Sigmund Freud. Komponen Struktural

Komponen Struktural Sigmund Freud
Sigmund Freud
a. Id
Id (das es) adalah sistem kepribadian asli yang dibawa sejak lahir. Dari Id ini akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan seperti insting, impuls, serta drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.

Id beroperasi berdasarkan prinsip kepuasan, kenikmatan, atau kesenangan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Oleh karena itu, Id merupakan sumber dari dorongan-dorongan biologis seperti makan, minum, tidur, dan sebagainya. Prinsip kesenangan pada Id merujuk pada pencapaian kepuasan yang segera dan bersifat fantasi (maya).

Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan dengan tingkat energi rendah sedangkan rasa sakit merupakan tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Jadi, ketika ada stimulus yang memicu energi untuk bekerja, Id beroperasi dengan prinsip kenikmatan. Dalam hal ini, Id berusaha mengurangi atau menghilangkan tegangan serta mengembalikan diri ke tingkat energi yang rendah.

Pleasure principle diproses dengan dua cara, yaitu aksi refleks (reflex actions) dan proses primer (primary process). Aksi refleks merupakan reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir, seperti mengedipkan mata atau pemuasan rangsangan sederhana yang biasanya dapat segera dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan. Hal ini digunakan untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses ini membentuk gambaran objek berupa mengurangi tegangan, misalnya mimpi, lamunan, serta halusinasi psikotik yang disebut juga pemenuhan hasrat.

Id hanya membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar dan salah. Id tidak tabu terhadap moral. Jadi, Id dikembangkan untuk memperoleh khayalan secara nyata agar dapat memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru, khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.

b. Ego
Ego (das ich) merupakan perkembangan dari Id. ego bertujuan agar manusia mampu menangani realitas. Peran utama dari ego ialah sebagai mediator (perantara) antara Id dengan kondisi lingkungan atau dunia luas serta berorientasi pada prinsip realitas (reality principle), yaitu usaha memperoleh kepuasan yang dituntut oleh Id. Prinsip tersebut bekerja dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemuinya objek yang nyata dapat memuaskan kebutuhan.

Dalam mencapai kepuasan, ego didasarkan pada proses sekunder (secondary process), yakni berpikir realistis dan rasional untuk menyusun dan menguji rencana dalam kaitannya dengan kemampuan menghasilkan objek yang dimaksud. Proses pengujian yang dimaksud disebut uji realitas (reality testing), yaitu melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dipikirkan secara realistis. Dilihat dari cara kerjanya, dapat dipahami bahwa ego beroperasi di daerah sadar. Namun demikian, ada sebagian kecil ego yang beroperasi di daerah prasadar dan tak sadar.

Ego merupakan eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama. Pertama, memilih stimulus yang hendak direspons dan atau insting yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan waktu dan cara kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang berisiko minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus memenuhi kebutuhan moral dan superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id. Oleh karena itu, ego tidak memiliki energi sendiri karena memperoleh energi dari Id.

Dalam upaya memuaskan dorongan, ego sering kali cenderung pragmatis, kurang memerhatikan nilai dan norma, atau bersifat hedonis. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ego.
1) Ego merupakan bagian dari Id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan Id
2) Seluruh energi (daya) ego berasal dari Id
3) Peran utama ego ialah memenuhi kebutuhan Id dan lingkungan sekitar
4) Ego bertujuan mempertahankan kehidupan individu dan perkembangannya

c. Superego
Superego (das uber ich) adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian yang beroperasi menggunakan prinsip idealistik (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan realistik ego. Superego berkembang dari ego. Seperti halnya ego, superego tidak mempunyai energi sendiri. Superego juga beroperasi di tiga daerah kesadaran. Hanya saja, superego berbeda dengan ego, tetapi sama dengan Id, yaitu tidak mempunyai kontak dengan dunia luar sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik. Adapun Id tidak realistik dalam hal memperjuangkan kenikmatan.

Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Superego pada hakikatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai atau interpretasi orang tua mengenai standar sosial yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Adapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan diancam hukuman oleh orang tua akan diterima anak sebagai suara hati (conscience) yang berisi segala hal yang tidak boleh dilakukan.

Di sisi lain, apa pun yang disetujui, dihadiahi, dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kepuasan (ego-ideal), yakni berisi hal-hal yang seharusnya dilakukan. Proses kedirian terus mengembangkan conscience dan ego-ideal untuk menerima standar salah dan benar. Hal ini disebut juga introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi akan menggantikan kontrol orang tua.

Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan dan menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru sebatas pikiran. Superego juga seperti ego dalam hal mengontrol Id, yaitu bukan hanya menunda pemuasan, tetapi juga merintangi pemenuhannya. Dalam hal ini, setidaknya terdapat tiga fungsi superego. Pertama, merintangi dorongan-dorongan Id, terutama hasrat seksual dan perilaku agresif. Kedua, mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan hal-hal yang bersifat moralistik. Ketiga, mengejar kesempurnaan (perfection).

Struktur kepribadian Id, ego, dan superego bukanlah bagian-bagian yang menjalankan kepribadian, tetapi hanya nama dalam sistem dan proses psikologis yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya, sistem Id, ego, dan superego bekerja bersama sebagai tim di bawah arahan ego. Bilamana timbul konflik di antara ketiga struktur itu, sangat mungkin terjadi tingkah laku abnormal.


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik sampai Modern. IrcisoD. Yogyakarta


Download

Baca Juga
1. Sigmund Freud. Biografi Psikolog
2. Sigmund Freud. Teori Psikoanalisis
3. Sigmund Freud. Komponen Dinamis 
4. Sigmund Freud. Komponen Sekuensial
5. Sigmund Freud. Teori Agresi
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Sigmund Freud. Komponen Struktural"