Emile Durkheim. Pendidikan Moral dan Pembaruan Sosial

Table of Contents
Pendidikan Moral dan Pembaruan Sosial Emile Durkheim
Pendidikan Moral dan Pembaruan Sosial
Durkheim tidak menganggap dirinya politis dan benar-benar menghindari kebanyakan politik partisan karena tidak cocok dengan objektivitas ilmiah. Namun demikian, seperti yang telah kita lihat, sebagian besar tulisannya berkenaan dengan isu-isu sosial, dan, tidak seperti orang-orang yang melihat diri mereka sebagai ilmuwan sosial objektif di masa kini, dia tidak malu menganjurkan pembaruan sosial yang spesifik, khususnya mengenai pendidikan dan perhimpunan-perhimpunan kerja. Mike Gane (2001: 79) menulis bahwa Durkheim percaya peran ilmu sosial adalah memberikan bimbingan bagi jenis-jenis intervensi sosial spesifik.

Durkheim melihat masalah-masalah di dalam masyarakat modern sebagai penyimpangan-penyimpangan temporer dan bukan sebagai kesulitan-kesulitan yang alami (Fenton, 1984: 45). Oleh karena itu, dia percaya pada pembaruan sosial. Dalam mengambil pendirian tersebut, dia berlawanan dengan kaum konservatif dan radikal di zamannya. Kaum konservatif tidak melihat adanya harapan di dalam masyarakat modern dan sebagai gantinya berusaha memulihkan monarki atau kekuasaan politik Gereja Katolik Romawi. Kaum radikal seperti para sosialis di masa Durkheim setuju bahwa dunia tidak dapat diperbaharui, tetapi mereka berharap bahwa revolusi akan mewujudkan sosialisme atau komunisme.

Baik program-program Durkheim untuk pembaruan maupun pendekatan reformisnya disebabkan oleh kepercayaannya bahwa masyarakat adalah sumber dari setiap moralitas. Program-program pembaruannya didiktekan oleh fakta bahwa masyarakat perlu menghasilkan pengarahan moral bagi individu. Karena itu, masyarakat yang sedang kehilangan kapasitasnya, ia harus direformasi. Pendekatan-pendekatan reformisnya didiktekan oleh fakta bahwa sumber setiap reformasi seharusnya adalah masyarakat yang ada secara aktual. Tidak baik merumuskan program-program pembaruan dari sudut pandang suatu moralitas yang abstrak. Program itu harus dihasilkan oleh kekuatan-kekuatan sosial masyarakat itu dan bukan dari seorang filsuf, atau bahkan sistem etis sosiolog. Cita-cita tidak dapat disahkan ke dalam eksistensi; itu harus dimengerti, dicintai, dan diperjuangkan oleh badan yang bertugas untuk mewujudkannya (Durkheim, 1938/1977: 38).


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Download

Baca Juga 
1. Emile Durkheim. Biografi
2. Emile Durkheim. Teori Agama--Yang Sakral dan Yang Profan
3. Emile Durkheim. Tipe-Tipe Fakta Sosial Non-Material
4. Emile Durkheim. Masyarakat Normal dan Patologis
5. Emile Durkheim. Suicide
6. Emile Durkheim. Agama
7. Emile Durkheim. Fakta-Fakta Sosial Material dan Non-Material
8. Emile Durkheim. Sekilas Pemikiran
9. Emile Durkheim. Fakta-Fakta Sosial
10. Emile Durkheim. The Division of Labor in Society
11. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
12. Emile Durkheim. Hukum Represif dan Restitutif
13. Emile Durkheim. Solidaritas Mekanis dan Organis
14. Pokok Bahasan Sosiologi
15. Emile Durkheim. Anomie Theory (Teori Anomi)
16. Emile Durkheim. Sosiologi Pengetahuan
17. Emile Durkheim. Kepadatan Dinamis
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment