Teori Konstruktivisme Sosial
Table of Contents
Tingkat perkembangan kemampuan aktual terjadi secara mandiri dan kemampuan potensial melalui bimbingan orang dewasa. Proses konstruksi pengetahuan dilakukan secara bersama-sama dengan bantuan yang diistilahkan scaffolding, misalnya dengan memberikan petunjuk, pedoman, bagan/gambar, prosedur, atau balikan. Oleh sebab itu, dibutuhkan contoh, demonstrasi, atau praktik dari orang lebih dewasa. Teori ini melandasi munculnya pembelajaran kolaboratif/kooperatif, pembelajaran berbasis masalah (PBL), dan pembelajaran kontekstual.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia secara sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Individu menghubungkan dan mengasimilasikan pengetahuan, kecakapan, pengalaman yang telah dimilikinya dengan pengetahuan, kecakapan, pengalaman baru sehingga terjadi perubahan/perkembangan. Menurut konstruktivisme, belajar adalah: 1) proses aktif dan konstruktif yang terjadi di lingkungan luar kelas; 2) mengubah informasi menjadi proses mental; 3) membangun pengetahuan dan pengertian dari pengalaman pribadi; 4) mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman lama (asimilasi); 5) membangun pengetahuan baru dari fenomena lama (akomodasi); 6) proses kognitif untuk memecahkan masalah dunia nyata, menggunakan alat yang tersedia dalam situasi pemecahan masalah; 7) bersifat situasional, interaktif; 8) bekerja dengan teman dalam konstruksi sosial yang berarti bagi dirinya; 9) proses pribadi yang terus-menerus untuk memonitor kemajuan belajar.
Menurut teori ini, pengetahuan ada dalam pikiran manusia dan merupakan interpretasi manusia terhadap pengalamannya tentang dunia, bersifat perspektif, konvensional, tentatif, dan evolusioner. Pengetahuan/konsep baru dibangun secara bertahap dari waktu ke waktu dalam konteks sosial. Peserta didik berinteraksi dengan materi pengetahuan dan mengintegrasikan info lama dengan info baru dan kesadaran tentang apa yang dipelajari (metakognitif). Prinsip teori ini adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran sosial: peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu
2. Zona perkembangan terdekat: peserta didik lebih mudah belajar konsep jika konsep itu berada pada zona perkembangan terdekat mereka
3. Pemagangan kognitif: peserta didik secara bertahap memperoleh keahlian melalui interaksinya dengan orang lain yang telah menguasai bidangnya
4. Scaffolding: peserta didik diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistis untuk kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut.
Pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses belajar, bukan mengajar. Peserta didik diberi kesempatan pada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman yang nyata. Teori ini berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan hasil. Peserta didik didorong untuk melakukan penyelidikan dalam upaya mengembangkan rasa ingin tahu secara alami. Penilaian hasil belajar ditekankan pada kinerja dan pemahaman peserta didik. Implikasi teori konstruktivisme sosial dalam pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Dasar pembelajaran adalah bahwa dalam diri siswa sudah ada pengetahuan, pemahaman, kecakapan, pengalaman tertentu
2. Peserta didik belajar mengonstruksi (menambah, merevisi, atau memodifikasi) pengetahuan, pemahaman, kecakapan, pengalaman lama menjadi pengetahuan, pemahaman, kecakapan, dan pengalaman baru
3. Guru berperan memfasilitasi terjadi terjadinya proses konstruksi pengetahuan
Menurut konstruktivisme sosial, pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri dan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. Peserta didik aktif mengonstruksi secara terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. Peran guru hanya sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar. Berikut bagan konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
![]() |
Bagan konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik |
1. Orientasi: mengembangkan motivasi dan mengadakan observasi
2. Elisitasi: mengungkapkan ide secara jelas serta mewujudkan hasil observasi
3. Restrukturisasi ide: klarifikasi ide, membangun ide baru, dan mengevaluasi ide baru.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi
5. Review atau kaji ulang: merevisi dan mengubah ide
Beberapa kelebihan pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan dapat mengaplikasikannya
2. Peserta didik aktif berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan
3. Selain itu, murid terlibat secara langsung dan aktif belajar sehingga dapat mengingat konsep secara lebih lama
Model belajar konstruktivisme
![]() |
Model belajar konstruktivisme |
Sumber
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Teori Konstruktivisme dalam Pendidikan
2. Teori Konstruktivisme dalam Pendidikan. Konsepsi Anak
3. Teori Konstruktivisme dalam Pendidikan. Proses Perubahan Konseptual
4. Teori Belajar dari Vygotsky
Post a Comment