Sekilas Pemikiran G.W.F. Hegel (1770-1883)
Table of Contents
G.W.F. Hegel |
Dua konsep menggambarkan esensi filsafat Hegel—dialektika dan idealisme (Beamish, 2007a; Hegel, 1807/1821/1967). Dialektika adalah cara berpikir dan juga gambaran dunia. Di satu sisi, itu adalah cara berpikir yang menekankan pentingnya proses, hubungan-hubungan, dinamika, konflik, dan kontradiksi—suatu cara berpikir dinamis ketimbang statis tentang dunia. Di sisi lain, dialektika adalah suatu pandangan bahwa dunia bukan terbuat dari struktur-struktur statis melainkan dari proses-proses, hubungan-hubungan, dinamika-dinamika, konflik-konflik, dan kontradiksi-kontradiksi.
Meskipun dialektika pada umumnya dihubungkan dengan Hegel, tentu saja dialektika sudah ada di dalam filsafat sebelum dia. Marx, yang terlatih di dalam tradisi Hegelian, menerima signifikansi dialektika. Akan tetapi, dia bersikap kritis terhadap beberapa aspek cara Hegel menggunakannya. Contohnya, Hegel cenderung menerapkan dialektika hanya kepada ide-ide saja, sementara Marx merasa bahwa dialektika juga berlaku bagi aspek-aspek kehidupan yang lebih material, misalnya, ekonomi.
Hegel juga dihubungkan dengan filsafat idealisme (Kleiner, 2005), yang menekankan pentingnya pikiran dan produk-produk mental ketimbang dunia material. Yang paling penting adalah definisi sosial atas dunia fisik dan material, bukan dunia-dunia itu sendiri. Dalam bentuknya yang ekstrem, idealisme menegaskan bahwa yang ada hanyalah pikiran dan pembangunan-pembangunan psikologis. Sejumlah idealis percaya bahwa proses-proses mental mereka akan tetap sama meskipun dunia-dunia fisik dan sosial tidak ada lagi. Para idealis tidak hanya menekankan proses-proses mental tetapi juga ide-ide yang dihasilkan oleh proses-proses tersebut. Hegel menaruh perhatian yang besar kepada perkembangan ide-ide tersebut, khususnya kepada apa yang dia acu sebagai roh masyarakat.
Sesungguhnya Hegel memberikan sejenis teori evolusioner mengenai dunia di dalam istilah-istilah idealistik. Pertama-tama, manusia dianugerahi hanya dengan kemampuan untuk memperoleh pengertian indriawi atas dunia sekitarnya. Mereka dapat memahami hal-hal seperti penglihatan, penciuman, dan merasakan dunia sosial dan fisik. Kemudian, manusia mengembangkan kemampuan untuk menyadari, dan mengerti dirinya sendiri. Dengan pengetahuan diri dan pengertian diri, manusia mulai memahami bahwa mereka dapat menjadi lebih dari apa adanya.
Dari segi pendekatan dialektis Hegel, suatu kontradiksi berkembang di antara apa adanya manusia dan apa yang mereka rasakan dapat diwujudkan. Pemecahan atas kontradiksi itu terletak di dalam pengembangan suatu kesadaran individual akan tempatnya di dalam roh masyarakat yang lebih besar. Para individu akhirnya menyadari bahwa pemenuhan terakhir mereka terletak pada pengembangan dan perluasan roh masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Dengan demikian, di dalam skema Hegel, para individu berevolusi dari suatu pengertian atas benda-benda menuju pengertian atas diri hingga pengertian atas tempat mereka di dalam skema benda-benda yang lebih besar.
Hegel, kemudian menawarkan suatu teori evolusi umum tentang dunia. Teori itu adalah teori subjektif yaitu perubahan dipandang terjadi pada level kesadaran. Akan tetapi, kesadaran itu terjadi sebagian besar di luar kendali para aktor. Para aktor disusutkan menjadi lebih kecil daripada kapal-kapal yang dibawa serta oleh evolusi kesadaran yang tidak terelakkan.
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Download
Baca Juga
Georg W.F. Hegel (1770-1831 M)
Post a Comment