Pengertian Skeptisisme, Skeptisisme dalam Ilmu Pengetahuan, dan Perbedaannya dengan Sikap Kritis dan Berpikir Negatif

Table of Contents
Pengertian Skeptisisme, Skeptisisme dalam Ilmu Pengetahuan, dan Perbedaannya dengan Sikap Kritis dan Berpikir Negatif
Skeptisisme

A. Pengertian Skeptisisme

Skeptisisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skeptis yaitu kurang percaya, ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dsb). Jadi secara umum skeptisisme adalah ketidakpercayaan atau keraguan seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya.

Tom Friedman dari New York Times mengatakan bahwa skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu. Dalam penggunaan sehari-hari skeptisisme bisa berarti:
1) Suatu sikap keraguan atau disposisi untuk keraguan baik secara umum atau menuju objek tertentu
2) Doktrin yang benar ilmu pengetahuan atau terdapat di wilayah tertentu belum pasti; atau
3) Metode ditangguhkan pertimbangan, keraguan sistematis, atau kritik yang karakteristik skeptis (Merriam-Webster).

Dalam filsafat, skeptisisme adalah lebih bermakna khusus untuk suatu atau dari beberapa sudut pandang. Termasuk sudut pandang tentang:
1) Sebuah pertanyaan
2) Metode mendapatkan pengetahuan melalui keraguan sistematis dan terus menerus pengujian
3) Kesembarangan, relativitas, atau subyektivitas dari nilai-nilai moral
4) Keterbatasan pengetahuan
5) Metode intelektual kehati-hatian dan pertimbangan yang ditangguhkan

B. Skeptisisme dalam Ilmu Pengetahuan

Skeptisisme sebagai sebuah pemahaman bisa dirunut dari Yunani Kuno. Pemahaman yang kira-kira secara gampangnya Tidak ada yang bisa kita ketahui, Tidak ada yang pasti, Saya ragu-ragu. Sebuah pernyataan yang akan diprotes karena memiliki paradoks. Jika memang tidak ada yang bisa diketahui, darimana kamu mengetahuinya. Jika memang tidak ada yang pasti, perkataan itu sendiri sesuatu kepastian. Setidaknya dia yakin kalau dirinya ragu-ragu.

Skeptis juga bisa dianggap sebagai sifat. Kadang kita juga melakukannya tanpa kita sadari. Ketika kita mendengar bahwa ada cerita kita diculik pocong tentu saja kita mengerutkan kening. Kemudian kita tidak mempercayai dengan mudah, kita anggap isapan jempol, urban legend (dongeng), palsu. Orang skeptis bisa memberikan argumen-argumen keberatan terhadap cerita tersebut. Mereka meminta bukti, menyodorkan fakta kenapa cerita itu tak mungkin dan lain sebagainya. Sifat skeptis artinya sifat meragukan sesuatu. Tidak mau menerima dengan mudah apa adanya. Selalu meragukan sesuatu jika belum ada bukti yang benar-benar jelas. Jika ada cerita maka tidak langsung mempercayainya.

Sifat semacam ini penting bagi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memerlukan suatu kepastian yang seakurat mungkin karena itu ilmuwan diharapkan skeptis. Ilmuwan tidak boleh langsung percaya begitu saja terhadap berita, percobaan dan lain sebagainya. Ini karena metode dalam ilmu pengetahuan yang ketat. Jika seseorang menyatakan sebuah teori misalnya Naga itu ada! Ilmuwan kemudian bertanya. Mana buktinya? Ilmu selalu mempertanyakan bukti. Ini karena ilmu tidak boleh mudah percaya. Ini karena di dunia banyak penipu dan pembohong, ada mereka yang menyatakan melihat sesuatu padahal tidak ada di sana. Ada juga mereka yang merasa melihat sesuatu padahal sebenarnya tidak. Jika komunitas ilmuwan hendak mempercayai hal semacam ini tanpa bukti dan meminta yang lain supaya percaya, maka ilmu pengetahuan akan dipenuhi hal-hal yang tidak bisa dipercaya kebenarannya

C. Perbedaan Sikap Skeptis, Sikap Kritis dan Berpikir Negatif

Bersikap kritis atau berpikir kritis dalam pengertian yang sederhana adalah tidak mudah mempercayai sesuatu. John Dewey mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses aktif, Dewey dalam hal ini ingin mengontraskannya dengan cara berpikir di mana seseorang menerima begitu saja gagasan-gagasan dan informasi dari orang lain, atau bisa dikatakan sebagai proses pasif. Bagi Dewey berpikir kritis adalah sebuah proses aktif- proses di mana kita memikirkan berbagai hal secara lebih mendalam, mengajukan berbagai pertanyaan, menemukan informasi yang relevan, dan lain-lain ketimbang menerima pelbagai hal dari orang lain secara pasif. Michael Scriven mendefinisikan berpikir kritis sebagai interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Dari gagasan ini ia berargumen bahwa berpikir kritis merupakan kompetensi akademis yang mirip dengan membaca dan menulis dan hampir sama pentingnya.

