Ibnu Miskawaih. Filsafat Ketuhanan
Table of Contents
Ibnu Miskawaih |
Miskawaih menggunakan keseluruhan Bab VIII untuk membahas definisi Tuhan secara positif ataupun negatif dan menyimpulkan bahwa cara negatif adalah cara yang paling mungkin. Ia juga menunjukkan kecenderungan Neoplatonis yang mencolok pada Bab IX. Ia mengatakan bahwa ke-maujud-an pertama yang memancar dari Tuhan adalah intelegensia pertama yang (Miskawaih mengatakannya agak ganjil) sama dengan akal aktif. Ia kekal, sempurna, dan tidak berubah karena pemancaran terus-menerus berhubungan dengannya dan kekal, sedangkan sumber pemancaran itu kekal. Ia sempurna dibandingkan dengan yang lebih rendah darinya dan tidak sempurna dibandingkan dengan Tuhan. Kemudian, turunlah roh dari langit ke intelegensi; ia memerlukan gerak sebagai ekspresi hasrat kesempurnaan dalam meniru intelegensi. Akan tetapi, ia sempurna dibandingkan dengan benda-benda alam. Lingkungan mewujud melalui roh langit. Dibandingkan dengan roh, ia tidak sempurna sehingga memerlukan gerak fisik, yaitu gerak dalam ruang. Lingkungan bergerak melingkar menunjukkan kekekalan kemaujudannya yang telah ditentukan oleh Tuhan. Melalui lingkungan dan bagian-bagiannya, tubuh-tubuh kita mewujud. Keberadaan kita sangat rapuh karena adanya rantai panjang perantara antara Tuhan dan kita. Dengan alasan itu pula tubuh kita berubah dan fana. Segala ke-maujud-an mewujud melalui Tuhan dan pemancaran serta daya-tembus-Nyalah yang memeliharan tatanan dalam kosmos ini. Apabila Tuhan tidak memberikan pemancaran-Nya, tidak akan ada ke-maujud-an.
Sebagai pemikir religius sejati, Miskawaih mencoba membuktikan bahwa ciptaan bermula dari ketiadaan. Pertama, bentuk-bentuk saling menggantikan, tetapi dasarnya tetap konstan. Dalam perubahan ini, dari satu bentuk ke bentuk lain, ke manakah perginya bentuk yang pertama itu? dua bentuk tidak dapat bersatu sebab mereka berbeda. Kedua, bentuk pertama tidak dapat ke lain tempat karena gerak di tempat berlaku bagi tubuh dan ke-maujud-an tidak dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Hanya ada satu kemungkinan, yaitu bahwa bentuk pertama menjadi tiada. Jika terbukti bahwa bentuk pertama menjadi Tiada, bentuk kedua mewujud. Demikian pula, bentuk ketiga, keempat, dan seterusnya, dari ketiadaan. Oleh karena itu, segala ke-maujud-an berasal dari ketiadaan.
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
Download
Baca Juga
1. Ibnu Miskawaih. Riwayat Hidup
2. Ibnu Miskawaih. Karya Filsafat
3. Ibnu Miskawaih. Pemikiran Filsafat
4. Ibnu Miskawaih. Filsafat Etika
5. Ibnu Miskawaih. Teori Evolusi dan Keabadian Roh
Post a Comment