Analisis Buku Prison Notebooks Karya Antonio Gramsci: Uraian Lengkap dan Pemikiran Kritis

Table of Contents

Buku Prison Notebooks Karya Antonio Gramsci
I. Pengantar: Mendekonstruksi Sebuah Karya Klasik

Prison Notebooks (Italia: Quaderni del carcere) adalah salah satu karya paling orisinal dan berpengaruh dalam teori politik abad ke-20. Karya ini merupakan serangkaian esai, refleksi, dan catatan yang ditulis oleh filsuf Marxis dan politisi Italia, Antonio Gramsci, selama masa penahanannya di bawah rezim fasis Benito Mussolini. Yang membuat karya ini begitu unik adalah paradoks sentralnya: meskipun ditulis dalam kondisi yang tidak memungkinkan, terfragmentasi, dan tidak sistematis, isinya menawarkan kerangka analitis yang koheren dan revolusioner untuk memahami kekuasaan, budaya, dan perjuangan sosial.

Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan secara lengkap dan menganalisis secara mendalam isi dari Prison Notebooks dengan menempatkannya dalam konteks historis yang tepat. Analisis akan membedah konsep-konsep utamanya, menjelaskan hubungan kompleks di antara konsep-konsep tersebut, dan mengkaji warisannya yang luas terhadap teori politik dan gerakan sosial kontemporer. Tujuan utamanya adalah untuk menyatukan ide-ide yang secara inheren terputus-putus ke dalam narasi yang logis dan mudah dipahami, sehingga dapat menyoroti signifikansi abadi dari pemikiran Gramsci.

II. Biografi dan Konteks Penulisan: Lahirnya Pemikiran di Bawah Penjara Fasis

Memahami latar belakang kehidupan dan penangkapan Antonio Gramsci adalah hal yang esensial untuk mengapresiasi kedalaman dan urgensi dari Prison Notebooks. Tanpa konteks ini, karya tersebut mungkin tampak seperti catatan seorang sarjana yang terputus-putus, padahal sesungguhnya ia adalah respons terhadap kekalahan politik yang dramatis.

Perjalanan Hidup dan Politik Antonio Gramsci

Antonio Gramsci lahir pada tahun 1891 dan sejak muda telah menunjukkan minat mendalam pada politik dan intelektual. Ia bergabung dengan Partai Sosialis Italia (PSI) pada tahun 1913 dan dengan cepat membangun reputasinya sebagai seorang jurnalis terkemuka. Ia menjadi salah satu pendiri Partai Komunis Italia (PCd'I) pada tahun 1921 dan kemudian menjabat sebagai pemimpinnya. Pengalaman Gramsci dalam mengorganisasi dewan-dewan pekerja di Turin membuatnya percaya bahwa kaum buruh mampu mengambil kendali atas produksi dan bersiap untuk pemerintahan sendiri.

Ia sangat kecewa dengan kegagalan gerakan revolusioner di negara-negara kapitalis Barat, yang secara teoritis seharusnya "tak terhindarkan" berdasarkan Marxisme ortodoks. Kecewaannya ini menjadi salah satu pendorong intelektual utama di balik Prison Notebooks, di mana ia berusaha menjelaskan mengapa revolusi sosialis tidak terjadi di Barat dan mengapa kapitalisme justru semakin mengakar.

Penangkapan dan Kondisi Penjara

Titik balik yang menentukan dalam hidup Gramsci adalah penangkapannya oleh rezim fasis Mussolini pada tahun 1926. Setelah melalui "sidang sandiwara" pada tahun 1928, ia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara. Selama di penjara Turi, ia mulai menulis Prison Notebooks pada bulan Februari 1929. Kondisi kesehatannya yang terus menurun selama penahanan menambah urgensi dan tekanan pada karya-karyanya. Ia meninggal pada tahun 1937, tidak lama setelah ia dibebaskan dari penjara ke sebuah pusat medis karena kondisi kesehatannya yang memburuk.

Sifat dan Struktur Karya

Prison Notebooks bukanlah buku yang ditulis dengan struktur linier, sistematis, atau kohesif. Ada beberapa alasan mendalam yang menjelaskan sifat terfragmentasi ini:

  • Pembatasan dan Sensor: Gramsci dipaksa untuk menggunakan bahasa yang tidak lugas, metafora, dan istilah-istilah kode untuk menghindari sensor ketat dari pihak penjara. Sebagai contoh, ia menggunakan istilah "Filosofi Praksis" untuk merujuk pada Marxisme dan "Pangeran Modern" untuk menyebut partai politik revolusioner. Penggunaan bahasa yang samar ini, ironisnya, membuat karyanya menjadi lebih fleksibel dan relevan bagi para pembaca di masa depan.
  • Sifat Fragmentaris: Karya ini pada dasarnya adalah kumpulan catatan, esai, dan refleksi yang ditulis secara tidak berurutan antara tahun 1929 dan 1935. Ia menulis tentang topik apa pun yang menarik perhatiannya pada saat itu, sehingga topik sering kali melompat-lompat. Tujuannya yang mendasari adalah untuk menganalisis kekalahan kelas pekerja Italia dan kebangkitan fasisme, yang ia lakukan melalui refleksi historis, politik, dan teoretis.
  • Publikasi Anumerta: Naskah-naskah ini diselundupkan keluar penjara setelah kematian Gramsci dan dikatalogkan oleh saudara iparnya, Tatiana Schucht. Mereka kemudian dikirim ke Moskow dan baru dikembalikan ke Italia setelah Perang Dunia II. Publikasi pertama mereka pada tahun 1947 adalah hasil kurasi dan interpretasi yang mengorganisir catatan-catatan yang terputus-putus menjadi volume-volume tematis.

III. Analisis Konseptual Inti dalam "Prison Notebooks"

Meskipun terfragmentasi, Prison Notebooks memuat sejumlah konsep kunci yang saling terkait dan membentuk sebuah filosofi politik yang komprehensif. Konsep-konsep ini menawarkan pemahaman yang jauh lebih bernuansa tentang kekuasaan dan revolusi dibandingkan dengan Marxisme klasik.

A. Hegemoni Budaya: Dari Koersi Menuju Konsensus

Konsep hegemoni adalah kontribusi paling signifikan dan orisinal Gramsci terhadap teori politik. Ia mendefinisikan hegemoni sebagai "kepemimpinan intelektual dan moral" di mana sebuah kelas sosial mampu mendapatkan dan mempertahankan persetujuan dari kekuatan sosial lainnya. Ini adalah pembaruan radikal terhadap Marxisme yang menolak determinisme ekonomi, yang beranggapan bahwa perubahan historis semata-mata ditentukan oleh basis ekonomi (infrastruktur). Gramsci berpendapat bahwa kekuasaan tidak hanya dipertahankan melalui paksaan politik dan ekonomi, tetapi juga secara ideologis, melalui budaya hegemoni.

Gramsci membedakan secara tajam antara hegemoni, yang beroperasi melalui konsensus, dan dominasi, yang dipertahankan melalui koersi atau paksaan fisik secara terang-terangan. Dalam masyarakat kapitalis maju, hegemoni beroperasi melalui institusi-institusi masyarakat sipil (sekolah, gereja, media, dan keluarga). Institusi-institusi ini menyebarkan nilai-nilai kelas penguasa sehingga nilai-nilai tersebut diterima sebagai "akal sehat" (common sense) yang normal dan alami bagi semua orang. Dengan cara ini, kelas pekerja secara sukarela membantu mempertahankan status quo daripada memberontak. Untuk mengatasi hal ini, Gramsci berargumen bahwa kaum buruh harus mengembangkan budaya mereka sendiri yang mampu menantang dan menggantikan hegemoni borjuis.

Gramsci mengidentifikasi tiga tingkatan hegemoni yang mencerminkan spektrum kekuasaan berbasis konsensus:

  • Hegemoni Integral (Total): Kondisi ini ditandai oleh persatuan moral dan intelektual yang sangat kokoh antara kelas penguasa dan massa yang diperintah.
  • Hegemoni Merosot (Decadent): Meskipun sistem masih berfungsi, terdapat potensi konflik atau ketidakpuasan laten yang tersembunyi di bawah permukaan, menunjukkan goyahnya konsensus pasif.
  • Hegemoni Minimum: Kondisi yang sangat rapuh, di mana dominasi hanya bergantung pada persatuan elite ekonomi dan politik tanpa partisipasi aktif massa.