Hampir tidak ada perbedaan antara kritis dan skeptis, keduanya merupakan pola pikir yang tidak mudah mempercayai sesuatu. Dalam dunia pendidikan sikap skeptis sangat penting; sikap untuk tidak dengan mudahnya menelan pendapat orang lain begitu saja; untuk tidak cepat puas dengan jawaban yang dihasilkan, melainkan berusaha untuk mencari pendapat dari berbagai sudut pandang dan kemudian menyimpulkannya sendiri. Sementara itu, berpikir negatif (stereotip) adalah sebuah proses pemikiran yang menggambarkan sisi buruk dari sesuatu yang dilihat dan dialami manusia, mencurigai sesuatu, mencari dan menemukan kesalahanya, semata-mata untuk menjatuhkan bukan untuk memperbaiki atau menjadikannya lebih baik.


Dari berbagai sumber

Ket. klik warna biru untuk link 

Download

Lihat Juga
1. Pengambilan sampel dari populasi tak-terhingga dan tak-jelas
2. Metode-metode dalam sosiologi
3. Manfaat penelitian sosiologis bagi pembangunan
4. Jenis-jenis penelitian sosial
5. Jenis-jenis metode penelitian sosiologi dan contohnya
6. Metode untuk ilmu-ilmu sosial
7.
Pengertian Metode Ilmiah, Unsur, Kriteria dan Langkah-langkahnya 

8. Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian, dan Teknik-teknik Desain Penelitian 
9. Pengertian Penalaran, Ciri, Tahap, Syarat, Metode serta Kesalahan Nalar
10. Pengertian Hipotesis, Karakteristik, Fungsi, Tahap Perumusan dan Jenisnya
11. Pengertian Data, Sumber, Jenis, Fungsi dan Metode Pengumpulan Data
12. Pengertian Laporan Penelitian: Ciri, Jenis, Tujuan, Cara, Sistematika dan Contohnya
13. Pengertian Objektivitas dalam Ilmu Pengetahuan
14. Pengertian Variabel Penelitian, Jenis dan Hubungan antarvariabel
15. Pengertian Topik Penelitian, Unsur, Ciri, dan Cara Menentukannya
16. Pengertian Diskusi, Unsur, Prinsip, Tujuan, Manfaat, Langkah-langkah, Jenis dan Laporan Hasil Diskusi

Tokoh, Biografi, Pemikiran, Teori, dan Karya yang terkait materi
1. Aristoteles
2. Edmund Husserl
3. Harlod Garfinkel


Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 4. Rancangan Penelitian Sosial (KTSP)
2. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 5. Pengumpulan Data dalam Penelitian (KTSP)
3. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 6. Pengolahan Data (KTSP)
4. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 7. Penulisan Laporan Penelitian (KTSP)
5. Materi Sosiologi Kelas X Bab 4.1 Rancangan Penelitian Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas X Bab 4.2 Rancangan Penelitian Sosial (Kurikulum Revisi 2016) 

7. Materi Sosiologi Kelas X Bab 5.1 Pengumpulan Data dalam Penelitian (Kurikulum Revisi 2016)
8. Materi Sosiologi Kelas X Bab 5.2 Pengumpulan Data dalam Penelitian (Kurikulum Revisi 2016)
 
9. Materi Sosiologi Kelas X Bab 6.1 Pengolahan dan Analisis Data (Kurikulum Revisi 2016)
10. Materi Sosiologi Kelas X Bab 6.2 Pengolahan dan Analisis Data (Kurikulum Revisi 2016) 

11. Materi Sosiologi Kelas X Bab 7.1 Laporan Penelitian (Kurikulum Revisi 2016)
12. Materi Sosiologi Kelas X Bab 7.2 Laporan Penelitian (Kurikulum Revisi 2016)

13. Materi Ujian Nasional Kompetensi Jenis Penelitian Sosial
14. Materi Ujian Nasional Kompetensi Langkah-Langkah Penelitian Sosial
15. Materi Ujian Nasional Kompetensi Metode Penelitian Sosial
16. Materi Ujian Nasional Kompetensi Manfaat Hasil Penelitian 
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment