Suhrawardi Al-Maqtul. Riwayat Hidup
Table of Contents
Suhrawardi Al-Maqtul |
Ia mempelajari filsafat dan teologi kepada Majid Ad-Din Al-Jili di Maraghah, kemudian mengembara ke Ishfahan untuk belajar kepada Fakhr Ad-Din Al-Mardini (w. 594 H/1198 M) yang konon telah meramalkan kematian muridnya. Diketahui bahwa Zhahir Al-Farsi, seorang logikawan, memperkenalkan Suhrawardi dengan Al-Basair, karya logikawan termasyhur, Umar ibn Sahlan Al-Shawi. Fakta ini cukup penting karena karya termasuk karya pertama yang menyimpang dari pembagian-baku sembilan bagian logika dan mengakui dua bagian; logika formal dan logika material. Suhrawardi menggunakan sistem yang lebih sederhana ini dalam logika tiga-bagiannya, yang terdiri atas semantik, logika formal, dan logika material.
Setelah merasa cukup belajar secara resmi, Syekh Al-Isyraq mengembara ke seluruh Persia. Di kota yang disinggahinya ia mengunjungi guru tasawuf yang masyhur untuk mendalami ilmu makrifat. Ia menggunakan waktu luangnya untuk tafakur dan zuhud, serta memperbanyak ibadah dan ‘uzlah. Setelah bergaul lama dengan para sufi, Syekh Al-Isyraq melanjutkan perjalanannya ke Anatolia (Asia Kecil) dan Suriah. Pada 1183, seusai menulis kitab Al-Hikmah Al-Isyraq, ia melawat ke Aleppo dan akhirnya ke Damsyik (Damaskus). Di Damsyik ia diterima menjadi penasihat kerohanian di istana Pangeran Malik Aa-Zahir Ghazi, putra Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, yang lebih dikenal dengan Sultan Saladin, pahlawan besar dalam peperangan melawan Tentara Salib.
Suhrawardi berhasil mengambil hati pangeran, menjadi pembimbingnya dan hidup di istana. Dalam pertemuan pribadinya yang berkembang luas, filsuf muda ini menginformasikan kepada sang pangeran tentang filsafat barunya. Hal tersebut membawanya pada posisi istimewa yang diberikan oleh sang pangeran. Hal ini menimbulkan kecemburuan istana yang lazim dijumpai pada Abad Pertengahan. Para hakim, wazir dan fuqaha Aleppo tidak senang dengan statusnya yang meroket dari tutor terkemuka itu. Surat-surat kepada Saladin yang ditulis oleh hakim terkenal Qadhi Al-Fadhil yang menuntut agar Suhrawardi dieksekusi dan eksekusi ini mengakhiri nasib pemikir muda itu. Sultan memerintahkan pangeran untuk membunuhnya.
Para sejarawan Abad Pertengahan menyebut zindiq (anti-agama), merusak agama dan menyesatkan pangeran muda, Al-Malik Al-Zhahir sebagai tuduhan-tuduhan kepada Suhrawardi. Namun, validitas tuduhan ini sangat kontroversial. Alasan eksekusi Suhrawardi yang lebih masuk akal tampaknya didasarkan atas doktrin politik sang filsuf yang terungkap dalam karya-karyanya tentang filsafat iluminasi. Hal itu terlihat dari situasi kejadian tahun eksekusi Suhrawardi yang bersamaan dengan gejolak konflik politik dan militer. Raja Inggris, Richard Hati Singa mendarat di Acre, dan pertempuran-pertempuran besar berlangsung antara Muslim dan Kristen memperebutkan Tanah Suci. Sultan Saladin memberikan perhatian lebih besar pada urusan ini daripada menghiraukan eksekusi sang mistikus pengembara yang tidak dianggap sebagai ancaman nyata bagi keamanan politik.
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
Download
Baca Juga
1. Suhrawardi Al-Maqtul. Karya Filsafat
2. Suhrawardi Al-Maqtul. Pemikiran Filsafat
3. Suhrawardi Al-Maqtul. Filsafat Iluminasi
4. Suhrawardi Al-Maqtul. Metodologi Filsafat
5. Suhrawardi Al-Maqtul. Struktur Filsafat Iluminasi
6. Suhrawardi Al-Maqtul. Epistemologi Iluminasionis
Post a Comment