Pemikiran Gramsci ini timbul dari analisisnya terhadap kegagalan revolusi sosialis yang "tak terhindarkan" di Barat. Ia menyimpulkan bahwa kekuasaan tidak hanya didukung oleh basis ekonomi (infrastruktur) atau kekuatan represif negara (masyarakat politik), tetapi juga oleh benteng ideologi dan budaya yang kokoh di dalam masyarakat sipil. Analisis ini membawa Marxisme dari determinisme ekonomi ke dimensi superstruktur (budaya, ideologi), menjelaskan mengapa revolusi langsung tidak efektif di Barat dan mengapa perjuangan harus beralih ke ranah budaya. Dengan demikian, hegemoni menjadi konsep sentral yang menghubungkan semua ide-ide lain dalam karyanya.

Tabel 1: Perbandingan Hegemoni Budaya dan Dominasi Fisik

Buku Prison Notebooks Karya Antonio Gramsci

B. Negara dan Masyarakat Sipil: Benteng Pertahanan dan Medan Perjuangan

Gramsci menolak pemisahan kaku antara "negara" sebagai aparat koersif dan "masyarakat sipil" sebagai ranah privat. Ia mengajukan konsepsi "negara integral," yang ia rangkum dalam formula: "Negara = masyarakat politik + masyarakat sipil (dengan kata lain, hegemoni dilindungi oleh baju besi paksaan)".

Dalam pandangan ini, masyarakat politik adalah ranah koersi, yang mencakup aparat represif negara seperti polisi, militer, dan pengadilan. Sementara itu, masyarakat sipil adalah ranah konsensus, yang terdiri dari institusi "privat" seperti sekolah, gereja, serikat pekerja, dan media. Gramsci melihat masyarakat sipil di negara-negara Barat sebagai "benteng pertahanan" (trenches) yang melindungi negara dari krisis atau serangan langsung.

Pandangan Gramsci tentang masyarakat sipil sebagai benteng yang kuat ini adalah alasan utama mengapa strategi revolusi "ala Rusia" tidak berhasil di Barat. Di Rusia, Gramsci berpendapat, negara sangat kuat tetapi masyarakat sipilnya "belum berkembang" atau "tidak terstruktur," sehingga serangan langsung (war of maneuver) terhadap negara bisa berhasil. Di Barat, negara dilindungi oleh masyarakat sipil yang kokoh, membuat serangan frontal sulit dilakukan. Ini menunjukkan hubungan kausal yang jelas: kondisi historis dan sosiologis yang berbeda di Barat menyebabkan perlunya strategi revolusi baru yang berfokus pada ranah budaya. Konsep "negara integral" menunjukkan bahwa kekuasaan modern adalah perpaduan yang kompleks antara paksaan dan persetujuan.

C. Peran Intelektual: Arsitek Hegemoni

Gramsci tidak membatasi definisi intelektual hanya pada akademisi atau filsuf. Ia memperluas konsep ini untuk mencakup semua individu yang memiliki fungsi "organisasional" dalam masyarakat, seperti manajer, birokrat, ilmuwan, dan teknisi. Ia menganggap mereka sebagai "deputi" dari kelompok dominan yang bertanggung jawab untuk menjalankan "fungsi-fungsi subaltern dari hegemoni sosial dan pemerintahan politik".

Gramsci membedakan dua jenis intelektual yang fundamental:

  • Intelektual Tradisional: Berakar pada kelas-kelas yang telah ada sebelumnya (seperti pendeta atau bangsawan) dan menampilkan diri mereka sebagai kelas yang terpisah dari masyarakat. Mereka cenderung berfokus pada pengajaran yang tidak bersifat praktis, seolah-olah hidup di "menara gading". Fungsi utama mereka adalah untuk menjelaskan realitas dengan cara yang menaturalisasi dan melegitimasi status quo yang ada.
  • Intelektual Organik: Muncul secara organik dari kelas sosial tertentu dan berfungsi sebagai "otak" dari kelas tersebut. Mereka terlibat langsung dalam perjuangan masyarakat, bertujuan untuk mengubah status quo, dan mengartikulasikan visi dunia baru untuk kelas yang mereka wakili.


