utopia Nyata di Abad ke-21
Buku "Envisioning Real Utopias" adalah kontribusi sosiologis yang sangat penting. Dengan merekonstruksi Marxisme dan mengaplikasikan kerangka Desirability-Viability-Achievability, Erik Olin Wright berhasil mengatasi sinisme yang meluas terhadap transformasi sosial radikal.
Kontribusi utamanya terletak pada kemampuannya untuk menjembatani teori radikal dengan kelayakan institusional, memberikan "kompas" yang diperlukan untuk menentukan apakah gerakan sosial bergerak ke arah yang benar menuju masyarakat yang lebih egaliter dan demokratis. Dengan berfokus pada Pemberdayaan Sosial dan Kekuatan Sosial, ia mengalihkan perhatian dari tuntutan perang kelas revolusioner menuju pembangunan institusi akar rumput dan reformasi negara yang mendukungnya. Kasus-kasus seperti Mondragón, Le Chantier de l’économie sociale, dan Porto Alegre berfungsi sebagai bukti empiris yang diperlukan dari Kelayakan alternatif-alternatif anti-kapitalis.
Meskipun demikian, laporan ini mencatat beberapa keterbatasan dalam buku tersebut. Beberapa pengamat berpendapat bahwa kritik Wright terhadap kapitalisme bersifat "atemporal" dan kurang menangani kekuatan terbesar kapitalisme modern: kapasitasnya yang luar biasa untuk inovasi dan pembaharuan konstan. Selain itu, pertanyaan mengenai bagaimana mengelola tegangan antara strategi Simbiotik (menjinakkan) dan tujuan Transenden (membongkar), serta bagaimana memprioritaskan upaya dalam kombinasi strategi, tetap menjadi tantangan yang perlu diselesaikan oleh gerakan anti-kapitalis di masa depan. Warisan Wright adalah membangkitkan kembali dan membumikan perdebatan mengenai teori transisi, menjadikannya pertanyaan sentral dan mendesak di abad ke-21.
Sumber Referensi:
aacademica.org. (n.d.). Real utopias – Wright, Erik Olin. Acta Académica. https://aacademica.org
asanet.org. (n.d.). Erik Olin Wright – American Sociological Association. American Sociological Association. https://asanet.org
asanet.org. (n.d.). Transforming capitalism through real utopias. American Sociological Association. https://asanet.org
centerforneweconomics.org. (n.d.). Excerpts from Envisioning Real Utopias. Schumacher Center for a New Economics. https://centerforneweconomics.org
degrowth.info. (n.d.). From taming to dismantling: Degrowth and anti-capitalist strategy. https://degrowth.info
degrowth.info. (n.d.). Let’s move on from Erik Olin Wright’s modes of transformation. https://degrowth.info
dissentmagazine.org. (n.d.). Real men find real utopias. Dissent Magazine. https://dissentmagazine.org
european-group.org. (n.d.). Real utopias and dilemmas of institutional transformation. European Group for the Study of Deviance and Social Control. https://european-group.org
fes.de. (n.d.). Erik Olin Wright: Envisioning Real Utopias. Friedrich-Ebert-Stiftung. https://fes.de
irp.wisc.edu. (n.d.). Class structure and income determination. Institute for Research on Poverty, University of Wisconsin–Madison. https://irp.wisc.edu
pages.nyu.edu. (n.d.). Alternative foundations of class analysis (E. O. Wright, Ed.). New York University. https://pages.nyu.edu
researchgate.net. (n.d.). (PDF) Review of Envisioning Real Utopias by Erik Olin Wright. ResearchGate. https://researchgate.net
sociology.berkeley.edu. (n.d.). Discussion forum on Erik Olin Wright, Envisioning Real Utopias (London and New York: Verso, 2010). University of California, Berkeley. https://sociology.berkeley.edu
sscc.wisc.edu. (n.d.). How to be an anti-capitalist for the 21st century. Social Science Computing Cooperative, University of Wisconsin–Madison. https://sscc.wisc.edu
sscc.wisc.edu. (n.d.). Real utopias and the dilemmas of institutional transformation. Social Science Computing Cooperative, University of Wisconsin–Madison. https://sscc.wisc.edu
Wright, E. O. (2020). Envisioning real utopias (E-book ed.). Verso Books.



Post a Comment