Karya Filsafat Ikhwan Ash-Shafa’
Table of Contents
Ikhwan Ash-Shafa’ |
Sayyed Hossein Nasr (1978:39) menyatakan bahwa Sumber-sumber mengenai Ikhwan, hendaknya dianggap sebagai teks historis semata. Dia menerjemahkan bagian dari suatu wacana (Rasa’il 4:42), yang di dalamnya terdapat informasi tentang universalitas sumber-sumber mereka, dengan memasukkan Wahyu dan Alam, di samping teks-teks tertulis, sebagai berikut: Kita telah mengambil pengetahuan dari empat buku. Buku pertama berisi ilmu-ilmu matematis dan kealaman yang telah dibangun oleh orang-orang bijak dan para filsuf. Kedua, terdiri atas kitab-kitab wahyu, seperti Taurat, Injil dan Al-Qur’an, dan lembaran-lembaran catatan (shuhuf—penerj.) lain yang dibawa oleh para nabi melalui malaikat Wahyu. Ketiga adalah buku-buku tentang Alam yang merupakan gagasan-gagasan (shuwar) dalam pengertian Platonik mengenai bentuk-bentuk (asykal) ciptaan yang secara aktual ada, dari susunan benda-benda langit, pembagian zodiak, gerak bintang, dan sebagainya... hingga perubahan unsur-unsur, produksi berbagai jenis mineral, tumbuhan dan binatang, dan berbagai ragam industri manusia... Keempat, terdiri atas buku-buku ilahiah yang hanya menyentuh orang-orang suci dan malaikat mana yang dekat dengan makhluk-makhluk pilihan, serta jiwa-jiwa yang mulia dan suci...
Ikhwan Ash-Shafa membagi pengetahuan pada tiga kelompok, yaitu: (1) pengetahuan adab/sastra, (2) pengetahuan syariat, dan (3) pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat dibagi menjadi empat bagian, yaitu pengetahuan matematika, pengetahuan logika, pengetahuan fisika, dan pengetahuan ilahiah/metafisika. Pengetahuan syariat adalah pengetahuan nubuwwah yang disampaikan oleh para nabi, sedangkan pengetahuan adab/sastra dan pengetahuan filsafat merupakan hasil upaya jiwa manusia. Bagi mereka, pengetahuan yang paling mulia adalah pengetahuan syariat atau nubuwwah, yaitu pengetahuan yang diperoleh para nabi melalui wahyu, sedangkan yang paling mulia setelahnya adalah pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang tidak diperoleh melalui wahyu, tetapi melalui pemikiran akal yang mendalam. Dilihat dari segi objek pengetahuan, dalam pengajaran Ikhwan Ash-Shafa’, pengetahuan yang paling mulia adalah pengetahuan tentang Tuhan dan sifat-sifat yang layak bagi-Nya, kemudian menyusul pengetahuan tentang hakikat jiwa, hal-ihwalnya, dan hubungannya dengan raga (tubuh), keberadaannya yang sementara dalam tubuh, kelepasannya dari tubuh, dan keberadaannya kembali di alam jiwa. Selanjutnya, pengetahuan tentang hari berbangkit (kiamat), hari berhimpun. Hari perhitungan amal, hari masuk surga/neraka, dan perjumpaan dengan Tuhan. Mereka mengajarkan agar para anggota jemaah Ikhwan Ash-Shafa’ mempelajari semua pengetahuan, tidak mengabaikan suatu buku, dan tidak fanatik terhadap salah satu mazhab agama.
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
Download
Baca Juga
1. Ikhwan Ash-Shafa’
2. Ikhwan Ash-Shafa’. Pemikiran Filsafat
3. Ikhwan Ash-Shafa’. Filsafat Alam
4. Ikhwan Ash-Shafa’. Filsafat dan Angka
5. Ikhwan Ash-Shafa’. Manusia dan Jiwa
Post a Comment