Gramsci berpendapat bahwa setiap kelas yang ingin berkuasa harus melakukan dua hal: pertama, menciptakan intelektual organiknya sendiri yang mampu membangun kesadaran kolektif; dan kedua, mengasimilasi intelektual tradisional yang ada ke dalam proyek hegemoni barunya. Peran intelektual adalah penghubung langsung antara ide-ide dan tindakan kolektif. Tanpa intelektual organik, sebuah kelas bawahan (subaltern) tidak bisa beralih dari kesadaran "ekonomi-korporat" yang sempit ke "kepemimpinan intelektual dan moral" yang diperlukan untuk hegemoni. Oleh karena itu, membangun intelektual organik adalah prasyarat revolusi budaya, yang pada gilirannya merupakan prasyarat revolusi politik.

Tabel 2: Perbedaan Intelektual Tradisional dan Intelektual Organik

Buku Prison Notebooks Karya Antonio Gramsci

D. Strategi Perjuangan: Perang Posisi vs. Perang Manuver

Berdasarkan analisisnya tentang hegemoni dan negara integral, Gramsci mengidentifikasi dua strategi revolusioner yang berbeda.

  • Perang Manuver (War of Maneuver): Merupakan serangan frontal dan langsung terhadap kekuasaan negara dan aparat represifnya. Strategi ini adalah taktik revolusioner Marxisme-Leninis yang efektif di masyarakat di mana negara sangat kuat tetapi masyarakat sipilnya lemah dan belum terstruktur (seperti Tsar Rusia pada tahun 1917).
  • Perang Posisi (War of Position): Merupakan perjuangan yang panjang, bertahap, dan sabar untuk merebut "benteng" di masyarakat sipil, mengubah ideologi, norma, dan nilai-nilai budaya dari dalam. Ini adalah proses transformasi kultural yang bertujuan untuk menghancurkan hegemoni yang ada dan menggantikannya dengan hegemoni baru.

Gramsci berpendapat bahwa di masyarakat Barat dengan masyarakat sipilnya yang kuat dan terorganisir, strategi "perang manuver" tidak akan berhasil. Sebaliknya, strategi yang relevan adalah "perang posisi," di mana perjuangan harus dimulai di ranah budaya dan ideologi. Gramsci menekankan bahwa kedua strategi ini tidak sepenuhnya terpisah; kemenangan dalam "perang posisi" adalah prasyarat untuk keberhasilan "perang manuver". Dengan memenangkan pertarungan ideologis dan budaya, partai revolusioner akan mendapatkan dukungan rakyat yang diperlukan untuk merebut kekuasaan politik secara frontal. Ini adalah aplikasi paling jelas dari teorinya, menunjukkan bahwa ia menolak determinisme ekonomi dan berpendapat bahwa revolusi harus dimulai di ranah superstruktur—di ranah ide-ide, budaya, dan institusi.

Tabel 3: Perbandingan Perang Posisi dan Perang Manuver

Buku Prison Notebooks Karya Antonio Gramsci

IV. Konsep-Konsep Kunci Lainnya

Untuk menunjukkan kedalaman pemikiran Gramsci, Prison Notebooks juga menguraikan beberapa konsep penting lainnya yang saling melengkapi.

"Pangeran Modern" (The Modern Prince)

Mengambil inspirasi dari Niccolò Machiavelli, Gramsci menggambarkan partai politik revolusioner sebagai "Pangeran Modern". Konsep ini melambangkan sebuah entitas kolektif yang berfungsi sebagai pemimpin dalam perjuangan untuk hegemoni dan pendirian negara baru. Seperti Pangeran Machiavelli yang membangun "kehendak kolektif" rakyat, partai revolusioner modern harus melampaui kepentingan sempit satu kelas untuk memobilisasi dan menyatukan berbagai kelompok sosial di bawah satu visi bersama, yang disebutnya sebagai "nasional-populer".

"Filosofi Praksis" (Philosophy of Praxis)

Untuk menghindari sensor, Gramsci menggunakan istilah "filosofi praksis" untuk merujuk pada Marxisme. Istilah ini menekankan kesatuan fundamental antara teori dan tindakan. Ia menolak Marxisme yang bersifat deterministik dan mekanistik, yang menganggap revolusi sebagai hasil otomatis dari kondisi ekonomi. Sebaliknya, "filosofi praksis" menekankan bahwa pemikiran harus berakar pada sejarah dan perjuangan praktis, dan bahwa teori adalah alat untuk membawa perubahan, bukan hanya untuk mengamatinya.

Ideologi dan Common Sense

Gramsci juga mengupas hubungan antara ideologi dan "akal sehat" (common sense). Ia berpendapat bahwa ideologi penguasa menjadi "akal sehat" yang diterima secara luas oleh massa, seringkali melalui pendidikan, media, dan agama. Ia menganalisis bahwa common sense bersifat kontradiktif, tidak kritis, dan terfragmentasi. Namun, di dalamnya juga terdapat "nukleus sehat" yang ia sebut good sense, yang terdiri dari sikap-sikap praktis dan realistis. Tugas para intelektual organik adalah untuk mengubah common sense yang pasif menjadi good sense yang kritis melalui proses edukasi dan kesadaran.

V. Warisan dan Signifikansi Abadi "Prison Notebooks"

Meskipun lahir dari kekalahan politik dan ditulis dalam kondisi sulit, Prison Notebooks telah memberikan dampak yang luas dan abadi terhadap teori politik dan sosial.

Pengaruh terhadap Teori Marxisme dan Neo-Marxisme

Gramsci dianggap sebagai salah satu tokoh sentral dalam Neo-Marxisme karena penolakannya terhadap determinisme ekonomi. Dengan membawa Marxisme ke ranah superstruktur—khususnya budaya dan ideologi—ia memberikan penjelasan baru tentang mengapa kapitalisme begitu tangguh di Barat. Karyanya membuka jalan bagi para teoretikus kritis untuk menganalisis kekuasaan tidak hanya dalam hal hubungan ekonomi, tetapi juga dalam hal institusi, budaya, dan kesadaran.

Dampak pada Studi Sosial dan Gerakan Sosial

Konsep-konsep Gramsci, terutama hegemoni, telah menjadi alat analitis yang sangat penting dalam berbagai bidang studi, termasuk sosiologi, studi budaya, dan analisis gerakan sosial. Para akademisi dan aktivis telah menggunakan kerangka Gramsci untuk menganalisis berbagai fenomena kontemporer, mulai dari media, ras, gender, hingga geopolitik. Sebagai contoh, Stuart Hall menggunakan pemikiran Gramsci untuk memahami masalah ras dan etnisitas, sementara gerakan mahasiswa di Jerman pada tahun 1960-an mengadaptasi konsep "perang posisi" sebagai strategi "long march melalui institusi". Relevansi ini menunjukkan fleksibilitas pemikiran Gramsci, yang dapat diterapkan di luar konteks Italia fasisnya.

Relevansi Kontemporer

Pemikiran Gramsci tetap sangat relevan dalam masyarakat modern di mana kekuasaan semakin dipertahankan melalui propaganda, media, dan institusi budaya. Konsep "perang posisi" memungkinkan kita untuk menganalisis perjuangan-perjuangan kontemporer seperti gerakan keadilan iklim, yang berjuang melawan "kapitalisme iklim" yang mencoba mendapatkan konsensus masyarakat untuk solusi inkremental daripada perubahan radikal. Perdebatan yang terus berlangsung mengenai apakah Gramsci adalah seorang demokrat atau Leninis, seperti yang diangkat oleh Dylan Riley, adalah bukti lebih lanjut dari kedalaman dan ambiguitas pemikirannya yang abadi, menjadikannya subjek studi yang menantang dan terus relevan.

VI. Penutup: Kesimpulan

Prison Notebooks adalah sebuah monumen intelektual yang lahir dari kekalahan politik, tetapi berhasil mengubah pemahaman tentang kekuasaan secara fundamental. Gramsci berhasil menggeser fokus analisis dari sekadar paksaan (koersi) menjadi kombinasi kompleks antara paksaan dan persetujuan (konsensus). Melalui konsep-konsep seperti hegemoni budaya, negara integral, dan perang posisi, ia memberikan seperangkat alat analitis yang canggih untuk menganalisis bagaimana hegemoni diciptakan, dipertahankan, dan dapat ditantang dari dalam masyarakat sipil.

Meskipun sifatnya yang terfragmentasi membuat karya ini sulit untuk dibaca secara sistematis, kejeniusan Gramsci terletak pada kemampuannya untuk menawarkan wawasan yang mendalam dan fleksibel yang melampaui konteks sejarahnya sendiri. Karya ini tidak menyediakan resep revolusi yang konkret, tetapi memberikan kerangka kerja untuk memikirkan kembali strategi emansipasi dalam masyarakat modern yang kompleks. Oleh karena itu, Prison Notebooks tetap menjadi sumber inspirasi abadi bagi para pemikir, akademisi, dan aktivis yang berjuang untuk perubahan sosial.

Karya yang dikutip:

Britannica. (n.d.). Hegemony. In Encyclopaedia Britannica. Retrieved September 24, 2025, from https://www.britannica.com

Buttigieg, J. A. (2018). Antonio Gramsci. In E. N. Zalta (Ed.), The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Fall 2018 Edition). Stanford University. https://plato.stanford.edu/entries/gramsci/

DergiPark. (n.d.). An essay on Gramsci’s concept of civil society. DergiPark. https://dergipark.org.tr

Global Social Theory. (n.d.). Gramsci, Antonio. Global Social Theory. https://globalsocialtheory.org

Gramsci, A. (2007). Prison notebooks, volume 3 (J. A. Buttigieg, Ed. & Trans.). New York, NY: Columbia University Press.

Gramsci, A. (2013). Prison notebooks: Catatan-catatan dari penjara (Terj. Pustaka Pelajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gramsci, A. (2017). Sejarah dan budaya (Terj. Tim Penerjemah Narasi). Yogyakarta: Narasi.

Haryanto, I. (2017). Peran masyarakat sipil dalam proses demokratisasi. Scholar Hub Universitas Indonesia. https://scholarhub.ui.ac.id

Indonesiana.id. (2020, August 14). Negara integral dan perang posisi dalam teori hegemoni Gramsci. https://indonesiana.id

KC UMN. (n.d.). Tinjauan pustaka. KC Universitas Multimedia Nusantara. https://kc.umn.ac.id

Kumparan. (2021, July 2). Fenomena intelektual organik di ruang publik: Mengupas teori Antonio Gramsci. Kumparan. https://m.kumparan.com

Lore, A. (2017). An analysis of Antonio Gramsci’s Prison Notebooks. Routledge. https://www.routledge.com

Lumbung Pustaka UNY. (n.d.). Genealogi hegemoni ditempatkannya hegemoni dalam kategori ilmu humaniora. Eprints UNY. https://eprints.uny.ac.id

Modern Diplomacy. (n.d.). Review of Prison Notebooks by Antonio Gramsci. Modern Diplomacy. Retrieved September 24, 2025, from https://moderndiplomacy.eu

P2P Foundation. (n.d.). War of maneuver vs war of position. P2P Foundation Wiki. Retrieved September 24, 2025, from https://wiki.p2pfoundation.net

Prisma Jurnal. (n.d.). Cendekiawan pascakolonial. Jurnal Prisma. https://prismajurnal.com

Reddit contributors. (n.d.). Regarding Gramsci’s theory of intellectuals. Reddit. Retrieved September 24, 2025, from https://www.reddit.com

Reddit contributors. (n.d.). Which chapters in The Prison Notebooks are the most well-known? Reddit. Retrieved September 24, 2025, from https://www.reddit.com

Repositori Universitas Andalas. (n.d.). Gerakan masyarakat sipil transnasional. Universitas Andalas. https://repo.unand.ac.id

Saputro, B. (2018). Hegemoni sosial, budaya, dan kekuasaan wacana sastra buku teks bahasa Indonesia SMA. Prosiding Seminar Nasional Unnes. https://proceeding.unnes.ac.id

Scribd contributors. (n.d.). Gramsci – Organic intellectuals [PDF]. Scribd. https://www.scribd.com

SPADA UNS. (n.d.). Hegemoni budaya. Universitas Sebelas Maret. https://spada.uns.ac.id

Uberty.org. (n.d.). Prison Notebooks. Uberty. Retrieved September 24, 2025, from https://uberty.org

Wikipedia contributors. (n.d.). Antonio Gramsci. In Wikipedia. Retrieved September 24, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Antonio_Gramsci

Wikipedia contributors. (n.d.). Cultural hegemony. In Wikipedia. Retrieved September 24, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_hegemony

Wikipedia contributors. (n.d.). Hegemoni budaya. In Wikipedia bahasa Indonesia. Retrieved September 24, 2025, from https://id.wikipedia.org/wiki/Hegemoni_budaya

Wikipedia contributors. (n.d.). Prison Notebooks. In Wikipedia. Retrieved September 24, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Prison_Notebooks

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment