Carl Jung. Teori Psikologi Analitis

Table of Contents
Teori Psikologi Analitis Carl Jung
Carl Jung

Klasifikasi Jiwa

Teori psikoanalisis Freud menekankan terapi pada alam bawah sadar sedemikian rupa sehingga dapat disadari oleh individu. Namun, alam bawah sadar yang dimaksud Freud agak abstrak. Baginya, alam bawah sadar adalah ruang gelap tempat hasrat terkurung dan meronta-ronta di mana keinginan terkekang serta pengalaman mengerikan berada dan menghantui manusia.

Carl Jung terpengaruh dengan Freud karena selama kariernya ia berkonsentrasi pada studi alam bawah sadar manusia. Ia memasuki alam bawah sadar dari mimpi. Dalam hal ini, mimpi yang paling sering dialami Jung berhubungan dengan kematian, alam baka, serta kebangkitan dari kubur. Mimpi-mimpi ini mempresentasikan alam bawah sadar, tetapi bukan hanya pada level personal atau individu, tetapi juga kolektif (mencakup semua orang).

Dari situ, Jung membagi psyche (jiwa) menjadi tiga bagian dengan uraian sebagai berikut.
a. Ego
Jung mendefinisikan ego sebagai kesadaran yang mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi dan sikap jiwa. Fungsi jiwa adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang tidak pernah berubah dalam berbagai situasi lingkungan. Menurut Jung, fungsi jiwa dapat dibedakan menjadi fungsi rasional (meliputi pikiran dan perasaan) serta irasional (mencakup indra dan intuisi). Fungsi rasional bekerja dalam menilai sesuatu. Pikiran menilai atas dasar benar dan salah sedangkan perasaan menilai berdasarkan menyenangkan atau sebaliknya. Sementara itu, fungsi irasional bekerja melalui pengamatan. Indra mengamati secara sadar (indriawi) sedangkan intuisi adalah pengamatan tak sadar (berdasarkan naluri).

Adapun sikap jiwa adalah arah energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Sikap jiwa dapat mengarah ke luar atau ke dalam. Setiap manusia mengorientasikan diri terhadap dunianya. Akan tetapi, seseorang bisa mengorientasikan ke luar dirinya (extrover) sedangkan orang lain justru ke dalam dirinya (introver).

b. Alam bawah sadar personal
Jung menganggap alam bawah sadar personal meliputi segala sesuatu yang tidak disadari oleh individu secara langsung, tetapi dapat diusahakan untuk disadari. Hal itu mencakup kenangan yang dapat dibawa ke alam sadar, serta ingatan yang ditekan agar tidak menguap ke alam sadar karena sebab-sebab tertentu. Hanya saja, alam bawah sadar personal Jung ini tidak mencakup insting seperti psikoanalisis Freud.

c. Alam bawah sadar kolektif
Jung menyebut alam bawah sadar kolektif sebagai tumpukan pengalaman atau pengetahuan setiap individu yang dimiliki sejak lahir. Pengalaman ini tidak bisa disadari secara langsung, tetapi berpengaruh terhadap perilaku, khususnya dalam bentuk perasaan. Dalam konteks ini, perasaan hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan atau manifestasinya.

Berikut beberapa penjelasan Jung mengenai manifestasi alam bawah sadar kolektif.
1) Arketipe
Isi alam bawah sadar kolektif disebut arketipe (pola dasar). Arketipe adalah kecenderungan yang tidak dapat dipelajari untuk mengalami suatu hal melalui jalan-jalan tertentu. Arketipe tidak memiliki wujud, tetapi bereaksi sebagai prinsip penentu pada sesuatu yang dilihat dan dilakukan manusia. Misalnya, seorang bayi hanya ingin makan, tanpa mengetahui sesuatu yang akan ia makan. Artinya, cara kerja arketipe sama dengan insting dalam teori Freud

2) Arketipe ibu
Arketipe ibu adalah pola dasar yang mengikatkan seseorang kepada ibu. Seseorang lahir ke dunia dari rahim ibunya. Selanjutnya, dalam berbagai pengalaman getir, ia sering mencari ibu, mengingatnya, serta berusaha berhubungan dengannya. Dalam beberapa sisi, manusia senantiasa berkaitan dengan keibuan. Setiap orang senantiasa ingin memproyeksikan arketipe ke dalam sosok konkret yang biasanya pada ibu kandungnya. Bahkan, jika tidak memiliki sosok ibu yang jelas untuk mengkonkretkan arketipe ibu, seseorang akan berusaha mempersonifikasi arketipe tersebut pada tokoh-tokoh mitologi dalam dongeng. Tokoh inilah yang menjadi simbol dari arketipe tersebut.

3) Mana
Mana adalah arketipe yang bersifat spiritual, bukan insting biologis sebagaimana menurut Freud dan pengikutnya. Misalnya, jika bermimpi tentang sebuah benda yang panjang, Freud akan menafsirkan hal itu sebagai keinginan untuk bersenggama. Adapun menurut Jung, mimpi semacam itu belum tentu menandakan adanya kebutuhan seksual yang tak terpenuhi.

4) Bayang-bayang
Bayang-bayang adalah sisi gelap ego sekaligus tempat bercokolnya sisi jahat manusia. Pada dasarnya, bayang-bayang bersifat amoral karena mewakili sisi kebinatangan manusia. Seekor binatang yang berperilaku jahat bukan berarti hal itu adalah keinginannya. Sebab, alam memang menuntut untuk berbuat demikian. Dari sudut pandang manusia, dunia binatang itu kejam sehingga bayang-bayang dianggap sebagai sampah yang menjadi bagian diri, tetapi tidak dapat disingkirkan.

5) Imago
Imago adalah isi kejiwaan yang diproyeksikan oleh seseorang kepada orang lain. Proyeksi di sini diartikan menempatkan sisi-sisi batin diri sendiri pada objek-objek di luar diri secara tidak sadar.

6) Persona
Persona adalah cara yang dibuat secara sadar oleh individu untuk menampakkan dirinya ke luar. Meskipun persona pada awalnya merupakan arketipe, seiring berjalannya waktu seseorang akan menyadarinya dan menjelma sebagai bagian diri yang paling jauh letaknya dari ketidaksadaran kolektif. Persona bisa berbentuk kesan baik. Misalnya, seseorang memperlihatkan upaya kepada masyarakat yang menuntut peran tertentu. Namun, persona juga berbentuk kesan buruk. Sebagai contoh, seseorang menampilkan diri untuk mengecoh pendapat dan perilaku orang lain. Seseorang kadang kala ikut terkecoh dengan persona yang ia tampilkan. Misalnya, seseorang meyakini dirinya seperti apa yang ia bayangkan. Padahal, kenyataan sesungguhnya tidak demikian.

7) Anima dan animus
Anima adalah sisi kewanitaan yang hadir di alam bawah sadar kolektif pria. Sementara itu, animus adalah sisi kelaki-lakian yang hadir pada alam bawah sadar kolektif wanita. Menurut Jung, setiap manusia bersifat biseksual. Jadi, setiap orang mempunyai sifat-sifat kewanitaan serta kelaki-lakian. Anima dan animus berhubungan langsung dengan persona. Dalam hal ini, persona menyesuaikan diri ke luar sedangkan anima dan animus ke dalam. Jadi, persona adalah fungsi perantara antara aku dan dunia luar. Adapun anima dan animus merupakan fungsi perantara antara aku dan dunia dalam.


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik sampai Modern. IrcisoD. Yogyakarta


Download

Baca Juga
1. Carl Jung. Biografi Psikolog
2. Carl Jung. Prinsip Kerja Jiwa 
3. Carl Jung. Tipologi Kepribadian
4. Carl Jung. Perkembangan Kepribadian dan Proses Individuasi
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment