Suhrawardi Al-Maqtul. Riwayat Hidup

Table of Contents
Riwayat Hidup Suhrawardi Al-Maqtul
Suhrawardi Al-Maqtul
As-Suhrawardi Al-Maqtul termasuk salah seorang dari generasi pertama para sufi filsuf pada abad ke-6 Hijriah. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Futuh Yahya Ibn Habsy Ibn Amrak, bergelar Syihabuddin, dan dikenal pula sebagai sang bijak (al-Hakim). Ia lahir di Suhrawad sekitar tahun 550 H. Ia dibunuh di Halb (Aleppo) atas perintah Shalahuddin Al-Ayyubi, tahun 578 H. Oleh karena itu, ia digelari Al-Maqtul (yang dibunuh) sebagai pembedaan dengan dua sufi lainnya, yaitu Abu An-Najid As-Suhrawardi (meninggal tahun 563 H) dan Abu Hafsh Syihabuddin As-Suhrawardi Al-Baghdadi (meninggal tahun 632 H), penyusun kitab Awarif Al-Ma’arif. Dalam sejarah filsafat Islam, guru iluminasinya adalah Syihab Ad-Din Yahya ibnu Habasy ibn Amirak Abu Al-Futuh Suhrawardi (Syaikh Al-Isyraq). Suatu sebutan bagi posisi yang lazim sebagai pendiri mazhab baru filsafat yang berbeda dengan mazhab Periptetik.

Ia mempelajari filsafat dan teologi kepada Majid Ad-Din Al-Jili di Maraghah, kemudian mengembara ke Ishfahan untuk belajar kepada Fakhr Ad-Din Al-Mardini (w. 594 H/1198 M) yang konon telah meramalkan kematian muridnya. Diketahui bahwa Zhahir Al-Farsi, seorang logikawan, memperkenalkan Suhrawardi dengan Al-Basair, karya logikawan termasyhur, Umar ibn Sahlan Al-Shawi. Fakta ini cukup penting karena karya termasuk karya pertama yang menyimpang dari pembagian-baku sembilan bagian logika dan mengakui dua bagian; logika formal dan logika material. Suhrawardi menggunakan sistem yang lebih sederhana ini dalam logika tiga-bagiannya, yang terdiri atas semantik, logika formal, dan logika material.

Setelah merasa cukup belajar secara resmi, Syekh Al-Isyraq mengembara ke seluruh Persia. Di kota yang disinggahinya ia mengunjungi guru tasawuf yang masyhur untuk mendalami ilmu makrifat. Ia menggunakan waktu luangnya untuk tafakur dan zuhud, serta memperbanyak ibadah dan ‘uzlah. Setelah bergaul lama dengan para sufi, Syekh Al-Isyraq melanjutkan perjalanannya ke Anatolia (Asia Kecil) dan Suriah. Pada 1183, seusai menulis kitab Al-Hikmah Al-Isyraq, ia melawat ke Aleppo dan akhirnya ke Damsyik (Damaskus). Di Damsyik ia diterima menjadi penasihat kerohanian di istana Pangeran Malik Aa-Zahir Ghazi, putra Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, yang lebih dikenal dengan Sultan Saladin, pahlawan besar dalam peperangan melawan Tentara Salib.

Suhrawardi berhasil mengambil hati pangeran, menjadi pembimbingnya dan hidup di istana. Dalam pertemuan pribadinya yang berkembang luas, filsuf muda ini menginformasikan kepada sang pangeran tentang filsafat barunya. Hal tersebut membawanya pada posisi istimewa yang diberikan oleh sang pangeran. Hal ini menimbulkan kecemburuan istana yang lazim dijumpai pada Abad Pertengahan. Para hakim, wazir dan fuqaha Aleppo tidak senang dengan statusnya yang meroket dari tutor terkemuka itu. Surat-surat kepada Saladin yang ditulis oleh hakim terkenal Qadhi Al-Fadhil yang menuntut agar Suhrawardi dieksekusi dan eksekusi ini mengakhiri nasib pemikir muda itu. Sultan memerintahkan pangeran untuk membunuhnya.

Para sejarawan Abad Pertengahan menyebut zindiq (anti-agama), merusak agama dan menyesatkan pangeran muda, Al-Malik Al-Zhahir sebagai tuduhan-tuduhan kepada Suhrawardi. Namun, validitas tuduhan ini sangat kontroversial. Alasan eksekusi Suhrawardi yang lebih masuk akal tampaknya didasarkan atas doktrin politik sang filsuf yang terungkap dalam karya-karyanya tentang filsafat iluminasi. Hal itu terlihat dari situasi kejadian tahun eksekusi Suhrawardi yang bersamaan dengan gejolak konflik politik dan militer. Raja Inggris, Richard Hati Singa mendarat di Acre, dan pertempuran-pertempuran besar berlangsung antara Muslim dan Kristen memperebutkan Tanah Suci. Sultan Saladin memberikan perhatian lebih besar pada urusan ini daripada menghiraukan eksekusi sang mistikus pengembara yang tidak dianggap sebagai ancaman nyata bagi keamanan politik.


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
 


Download

Baca Juga
1. Suhrawardi Al-Maqtul. Karya Filsafat
2. Suhrawardi Al-Maqtul. Pemikiran Filsafat
3. Suhrawardi Al-Maqtul. Filsafat Iluminasi
4. Suhrawardi Al-Maqtul. Metodologi Filsafat
5. Suhrawardi Al-Maqtul. Struktur Filsafat Iluminasi
6. Suhrawardi Al-Maqtul. Epistemologi Iluminasionis
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment