Hasan Hanafi. Islam sebagai Sebuah Kode Etik Universal: Perilaku yang Baik
Table of Contents
Islam Sebuah Kode Etik Universal |
Perilaku universal didasarkan pada keinginan Tuhan. Keinginan Tuhan merupakan pengalaman manusiawi yang dirasakan oleh setiap orang. Ia merupakan ungkapan kesalehan yang dalam, keikhlasan yang sangat tinggi dan kesucian yang absolut. Perilaku baik tanpa didasari niat baik, akan rapuh. Ia akan berhenti segera setelah motivasinya berubah. Bahkan ia akan menjadi tidak etis karena dilandaskan pada kemunafikan dan perilaku berstandar ganda (double standar behavior). Perilaku yang baik dalam penampilan lahirnya bisa saja ditandai dengan niat jahat, yang membiarkan ruangan dalam hati dihinggapi penipuan dan pengkhianatan. Perilaku yang baik yang hanya dibagian luar tidak dapat digunakan sebagai komponen dalam Etika Global sebab ia dapat berubah, tidak kukuh dan mementingkan diri sendiri (self-interested). Hanya perilaku baik yang didasari dengan niat yang baik yang akan permanen, kukuh dan tidak mementingkan diri sendiri. Perilaku yang baik yang didasari oleh niat yang baik tampak dari sikap spontan dan heroik. Dengan menggunakan istilah Bergsonian, perilaku yang baik merupakan aksi spiritual (spiritual act) elan vital yang mengungkapkan kebaikan dari sifat dasar manusia.
Perilaku yang baik merupakan fondasi internal dalam pikiran dan perasaan, dan aktualisasi eksternal dalam ucapan dan perbuatan. Perilaku internal sebagai pikiran dan perasaan yang murni merupakan sebuah perbuatan yang dilakukan secara sadar yang mirip dengan doa dalam hati dari orang-orang beriman atau bagi kesalehan internal bagi penganut aliran kebatinan. Etika Global bagi Solidaritas Kemanusiaan memerlukan perilaku eksternal, karena seluruh dunia tidak dapat menjadi sebuah candi yang sunyi atau tempat sepi para penganut kebatinan. Meski demikian, perilaku eksternal sendiri tanpa didasari secara internal dalam pikiran dan perasaan—meskipun hal tersebut memuaskan kebutuhan material tertentu—bukan merupakan perilaku universal yang baik, karena ia kekurangan niat baik. Dalam kasus ini, perilaku eksternal dapat berupa kemunafikan jika ia tampak baik secara eksternal namun secara internal ia tidak memiliki fondasi, baik dalam pikiran maupun perasaan.
Contoh perilaku baik secara internal yang hanya didasari oleh pikiran, tanpa perasaan, adalah bantuan asing, dengan etika memberi dan menerima, sebuah kalkulus komputer matematika dan jumlah kuantitatif, diberikan kepada yang memerlukan dan dipahami sebagai harta. Harta hanya ditambahkan ke dalam harta yang lain. Kadang-kadang, perasaan baik, simpati, perasaan kasihan, bahkan tanpa perilaku eksternal yang diwujudkan dalam satu benda memiliki nilai yang lebih dibandingkan satu benda yang diberikan tanpa perasaan. Perilaku baik yang secara internal hanya didasari oleh perasaan tanpa pikiran maka ia akan mudah berubah pendirian, menjadi sasaran nafsu dan mood kejiwaan. Rasa kasihan—yang terpisah dari kesadaran teoretis negara di dunia dan distribusi kesejahteraan yang nyata—hanya merupakan simpati murni manusia tanpa pengetahuan, membiarkan ilmu alam dan pengetahuan berada di tangan elit politik sosial yang kuat.
Jika perilaku baik itu secara internal ditegakkan dengan baik dalam pikiran dan perasaan, namun ia hanya diwujudkan dalam ucapan, berwujud kata-kata dan ungkapan, dalam kalimat dan deklarasi, maka perilaku tersebut akan menjadi tidak komplit, lemah, dan tidak manjur. Mencela kejahatan tanpa mencegahnya, atau menyatakan kebaikan tanpa melakukannya merupakan ucapan yang tidak berlaku lagi (basi), hanya etika global bagi solidaritas kemanusiaan yang bersifat retoris. Hal itu penting dalam kampanye politik dan mobilisasi massa, tapi memiliki keterbatasan dan kekurangan. Orang tidak hanya perlu ucapan tapi juga perbuatan. Kadang-kadang perbuatan merupakan argumen praktis yang lebih meyakinkan daripada kata-kata sederhana sekalipun.
Perilaku yang baik menjadi sinonim dengan transendensi, karena keduanya merupakan manifestasi dari Prinsip Universal, satu saat ada dalam teori dan satu saat ada dalam praktik. Bahkan jika transendensi jatuh ke dalam citra manusia dan rumusan bahasa, perilaku yang baik dapat menjadi sebuah alternatif titik persinggungan. Oleh karena esensi Islam adalah: afiliasi terhadap Prinsip Universal dan manifestasi dari perilaku yang baik, Islam dapat dengan mudah dipahami sebagai etika global bagi solidaritas kemanusiaan. Prinsip Universal merupakan basis teoretis bagi Etika Global, dan perilaku baik merupakan dasar praktis bagi Solidaritas Kemanusiaan.
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Hasan Hanafi. 2007. Islam dan Humanisme; Aktualisasi Humanisme Islam di Tengah Krisis Humanisme Universal. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. Hasan Hanafi. Sekilas Biografi dan Karya
2. Hasan Hanafi. Pemikiran dan Karya
3. Hasan Hanafi. Esensi Islam
4. Hasan Hanafi. Islam sebagai Sebuah Prinsip Universal: Transendensi
5. Hasan Hanafi. Islam sebagai Sebuah Aksi yang Menyatu bagi Kelangsungan Hidup Manusia
Post a Comment