Ibnu Bajjah. Pemikiran Filsafat
Table of Contents
Ibnu Bajjah |
Pikiran Ibnu Bajjah tersebut berlawanan dengan pikiran Al-Ghazali yang menetapkan bahwa akal-pikiran itu lemah dan tidak dapat dipercaya, serta semua pengetahuan manusia sia-sia belaka, karena tidak bisa menyampaikan pada kebenaran, dan cara yang paling baik untuk mencapai makrifat yang benar adalah beribadah (tasawuf).
Dalam risalah Al-Wada’, Ibnu Bajjah mengatakan bahwa Al-Ghazali dalam bukunya Al-Munqidz min Ad-Dlalal telah menempuh jalan khayali yang remeh sehingga ia telah sesat dan menyesatkan orang-orang yang memasuki fatamorgana dan yang mengira bahwa pintu tasawuf telah membuka dunia pikiran dan selanjutnya memperlihatkan kebahagiaan ketika melihat alam langit. Sebagaimana yang telah lazim di dunia sufi, untuk mencapai derajat kesufian, seseorang diharuskan uzlah (menjauhi masyarakat). ‘Uzlah yang dikemukakan oleh Ibnu Bajjah bukanlah menjauhi manusia, melainkan tetap berhubungan dengan masyarakat. Hanya, ia harus mampu menguasai dirinya serta hawa nafsunya dan tidak terbawa oleh arus keburukan kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, ia harus berpusat pada dirinya dan merasa bahwa ia menjadi anutan dan pembuat aturan bagi masyarakat, bukan tenggelam di dalamnya.
Filsafat Ibnu Bajjah yang mendasar pada realitas adalah wajar karena ia merupakan penganut filsafat dan logikanya karya Al-Farabi meskipun ia pun memberikan sejumlah besar tambahan dalam karya-karya itu. selain itu, dasar filsafat Ibnu Bajjah adalah filsafat Aristoteles, terutama metafisika dan psikologi yang disandarkan pada fisika. Oleh sebab itu, tulisan-tulisan Ibnu Bajjah penuh dengan wacana tentang fisika.
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
Download
Baca Juga
1. Ibnu Bajjah. Riwayat Hidup
2. Ibnu Bajjah. Karya Filsafat
3. Ibnu Bajjah. Tentang Materi dan Bentuk
4. Ibnu Bajjah. Tentang Akal dan Pengetahuan
5. Ibnu Bajjah. Teori Ittishal
Post a Comment